Ketika Bitcoin, Saham Apple dan Tesla Menembus Batas Benua

Selasa, 16 Maret 2021 - 21:07 WIB
loading...
Ketika Bitcoin, Saham Apple dan Tesla Menembus Batas Benua
Di sejumlah teknologi blockchain lain, misalnya Ethereum, memiliki fitur smart contract yang memungkinkan nilai aset tradisional seperti saham, bisa ditokenisasi selayaknya aset kripto (tokenized stocks). Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Teknologi blockchain memungkinkan Bitcoin (BTC), saham Apple (APPL) dan Tesla (TSLA) menembus batas benua, menghampiri trader dan investor di banyak negara. Platform FTX.com yang didirikan oleh Sam Bankman-Fried menegaskan fakta itu. Hal ini disampaikan oleh Muhammad Kurnia Bijaksana, investor dan trader aset kripto profesional asal Bandung.

Kurnia melanjutkan, pada prinsipnya blockchain mendistribusikan data transaksi digital secara peer-to-peer di Internet. “Unit moneter Bitcoin (BTC) misalnya adalah data digital yang dianggap bernilai, berkat keunggulan sistem yang diusungnya itu. Jadilah dia sebentuk aset bernilai, sehingga di Indonesia dikategorikan sebagai komoditi,” urai Kurnia, Selasa (16/3/2021).



Di sejumlah teknologi blockchain lain, misalnya Ethereum, memiliki fitur smart contract yang memungkinkan nilai aset tradisional seperti saham, bisa ditokenisasi selayaknya aset kripto (tokenized stocks). Tokenized stocks sendiri memang baru popular setahun terakhir. “Di FTX.com, misalnya tersedia saham bertenaga blockchain, seperti Apple (APPL) dan Tesla (TSLA),” ujar Kurnia.

Kurnia menambahkan, saham dalam bentuk digital, berkat smart contract, memungkinkan trader dan investor mengakses saham-saham itu tanpa melalui broker biasa di negaranya masing-masing. Meski demikian, warga Indonesia mustahil membeli saham itu, karena perusahaan broker-nya memang tidak tersedia di negara ini.

“Nah, platform FTX.com membalikkan situasi itu, Anda bisa membeli dan menjual dua saham besar itu secara mudah di FTX.com," ungkap Kurnia.

Selain saham kelas wahid itu, sejumlah saham popular juga tersedia di FTX.com, sebut saja Alibaba, Twitter, GameStop (saham yang sempat bikin heboh dunia itu), Facebook, MicroStrategy (perusahaan publik pemilik Bitcoin terbanyak di dunia), Zoom, AMD, NVidia, Paypal, Amazon, NetFlix dan banyak lagi.

"Keunggulan lain penerapan smart contract pada tokenized stock itu adalah trader mudah melacak setiap transaksinya, selayaknya Anda melacak transaksi Bitcoin. Jelas mekanisme itu tidak ditemukan di platform di broker saham tradisional," sebut Kurnia yang juga Pendiri Komunitas Crypto Legend Indonesia itu.

Bagi Kurnia, teknologi blockchain yang kali pertama lahir dari Bitcoin sebagai sebuah sistem uang elektronik, memastikan bentuk aset tradisional lainnya bisa didigitalkan, ditokenisasi. Kurnia mencontohkan Bursa Efek Singapura yang memperkenalkan teknologi itu sejak pertengahan tahun 2020.



Bagi Singapura, tokenisasi saham juga memudahkan startup company mengumpulkan dana dari publik. Misalnya perusahaan rintisan A ingin perlu tambahan modal. Alih-alih meminjam dari bank, perusahaan itu menerbitkan sekuritas (kontrak investasi) berbentuk digital, yakni token yang dibuat menggunakan smart contract dan berjalan di blockchain.

"Sekuritas digital kemudian diperdagangkan di platform yang menyediakannya. Saya pikir Indonesia sudah bisa mempertimbangkan teknologi ini demi memperluas akses modal perusahaan di Tanah Air," pungkas Kurnia.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1181 seconds (0.1#10.140)