Kolaborasi dengan Pemprov Jawa Tengah, Sandiaga Uno Bidik 500 Desa Wisata di 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno terus mengupayakan percepatan pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) nasional lewat pengembangan desa wisata.
Kali ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menargetkan penciptaan 500 desa wisata pada tahun 2023. Target tersebut disampaikan Sandiaga Uno merujuk peran penting desa wisata sebagai penggerak ekonomi di daerah.
Tak hanya membuka peluang usaha dan lapangan kerja, potensi desa wisata jelang era pariwisata baru pun kini terbuka lebar. Hal tersebut dibuktikan lewat jumlah kunjungan wisatawan di desa wisata saat ini.
Menurut Sandiaga, jumlah kunjungan wisatawan yang semula anjlok imbas pandemi Covid-19 kini mulai bangkit. Bahkan, kunjungan wisatawan di sejumlah desa wisata yang pernah disambanginya naik secara signifikan dalam beberapa pekan belakangan.
Seperti halnya Dusun Butuh, Kaliangkrik, Magelang, Jawa Tengah. Jumlah wisatawan Nusantara di Desa Wisata yang kini dikenal dengan sebutan Nepal Van Java itu diungkapkannya meningkat hingga 70%.
"Secara konkret kita sudah mendapatkan laporan bahwa desa wisata Dusun Butuh, Nepal Van Java yang ada di Kecamatan Kaliangkrik, Magelang, Jawa Tengah setelah didorong dengan kunjungan dan kegiatan oleh kami (Kemenparekraf), kunjungannya meningkat hampir 70%," ujarnya di Desa Candirejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (4/6/2021).
"Nah ini adalah dukungan konkret, bahwa kunjungan kita ini diikuti dengan peningkatan pendapatan dari desa-desa wisata, dari segi penjualan hasil kulinernya, kedatangan wisatawan, tingkat keterhunian homestay-nya, maupun juga kesejahteraan warganya. Itu yang konkret buat kita, karena kebangkitan pariwisata ini kita mulai dari desa wisata," tuturnya
Lewat penciptaan desa wisata, Sandiaga meyakini akan membuka lebar peluang usaha, termasuk lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Hanya saja, dia mengingatkan agar peningkatan kunjungan wisatawan tersebut dapat dibarengi penerapan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin.
Di sisi lain, Kemenparekraf juga telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah, termasuk Pemprov Jawa Tengah untuk menutup destinasi wisata, mulai dari desa wisata hingga sentra ekonomi kreatif, apabila terjadi peningkatan kasus Covid-19.
"Jadi tegas kita prioritaskan penanganan kasus covid-19, tapi pada satu sisi juga di daerah-daerah yang kondusif, kategorinya zona hijau itu bisa dilakukan (dibuka) tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin," ungkapnya. "Kita ingin desa wisata hadir membangkitkan pariwisata dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya," imbuhnya.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah, Sinoeng Noegroho Rachmadi menyampaikan, sejalan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah, pihaknya menargetkan pertumbuhan sebanyak 500 desa.
Target tersebut dipaparkannya terbagi menjadi tiga kategori, yakni Desa Wisata Rintisan, Desa Wisata Berkembang dan Desa Wisata Maju. "Untuk desa rintisan, kami telah mengkalkulir ada sekitar sampai dengan 150 desa wisata rintisan, itu yang baru muncul. Untuk desa wisata berkembang, kurang lebih itu ada sekitar 200, sisanya ada 20 desa wisata maju," jelas Sinoeng.
"Ini harapan kami, yang berkembang bisa naik menjadi maju, yang rintisan menjadi berkembang, yang belum menjadi wisata maju menjadi desa rintisan," ungkapnya.
Oleh karena itu, sejalan dengan harapan Menparekraf, target penciptaan desa wisata di Jawa Tengah diharapkannya dapat tercapai. Sehingga pemulihan ekonomi lewat sektor parekraf dapat terwujud pada tahun 2023 mendatang. "Target kami itu 500 desa wisata pada akhir 2023 itu akan tercapai. Dan hari ini sudah mencapai kurang lebih 420 desa wisata," paparnya.
Kali ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menargetkan penciptaan 500 desa wisata pada tahun 2023. Target tersebut disampaikan Sandiaga Uno merujuk peran penting desa wisata sebagai penggerak ekonomi di daerah.
Tak hanya membuka peluang usaha dan lapangan kerja, potensi desa wisata jelang era pariwisata baru pun kini terbuka lebar. Hal tersebut dibuktikan lewat jumlah kunjungan wisatawan di desa wisata saat ini.
Menurut Sandiaga, jumlah kunjungan wisatawan yang semula anjlok imbas pandemi Covid-19 kini mulai bangkit. Bahkan, kunjungan wisatawan di sejumlah desa wisata yang pernah disambanginya naik secara signifikan dalam beberapa pekan belakangan.
Seperti halnya Dusun Butuh, Kaliangkrik, Magelang, Jawa Tengah. Jumlah wisatawan Nusantara di Desa Wisata yang kini dikenal dengan sebutan Nepal Van Java itu diungkapkannya meningkat hingga 70%.
"Secara konkret kita sudah mendapatkan laporan bahwa desa wisata Dusun Butuh, Nepal Van Java yang ada di Kecamatan Kaliangkrik, Magelang, Jawa Tengah setelah didorong dengan kunjungan dan kegiatan oleh kami (Kemenparekraf), kunjungannya meningkat hampir 70%," ujarnya di Desa Candirejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (4/6/2021).
"Nah ini adalah dukungan konkret, bahwa kunjungan kita ini diikuti dengan peningkatan pendapatan dari desa-desa wisata, dari segi penjualan hasil kulinernya, kedatangan wisatawan, tingkat keterhunian homestay-nya, maupun juga kesejahteraan warganya. Itu yang konkret buat kita, karena kebangkitan pariwisata ini kita mulai dari desa wisata," tuturnya
Lewat penciptaan desa wisata, Sandiaga meyakini akan membuka lebar peluang usaha, termasuk lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Hanya saja, dia mengingatkan agar peningkatan kunjungan wisatawan tersebut dapat dibarengi penerapan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin.
Di sisi lain, Kemenparekraf juga telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah, termasuk Pemprov Jawa Tengah untuk menutup destinasi wisata, mulai dari desa wisata hingga sentra ekonomi kreatif, apabila terjadi peningkatan kasus Covid-19.
"Jadi tegas kita prioritaskan penanganan kasus covid-19, tapi pada satu sisi juga di daerah-daerah yang kondusif, kategorinya zona hijau itu bisa dilakukan (dibuka) tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin," ungkapnya. "Kita ingin desa wisata hadir membangkitkan pariwisata dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya," imbuhnya.
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah, Sinoeng Noegroho Rachmadi menyampaikan, sejalan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah, pihaknya menargetkan pertumbuhan sebanyak 500 desa.
Target tersebut dipaparkannya terbagi menjadi tiga kategori, yakni Desa Wisata Rintisan, Desa Wisata Berkembang dan Desa Wisata Maju. "Untuk desa rintisan, kami telah mengkalkulir ada sekitar sampai dengan 150 desa wisata rintisan, itu yang baru muncul. Untuk desa wisata berkembang, kurang lebih itu ada sekitar 200, sisanya ada 20 desa wisata maju," jelas Sinoeng.
"Ini harapan kami, yang berkembang bisa naik menjadi maju, yang rintisan menjadi berkembang, yang belum menjadi wisata maju menjadi desa rintisan," ungkapnya.
Oleh karena itu, sejalan dengan harapan Menparekraf, target penciptaan desa wisata di Jawa Tengah diharapkannya dapat tercapai. Sehingga pemulihan ekonomi lewat sektor parekraf dapat terwujud pada tahun 2023 mendatang. "Target kami itu 500 desa wisata pada akhir 2023 itu akan tercapai. Dan hari ini sudah mencapai kurang lebih 420 desa wisata," paparnya.
(ind)