Dari Desa Membangun Ekonomi Indonesia
loading...
A
A
A
Contohnya dimana?
Misalnya di Kaltim, ada BUMDes yang bisa menyelesaikan KPM BLT dari 182 (KK), (sekarang) tinggal 12. (Ekonomi warga) naik kelas. Turun (kemiskinan) karena sudah mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Bahkan di atas UMK wilayah itu.
Apa usaha BUMDes itu?
Dia mengelola transportasi sawit dan katering.
BUMDes bisa bisnis apapun?
BUMDes itu prinsipnya untuk kesejahteraan masyarakat. BUMDes jangan sekali-kali membuka unit usaha yang sudah dilakukan warga. Nanti merusak, kanibal.
Berapa BUMDes yang berkembang?
Data sampai 2020 sudah 51.113. ini ada yang mati suri karena Covid-19. Sekarang kita lagi bangunkan lagi.
Bagaimana caranya?
Karena hanya satu tidak boleh ada pembubaran. Kalau ada yang mati, kemudian terjadi perubahan kepemimpinan di desa, kepala desa yang baru (harus) memiliki komitmen yang bagus. Dia (BUMDes) akan kembali. Semua itu kuncinya ada di kepala desa karena penguasa lokalnya.
Bagaimana Anda melihat tren banyaknya desa wisata?
Saya selalu mengatakan silakan berlomba-lomba bikin desa wisata. Usahakan, membangun desa wisata itu yang alam. Jangan pabrikan karena gampang jenuh. Pabrikan hanya untuk supporting saja.
Ada BUMDes wisata yang sukses?
Ada itu yang sampai Rp3,5 Miliar. Itu hanya dari kolam renang dan permainan sepeda di atas. Itu tahun kemarin bisa memberikan deviden 18 persen.
Bagaimana model BUMDes bersama (BUMDesma)?
Di Yogya sekarang merintis BUMDesma. Itu sudah diasumsikan 1.000 desa bergabung. Ini perusahan besar. BUMDesma tidak dibatasi geografis, kecamatan, dan kabupaten. Desa di Jombang bisa bangun kerja sama dengan desa di Sumatera dan Papua. Yang penting ada kesamaan kepentingan. Harapannya (mendapatkan) keuntungan (bersama).
Baru satu?
Kalau BUMDesma-BUMDesma itu banyak. Misalnya, di Alor, penghasil vanila terbaik. Sudah ekspor. Tapi baru beberapa desa. Ini lagi kita konsolidasikan agar menjadi BUMDesma sehingga ekosistem luas, kapasitas produksi tinggi, pendampingan dari swasta jadi lebih masif.fw bachtiar/rakhmat baihaqi/djaka susila
Misalnya di Kaltim, ada BUMDes yang bisa menyelesaikan KPM BLT dari 182 (KK), (sekarang) tinggal 12. (Ekonomi warga) naik kelas. Turun (kemiskinan) karena sudah mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Bahkan di atas UMK wilayah itu.
Apa usaha BUMDes itu?
Dia mengelola transportasi sawit dan katering.
BUMDes bisa bisnis apapun?
BUMDes itu prinsipnya untuk kesejahteraan masyarakat. BUMDes jangan sekali-kali membuka unit usaha yang sudah dilakukan warga. Nanti merusak, kanibal.
Berapa BUMDes yang berkembang?
Data sampai 2020 sudah 51.113. ini ada yang mati suri karena Covid-19. Sekarang kita lagi bangunkan lagi.
Bagaimana caranya?
Karena hanya satu tidak boleh ada pembubaran. Kalau ada yang mati, kemudian terjadi perubahan kepemimpinan di desa, kepala desa yang baru (harus) memiliki komitmen yang bagus. Dia (BUMDes) akan kembali. Semua itu kuncinya ada di kepala desa karena penguasa lokalnya.
Bagaimana Anda melihat tren banyaknya desa wisata?
Saya selalu mengatakan silakan berlomba-lomba bikin desa wisata. Usahakan, membangun desa wisata itu yang alam. Jangan pabrikan karena gampang jenuh. Pabrikan hanya untuk supporting saja.
Ada BUMDes wisata yang sukses?
Ada itu yang sampai Rp3,5 Miliar. Itu hanya dari kolam renang dan permainan sepeda di atas. Itu tahun kemarin bisa memberikan deviden 18 persen.
Bagaimana model BUMDes bersama (BUMDesma)?
Di Yogya sekarang merintis BUMDesma. Itu sudah diasumsikan 1.000 desa bergabung. Ini perusahan besar. BUMDesma tidak dibatasi geografis, kecamatan, dan kabupaten. Desa di Jombang bisa bangun kerja sama dengan desa di Sumatera dan Papua. Yang penting ada kesamaan kepentingan. Harapannya (mendapatkan) keuntungan (bersama).
Baru satu?
Kalau BUMDesma-BUMDesma itu banyak. Misalnya, di Alor, penghasil vanila terbaik. Sudah ekspor. Tapi baru beberapa desa. Ini lagi kita konsolidasikan agar menjadi BUMDesma sehingga ekosistem luas, kapasitas produksi tinggi, pendampingan dari swasta jadi lebih masif.fw bachtiar/rakhmat baihaqi/djaka susila
(dar)