Duh! Masih Ada 30% Perempuan Sulit Dapat Kerjaan

Selasa, 30 Maret 2021 - 18:40 WIB
loading...
Duh! Masih Ada 30% Perempuan Sulit Dapat Kerjaan
Ilustrasi. FOTO/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pelibatan perempuan dalam ekonomi berpotensi meningkatkan kesejahteraan negara. Menurut Studi McKinsey Global Institut, jika perempuan memiliki kesempatan kerja yang sama dengan laki-laki , maka pada tahun 2025, PDB global dapat meningkat sebesar 28 triliun dolar AS, yang meningkat sekitar sepertiganya. Agar dapat mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan adanya dorongan dan dukungan dari pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan hal tersebut, yaitu dengan memberikan akses perempuan pada partisipasi ekonomi dan edukasi kesetaraan gender.

Direktur Executive IBCWE Maya Juwita menyatakan salah satu upaya untuk melibatkan perempuan dalam perekonomian adalah dengan memberikan kesempatan bekerja kepada perempuan. Data kesetaraan gender di Indonesia melansir dari KPPA, perempuan itu 30% kemungkinannya lebih rendah untuk bekerja dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan karena tanggung jawab domestik masih dibebankan kepada perempuan. Kemudian untuk Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan Indonesia hanya 53.13% sementara laki-laki berada di angka 82.41%.

“Angka ini kalau dibandingkan (persentase laki-laki dan perempuan), bisa dibilang masih ada potensi 30% sebagai pembayar pajak. Jadi tingkat ekonomi negara juga akan naik apabila perempuan bisa kita berdayakan lebih tinggi lagi” ujar di Jakarta, Selasa (30/3/2021).



Selain itu, untuk mendobrak stigma yang membatasi perempuan dalam beraktivitas dan berdaya dalam kehidupan sehari-hari harus ditafsirkan dengan benar terlebih dahulu. Dia mengatakan dibutuhkan adanya edukasi kesetaraan gender dari lingkungan yang terkecil, yaitu keluarga sehingga dapat menyelesaikan persoalan mitos-mitos perempuan yang ada dalam budaya masyarakat saat ini.

Dalam Islam, ayat-ayat dimaksudkan untuk melindungi perempuan, bukan mendiskriminasi dan mendomestifikasi perempuan. Saat ini, perlindungan tersebut perlu terus didorong dalam wujud dalam penegak hukum dan undang-undang, dan beragam kampanye kesetaraan gender.

"Realitas yang kita punya adalah ternyata tenaga kerja perempuan jumlahnya meningkat hampir 50 juta orang, namun tidak menempati tingkat pekerjaan yang setara dengan laki-laki sehingga menyebabkan adanya gender gap. Perlu ada gerakan di level terkecil seperti desa bahwa perempuan bisa menjadi misalnya Ibu RT, Ibu RW, atau memimpin sebagai kepala desa," katanya.

Sebagai salah satu perusahaan financial technology (fintech) yang fokus memberdayakan perempuan pengusaha mikro di pedesaan, Amartha turut mendorong kesetaraan gender dengan melibatkan perempuan pada kegiatan ekonomi dalam kampanye Investing in Women (berinvestasi pada perempuan).

Aria Widyanto, Chief Risk & Sustainability Officer Amartha menyebutkan seluruh Mitra (Peminjam) Amartha saat ini sebanyak 637,901 merupakan perempuan.

"Dengan memberikan akses kepada permodalan usaha, pendapatan rata-rata peminjam Amartha tumbuh antara 200% hingga 700% setelah bergabung dengan Amartha. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa pinjaman produktif dapat mendorong pendapatan informal di pedesaan. Saat penghasilan meningkat, konsumsi turut meningkat sehingga berdampak pada peningkatan perekonomian di desa," bebernya.



Senada dengan Kalis, hasil riset Amartha bersama CFDS menunjukkan bahwa adanya dorongan modal usaha kepada perempuan pengusaha mikro di pedesaan telah membuka akses pengambilan keputusan kepada perempuan di dalam rumah tangga. Sebanyak 88,6% mitra Amartha terlibat dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangganya.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3926 seconds (0.1#10.140)