Alasan Teknologi Robotika Diadopsi Banyak Industri, Balik Modal Lebih Cepat

Selasa, 18 Mei 2021 - 15:15 WIB
loading...
Alasan Teknologi Robotika Diadopsi Banyak Industri, Balik Modal Lebih Cepat
Teknologi robot kolaboratif (cobot) semakin banyak diadopsi oleh berbagai industri khususnya di bidang manufaktur karena adanya keuntungan-keuntungan yang diperoleh, seperti peningkatan produktivitas dan SDM yang efektif. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Teknologi robot kolaboratif (cobot) semakin banyak diadopsi oleh berbagai industri khususnya di bidang manufaktur karena adanya keuntungan-keuntungan yang diperoleh, seperti peningkatan produktivitas dan SDM yang efektif. Hal itu berdasarkan laporan 'Collaborative Robot Market by Payload, Component, Application, Industry, and Geography - Global Forecast to 2026' yang dikeluarkan oleh Lembaga Riset 'Markets and Markets'.



Universal Robots (UR), pemimpin pasar cobot yang berbasis di Denmark, mendorong perusahaan manufaktur Indonesia untuk segera mengadopsi penggunaan collaborative robots (cobot). Hal itu diyakini sebagai solusi yang efektif untuk mengatasi kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil serta mencapai produktivitas yang lebih tinggi.

Secara global, pasar cobot diharapkan akan mencapai USD7.972 juta pada tahun 2026 dengan CAGR 41,8%. Untuk wilayah APAC, pasar cobot diperkirakan akan melampaui pasar Eropa pada tahun 2021, dikarenakan semakin banyaknya industri manufaktur berskala besar seperti sektor otomotif, elektronik, dan logam yang menggunakan cobot.

Penggunaan teknologi robotika telah menunjukkan manfaat yang besar bagi industri di Indonesia dan semakin membantu pemerintah dalam mewujudkan visinya untuk membangun industri 4.0. Industri manufaktur Indonesia akan sangat diuntungkan dengan adanya teknologi robotika yang memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas berulang dalam ruang yang terbatas dan terstruktur.

Cobot dapat bekerja sepanjang waktu untuk menghasilkan pekerjaan yang konsisten dengan kondisi kerja yang membutuhkan intensitas tinggi tanpa istirahat. Indonesia memiliki potensi besar dalam mengimplementasikan otomatisasi pada industri dalam negeri, namun saat ini tingkat otomatisasi tersebut masih sangat rendah. Untuk per 10.000 karyawan, industri manufaktur Indonesia hanya memiliki 440 robot, lebih rendah dari Cina dan Korea Selatan yang masing-masing memiliki 732 dan 2.589 robot per 10.000 karyawan pada tahun 2019.

Saat ini, cobot yang diproduksi oleh UR memungkinkan SDM perusahaan dialihkan ke aktivitas yang memiliki nilai lebih tinggi, yang dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja dari SDM tersebut.

“Sejak istilah 'Robot Kolaboratif' diciptakan, kami telah menjadi yang terdepan dalam industri robotika. Kami juga telah menandai satu dekade penuh sejak cobot pertama dari Universal Robots digunakan di Asia Selatan. Segi keamanan adalah prioritas utama yang sangat penting dan telah menjadi pintu masuk ke pasar cobot saat ini. UR percaya, dalam mengembangkan suatu cobot harus mempunyai elemen yang terjangkau, ringan dan fleksibel yang dapat memberikan ROI cepat bagi industri manufaktur,” jelas Regional Director of Asia-Pacific di Universal Robots, James McKew.

Dengan waktu pengembalian modal rata-rata paling singkat 12 (dua belas) bulan karena peningkatan produktivitas, kualitas dan konsistensi, perusahaan manufaktur Indonesia akan dapat memperkirakan pengembalian investasi mereka (ROI) sebelum akhir tahun ini atau awal tahun 2022.

Keamanan dan Fleksibilitas
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1634 seconds (0.1#10.140)