Mudik Dilarang, Pengusaha Lapak Mal Putar Otak Biar Gak Babak Belur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pelaku usaha yang bergerak di bisnis pusat perbelanjaan beralih ke penjualan online untuk mengantisipasi kerugian di sektor ritel akibat adanya larangan mudik .
"Kita lari ke online dulu untuk meminimalkan dampak kerugian dan juga melakukan banyak aktivitas di kota besar," ujar Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah dalam Market Review IDX Channel, Kamis (15/4/2021).
Budi melanjutkan, pihaknya juga bekerja sama dengan pemerintah agar tetap ada peningkatan penjualan meski hanya terkonsentrasi di kota-kota besar saja. "Kami coba sikapi dalam bulan ini bersama-sama membuat event mudik di mal di Jakarta atau kota-kota besar," ungkapnya.
Menurut dia, kontribusi penjualan online saat ini masih belum maksimal, masih di bawah 10% sehingga belum mampu menggantikan omzet penjualan offline. "Tapi ini diupayakan untuk trus meningkat. Di luar negeri kontribusinya sudah 40% sampai 60%," tuturnya.
Budi menambahkan, saat ini sektor fesyen menduduki posisi yang merugi akibat pandemi sejak tahun lalu. Apalagi dengan adanya larangan mudik membuat orang tidak membeli baju, sepatu maupun tas baru.
"Toko fesyen menurut saya akan terdampak karena biasanya orang mudik pakai baju baru. Ini mungkin tidak jadi beli atau berkurang,"
"Kita lari ke online dulu untuk meminimalkan dampak kerugian dan juga melakukan banyak aktivitas di kota besar," ujar Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah dalam Market Review IDX Channel, Kamis (15/4/2021).
Budi melanjutkan, pihaknya juga bekerja sama dengan pemerintah agar tetap ada peningkatan penjualan meski hanya terkonsentrasi di kota-kota besar saja. "Kami coba sikapi dalam bulan ini bersama-sama membuat event mudik di mal di Jakarta atau kota-kota besar," ungkapnya.
Menurut dia, kontribusi penjualan online saat ini masih belum maksimal, masih di bawah 10% sehingga belum mampu menggantikan omzet penjualan offline. "Tapi ini diupayakan untuk trus meningkat. Di luar negeri kontribusinya sudah 40% sampai 60%," tuturnya.
Budi menambahkan, saat ini sektor fesyen menduduki posisi yang merugi akibat pandemi sejak tahun lalu. Apalagi dengan adanya larangan mudik membuat orang tidak membeli baju, sepatu maupun tas baru.
"Toko fesyen menurut saya akan terdampak karena biasanya orang mudik pakai baju baru. Ini mungkin tidak jadi beli atau berkurang,"
(nng)