Ada Wacana Kenaikan Tarif Listrik, Pengusaha: Beban Baru bagi Industri

Selasa, 13 April 2021 - 11:52 WIB
loading...
Ada Wacana Kenaikan Tarif Listrik, Pengusaha: Beban Baru bagi Industri
Pengusaha yang tergabung dalam Apindo menilai wacana kenaikan tarif listrik sangat tidak tepat di saat pemulihan ekonomi saat ini. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengkaji wacana penyesuaian tarif listrik . Dengan skenario penyesuaian tarif yang ada, akan terjadi kenaikan tagihan listrik bulanan dengan besaran yang beragam, tergantung pada golongan pelanggan.

Menanggapi wacana tersebut, kalangan pengusaha pun bereaksi. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai, usulan kenaikan tarif listrik itu sangat tidak tepat di tengah pemulihan ekonomi saat ini. Menurutnya, kenaikan tarif ini akan menjadi beban baru bagi industri.

"Di dalam situasi ini yang kita butuhkan adalah biaya yang bisa diringankan. Salah satunya itu yang paling vital adalah listrik, karena semua sektor pasti menggunakan listrik. Jadi, kalau ini dinaikkan tentu akan jadi beban baru. Secara kita melihat untuk korporasi sendiri stimulus itu kan relatif belum dirasakan," ujarnya dalam acara Market Review IDX Channel, Selasa (13/4/2021).

Dia menegaskan, dari sisi stimulus yang diharapkan oleh dunia usaha saat ini adalah keringanan beban. Menurut dia, saat ini secara umum beban yang berkurang masih relatif sedikit.

"Misalnya untuk biaya modal, bunganya saja itu kan sebetulnya tidak turun tapi dipindah di belakang. Pindah pada waktu tertentu, misalnya satu atau dua tahun lebih, tapi tetap cost-nya akan seperti itu," jelas Hariyadi.

Sementara itu, kata dia, pada struktur biaya produksi listrik merupakan suatu hal yang signifikan. Oleh sebab itu, jika terjadi kenaikan tarif di saat kapasitas produksi rendah, hal ini akan menjadi beban yang besar.

"Misal contohnya kalau untuk sektor lembaran kaca itu bisa sampai 28%. Di sektor hotel bisa sampai sekitar 25%, lalu kalau di sektor baja itu bahkan lebih dari 40%, jadi itu sangat signifikan sekali. Dan menurut pandangan kami memang sangat tidak tepat kalau dinaikkan pada posisi yang seperti ini," tegasnya.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1818 seconds (0.1#10.140)