Ngeri! Ini Risiko Orang Kaya di China Jika Melawan Xi Jinping

Kamis, 22 April 2021 - 20:44 WIB
loading...
Ngeri! Ini Risiko Orang...
Ilustrasi Jack Ma Vs Xi Jinping. FOTO/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Semakin banyak orang kaya di China, namun menjadi kaya di sana juga mendatangkan risiko menjadi perhatian pemerintah atas berbagai tindakan mereka yang lakukan. Salah seorang di antaranya adalah Jack Ma , yang memiliki kekayaan sekitar $50 miliar (lebih dari Rp65 triliun), yang tiba-tiba menghilang tahun lalu.

Padahal, pendiri usaha bernama Alibaba ini sebelumnya hendak meluncurkan sebuah usaha baru lagi. Jack Ma yang sebelumnya sudah memiliki perusahaan teknologi keuangan Alipay akan meluncurkan Ant Group yang akan go public di Bursa Saham Hong Kong dan Shanghai. Ini akan menjadi peluncuran perusahaan terbesar dalam sejarah dengan perkiraan dana baru yang masuk sebesar $34.5 miliar dan membuat nilai perusahaan Ant ini menjadi $300 miliar. Namun dua hari menjelang Ant go public pada tanggal 5 November lalu, Jack Ma kemudian menghilang.



Dilansir dari ABC News Kamis (22/4), selama tiga bulan lamanya rumor yang beredar mengatakan bahwa Jack Ma menjalani tahanan rumah dan bahkan ada yang mengatakan dia meninggal dunia. Akhirnya pada bulan Januari 2021, Jack Ma muncul dalam rekaman sebuah video saat ia berbicara dalam sebuah acara amal.

Sejak kemunculannya itu, dia kemudian terlihat sedang bermain golf di pulau Hainan. Tampaknya Jack Ma yang sebelumnya sering tampil di depan umum sekarang berusaha untuk tidak banyak tampil. Jack Ma bukanlah satu-satunya orang terkenal yang kemudian menjadi perhatian Partai Komunis China. Menjadi orang yang super kaya di China juga mendatangkan risiko berbahaya dalam beberapa tahun terakhir.

Biarkan Mereka Kaya Dulu

Di tahun 1960-an, terjadi Revolusi Kebudayaan di China di mana pemimpin negara tersebut, Mao Zedong, melancarkan serangan terhadap para intelektual dan orang-orang kaya di sana, sehingga menimbulkan banyak kekacauan.

Di tahun 1978, dua tahun setelah Mao Zedong meninggal dunia, Deng Xiaoping yang menggantikannya mengatakan bahwa China tidak lagi memiliki plihan, dan harus 'membiarkan beberapa orang menjadi kaya dulu'. Sejak itu pertumbuhan ekonomi China menjadi luar biasa pesat sehingga menciptakan lebih banyak miliarder dibandingkan negara-negara lainnya.

Beijing sendiri sekarang telah menjadi rumah untuk banyak miliarder di dunia, melebihi kota-kota lainnya, termasuk New York. Bahkan masa pandemi pun tidak memperlambat laju kekayaan, dengan para orang kaya di China menambah kekayaan mereka sebanyak A$1,94 triliun. Ini sangat berbeda dari tahun 1970-an, ketika menjadi kaya malah mendapat sorotan tajam saat 88 persen warga China ketika itu hidup dengan uang A$2,59 sehari (sekitar Rp40 ribu). Namun, menjadi kaya di negeri yang masih menyebut diri sebagai negara sosialis juga mendatangkan risiko.



Ada pepatah kuno di China yang mengatakan 'bunuhlah ayam untuk menakuti monyet'. Ini berdasarkan cerita mengenai seorang seniman jalanan yang mendapatkan uang dari pertunjukan topeng monyet. Ketika monyet itu berhenti menari, seniman ini akan membunuh ayam untuk menakuti monyet agar mau menari lagi.

Pihak berwenang China sebelumnya jarang menggunakan contoh orang kaya di sana untuk menakut-nakuti warga lainnya. Namun di tahun 2021, tekanan terhadap para elit dan orang kaya di China meningkat ketika Xi Jinping yang ketika itu menjabat Sekretaris Jenderal Partai Komunis China melancarkan kampanye untuk memberantas korupsi. Sejak itu para taipan dikenai tuduhan penyuapan, bermain curang dalam saham dan yang lainnya. Beberapa menjalani hukuman penjara, dan malah ada juga yang tewas.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1167 seconds (0.1#10.140)