Mudik Dilarang, Pengusaha Lapak Mal Gak Jadi Panen
loading...
A
A
A
JAKARTA - Momentum lebaran 2021 seharusnya bisa menjadi angin segar bagi para pelaku usaha yang bergerak di bisnis pusat perbelanjaan. Namun, adanya larangan mudik oleh pemerintah akan berdampak pada penurunan pendapatan ritel.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, adanya larangan mudik berpengaruh pada perputaran ekonomi dari biasanya orang membawa barang oleh-oleh ke kampung halaman, namun tahun ini hal tersebut tidak terjadi.
"Itu satu hal yang kami sayangkan karena bergeraknya manusia, yaitu offline adalah pasar bagi asosiasi kami di mal. Mal membutuhkan traffic," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Kamis (15/4/2021).
Dia menuturkan, selain Lebaran, momentum Natal dan tahun baru juga bisa mendongkrak bisnis pusat perbelanjaan. "Lebaran merupakan panen kami terbesar di Indonesia, setelah Natal dan tahun baru. Pada tahun lalu, kami sudah tidak boleh buka mal. Tahun ini kami harapkan paling tidak mengembalikan sebagian dari omzet tahun lalu," ungkapnya.
Meski begitu, Budi mengakui para momentum Ramadan tahun ini bisa lebih baik dari tahun lalu karena pusat perbelanjaan boleh dibuka dengan kapasitas 50%.
"Tahun ini boleh buka hanya terjadi penumpukan di kota-kota besar karena tidak bisa pulang ke kampung. Anggota kami banyak toko di daerah sehingga otomatis terjadi penumpukan barang di daerah yang tidak bergerak. Kita coba pikirkan nanti solusinya itu," tuturnya
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, adanya larangan mudik berpengaruh pada perputaran ekonomi dari biasanya orang membawa barang oleh-oleh ke kampung halaman, namun tahun ini hal tersebut tidak terjadi.
"Itu satu hal yang kami sayangkan karena bergeraknya manusia, yaitu offline adalah pasar bagi asosiasi kami di mal. Mal membutuhkan traffic," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Kamis (15/4/2021).
Dia menuturkan, selain Lebaran, momentum Natal dan tahun baru juga bisa mendongkrak bisnis pusat perbelanjaan. "Lebaran merupakan panen kami terbesar di Indonesia, setelah Natal dan tahun baru. Pada tahun lalu, kami sudah tidak boleh buka mal. Tahun ini kami harapkan paling tidak mengembalikan sebagian dari omzet tahun lalu," ungkapnya.
Meski begitu, Budi mengakui para momentum Ramadan tahun ini bisa lebih baik dari tahun lalu karena pusat perbelanjaan boleh dibuka dengan kapasitas 50%.
"Tahun ini boleh buka hanya terjadi penumpukan di kota-kota besar karena tidak bisa pulang ke kampung. Anggota kami banyak toko di daerah sehingga otomatis terjadi penumpukan barang di daerah yang tidak bergerak. Kita coba pikirkan nanti solusinya itu," tuturnya
(nng)