Sritex Harus Lebih Serius Bereskan Utangnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank QNB Indonesia resmi menggugat penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) terhadap Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex Iwan Setiawan Lukminto dan anak usaha perseroan, PT Senang Kharisma Textil.
Baca juga:Tegas, Kemenhub Larang Penerbangan Penumpang dari India
Pengamat ekonomi INDEF Nailul Huda menilai masalah ini harus disikapi secara serius oleh Sritex terlebih juga Fitch Ratings sudah menurunkan peringkat nasional jangka panjang Sritex. "Penurunan ini mencerminkan risiko pembiayaan Sritex yang meningkat. Selain itu, likuiditas sritex juga menurun dari tahun ke tahun," ujar Huda saat dihubungi MNC Portal Indonesia di Jakarta (23/4/2021).
Namun dia juga menyadari kondisi pandemi memang memukul bisnis Sritex sangat kencang. Apalagi, Sritex juga sudah melakukan PHK ke 12 ribu karyawannya. "Kondisi pandemi memperparah kondisi industri tekstil indonesia yang terus lesu sejak beberapa tahun terakhir, apalagi setelah perang dagang China-AS. Jadi kondisi keuangan Sritex terkena imbas," katanya.
Proses restrukturisasi pinjaman sindikasi PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) senilai USD350 juta terus berlanjut. Baru-baru ini, Sritex mengajukan permohonan penundaan sementara pembayaran bunga dan pokok pinjaman sampai dengan proposal restrukturisasi diajukan, yakni paling lambat pada pekan kedua Agustus 2021.
Baca juga:Bantu Cari KRI Nanggala-402, Australia Kirim Dua Kapal Perang
Permohonan ini disampaikan Sritex dan Helios Capital selaku advisor proses restrukturisasi dalam pertemuan dengan kreditur pinjaman sindikasi dan pinjaman bilateral yang berlangsung Senin, 12 April 2021.
Baca juga:Tegas, Kemenhub Larang Penerbangan Penumpang dari India
Pengamat ekonomi INDEF Nailul Huda menilai masalah ini harus disikapi secara serius oleh Sritex terlebih juga Fitch Ratings sudah menurunkan peringkat nasional jangka panjang Sritex. "Penurunan ini mencerminkan risiko pembiayaan Sritex yang meningkat. Selain itu, likuiditas sritex juga menurun dari tahun ke tahun," ujar Huda saat dihubungi MNC Portal Indonesia di Jakarta (23/4/2021).
Namun dia juga menyadari kondisi pandemi memang memukul bisnis Sritex sangat kencang. Apalagi, Sritex juga sudah melakukan PHK ke 12 ribu karyawannya. "Kondisi pandemi memperparah kondisi industri tekstil indonesia yang terus lesu sejak beberapa tahun terakhir, apalagi setelah perang dagang China-AS. Jadi kondisi keuangan Sritex terkena imbas," katanya.
Proses restrukturisasi pinjaman sindikasi PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) senilai USD350 juta terus berlanjut. Baru-baru ini, Sritex mengajukan permohonan penundaan sementara pembayaran bunga dan pokok pinjaman sampai dengan proposal restrukturisasi diajukan, yakni paling lambat pada pekan kedua Agustus 2021.
Baca juga:Bantu Cari KRI Nanggala-402, Australia Kirim Dua Kapal Perang
Permohonan ini disampaikan Sritex dan Helios Capital selaku advisor proses restrukturisasi dalam pertemuan dengan kreditur pinjaman sindikasi dan pinjaman bilateral yang berlangsung Senin, 12 April 2021.
(uka)