Utang Negara Membengkak Rugikan Generasi Milenial
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia kembali naik. Posisi utang luar negeri pada akhir Januari 2021 mencapai USD420,7 miliar atau setara Rp5.890 triliun.
ULN Itu terdiri atas ULN sektor publik atau negara dan bank sentral USD213,6 miliar dan ULN swasta, termasuk BUMN USD207,1 miliar. Menanggapi hal tersebut, peneliti Center of Industry, Trade and Investment Indef Dzulfian Syafrian menyebut, ULN negara dan swasta akan menjadi beban bagi generasi yang akan datang.
Dzulfian menegaskan, persoalan utang Indonesia berpotensi merugikan generasi milenial dan menjadi beban bagi generasi yang akan datang. Sebab, merekalah yang menanggung utang dan dosa para pembuat kebijakan saat ini.
"Lantas aspirasi dan nasib generasi mudah sudah dipikirkan betul para pengambil kebijakan ini? Salah satunya, tentu dalam konteks utang, karena utang ini yang menanggung adalah generasi berikutnya dan bukan saat ini. Inilah yang hendak saya tekankan pada presentasi kali ini bahwa menumpuknya utang Indonesia baik utang publik dan swasta berpotensi merugikan generasi milenial, muda, dan produktif karena merekalah yang menanggung utang dan dosa yang dibuat generasi sebelumnya," ujar dia dalam Webinar, Rabu (24/3/2021).
Dia menilai, utang negara cukup kontras dengan utang swasta. Utang swasta jauh lebih membahayakan bagi generasi mendatang dibandingkan utang negara. Itu sebabnya, utang swasta jarang menjadi tema diskursus bagi para pemangku kebijakan di Indonesia.
"Contoh seringkali otoritas kita misalnya Kemenkeu (Kementerian Keuangan), itu sering menjual rasio utang kita terhadap PDB itu masih aman. Iya, memang masih aman, tapi karena dia tidak melihat utang swasta yang justru lebih mengkhawatirkan. Inilah wacana yang dibangun pemerintah, tapi jika kita membedah lebih dalam, sebenarnya yang membahayakan itu bukan utang publik tapi justru utang swasta, termasuk juga utang BUMN, ini yang sering luput dari kacamata kita dan dalam diskursus publik," paparnya.
Dari data BI, pertumbuhan ULN swasta pada akhir Januari 2021 tercatat 2,3% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya 3,8%.
Perkembangan ini didorong oleh perlambatan pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) serta kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan (LK) yang lebih dalam.
Pada akhir Januari 2021, ULN PBLK tumbuh 4,9%, lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,3%. Selain itu, kontraksi ULN LK tercatat minus 6,1%, lebih dalam dari kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar minus 4,7%.
Lihat Juga: Penyesuaian Tarif PPN 12 Persen Mengutamakan Keadilan dan Keberpihakan kepada Masyarakat
ULN Itu terdiri atas ULN sektor publik atau negara dan bank sentral USD213,6 miliar dan ULN swasta, termasuk BUMN USD207,1 miliar. Menanggapi hal tersebut, peneliti Center of Industry, Trade and Investment Indef Dzulfian Syafrian menyebut, ULN negara dan swasta akan menjadi beban bagi generasi yang akan datang.
Dzulfian menegaskan, persoalan utang Indonesia berpotensi merugikan generasi milenial dan menjadi beban bagi generasi yang akan datang. Sebab, merekalah yang menanggung utang dan dosa para pembuat kebijakan saat ini.
"Lantas aspirasi dan nasib generasi mudah sudah dipikirkan betul para pengambil kebijakan ini? Salah satunya, tentu dalam konteks utang, karena utang ini yang menanggung adalah generasi berikutnya dan bukan saat ini. Inilah yang hendak saya tekankan pada presentasi kali ini bahwa menumpuknya utang Indonesia baik utang publik dan swasta berpotensi merugikan generasi milenial, muda, dan produktif karena merekalah yang menanggung utang dan dosa yang dibuat generasi sebelumnya," ujar dia dalam Webinar, Rabu (24/3/2021).
Dia menilai, utang negara cukup kontras dengan utang swasta. Utang swasta jauh lebih membahayakan bagi generasi mendatang dibandingkan utang negara. Itu sebabnya, utang swasta jarang menjadi tema diskursus bagi para pemangku kebijakan di Indonesia.
Baca Juga
"Contoh seringkali otoritas kita misalnya Kemenkeu (Kementerian Keuangan), itu sering menjual rasio utang kita terhadap PDB itu masih aman. Iya, memang masih aman, tapi karena dia tidak melihat utang swasta yang justru lebih mengkhawatirkan. Inilah wacana yang dibangun pemerintah, tapi jika kita membedah lebih dalam, sebenarnya yang membahayakan itu bukan utang publik tapi justru utang swasta, termasuk juga utang BUMN, ini yang sering luput dari kacamata kita dan dalam diskursus publik," paparnya.
Dari data BI, pertumbuhan ULN swasta pada akhir Januari 2021 tercatat 2,3% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya 3,8%.
Perkembangan ini didorong oleh perlambatan pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) serta kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan (LK) yang lebih dalam.
Pada akhir Januari 2021, ULN PBLK tumbuh 4,9%, lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,3%. Selain itu, kontraksi ULN LK tercatat minus 6,1%, lebih dalam dari kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar minus 4,7%.
Lihat Juga: Penyesuaian Tarif PPN 12 Persen Mengutamakan Keadilan dan Keberpihakan kepada Masyarakat
(ind)