Pentingnya Mencintai Produk Lokal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, Indonesia menjadi pasar menggiurkan bagi para produsen, termasuk produsen barang impor . Kondisi ini harus dimanfaatkan oleh produsen lokal agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Imbauan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pekan lalu akan pentingnya mencintai produk lokal pun harus menjadi perhatian semua pihak. Pasalnya, dengan kita sendiri menggunakan produk lokal, akan banyak pelaku usaha lain dalam rantai industri yang terlibat mulai dari hulu hingga hilir. Ujungnya, semua stakeholder bisa merasakan manfaatnya sehingga secara makro bisa menumbuhkan perekonomian nasional.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey berpendapat, pemerintah harus mengambil langkah strategis agar produk lokal bisa terus bersaing dengan produk impor. Salah satunya dengan cara memulai dari bagian hulu, di antaranya sektor produksi.
Menurutnya, apabila di bagian produksi masih terdapat hambatan maka produk lokal tetap tidak akan maksimal untuk bersaing dengan produk impor.
"Jadi kebijakan dari sisi hulunya harus benar-benar diperhatikan, harus kondusif, diberikan banyak keleluasaan lagi untuk bisa berkembang, dan harus ada insentif bagi para produsen produk lokal,” ujar Roy kepada KORAN SINDO.
Pekan lalu, kampanye mencintai produk dalam negeri kembali digaungkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada rapat kerja Kementerian Perdagangan, Kamis (4/3), Kepala Negara mengingatkan kembali pentingnya menggunakan produk lokal hasil karya anak bangsa.
Menteri Perdagangan M Lutfi mengatakan, pernyataan Presiden Jokowi agar membenci produk asing bukan berarti Presiden anti-impor. Pasalnya, ujar Lutfi, dalam sambutannya saat rapat tersebut, Presiden juga menyampaikan pula bahwa Indonesia bukan bangsa yang menyukai proteksionisme karena kebijakan itu justru merugikan.
Menurut Lutfi, pernyataan tersebut bermakna Presiden Jokowi mengingatkan bahwa praktik perdagangan digital seperti yang saat ini marak membunuh usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Pemandangan serupa, tutur dia, bisa dilihat dari pusat perbelanjaan di Jakarta dan di kota-kota besar lainnya yang didominasi merek-merek terkenal dari luar negeri.
Imbauan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pekan lalu akan pentingnya mencintai produk lokal pun harus menjadi perhatian semua pihak. Pasalnya, dengan kita sendiri menggunakan produk lokal, akan banyak pelaku usaha lain dalam rantai industri yang terlibat mulai dari hulu hingga hilir. Ujungnya, semua stakeholder bisa merasakan manfaatnya sehingga secara makro bisa menumbuhkan perekonomian nasional.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey berpendapat, pemerintah harus mengambil langkah strategis agar produk lokal bisa terus bersaing dengan produk impor. Salah satunya dengan cara memulai dari bagian hulu, di antaranya sektor produksi.
Menurutnya, apabila di bagian produksi masih terdapat hambatan maka produk lokal tetap tidak akan maksimal untuk bersaing dengan produk impor.
"Jadi kebijakan dari sisi hulunya harus benar-benar diperhatikan, harus kondusif, diberikan banyak keleluasaan lagi untuk bisa berkembang, dan harus ada insentif bagi para produsen produk lokal,” ujar Roy kepada KORAN SINDO.
Pekan lalu, kampanye mencintai produk dalam negeri kembali digaungkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada rapat kerja Kementerian Perdagangan, Kamis (4/3), Kepala Negara mengingatkan kembali pentingnya menggunakan produk lokal hasil karya anak bangsa.
Menteri Perdagangan M Lutfi mengatakan, pernyataan Presiden Jokowi agar membenci produk asing bukan berarti Presiden anti-impor. Pasalnya, ujar Lutfi, dalam sambutannya saat rapat tersebut, Presiden juga menyampaikan pula bahwa Indonesia bukan bangsa yang menyukai proteksionisme karena kebijakan itu justru merugikan.
Menurut Lutfi, pernyataan tersebut bermakna Presiden Jokowi mengingatkan bahwa praktik perdagangan digital seperti yang saat ini marak membunuh usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Pemandangan serupa, tutur dia, bisa dilihat dari pusat perbelanjaan di Jakarta dan di kota-kota besar lainnya yang didominasi merek-merek terkenal dari luar negeri.