Hadirkan Kualitas Premium, Sasa Inti Optimalkan Fortifikasi Produk Tahun Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Sasa Inti sebagai perusahaan fast moving consumer good (FMCG) makanan dan bumbu terus mengoptimalkan kegiatan fortifikasi produk FMCG miliknya. Kegiatan yang telah berlangsung sejak beberapa tahun lalu ini bertujuan meningkatkan kualitas produknya menjadi premium.
CEO dan President Director Sasa Inti Rudolf Tjandra mengatakan, hingga saat ini ada beberapa produk Sasa yang masih dalam tahap fortifikasi. Menurutnya, fortifikasi pangan memang tidak bisa selesai dalam waktu singkat, sebab harus melewati berbagai proses Research and Development (RnD) yang pelik bersama dengan para pakar nutrisi.
Rudolf pun belum bisa menyampaikan secara rinci mengenai produk fortifikasi apa lagi yang akan dirilis dalam waktu dekat ini. Dia memastikan, ke depannya akan ada banyak produk yang mengantri untuk diluncurkan.
"Untuk tepung bumbu sudah selesai (fortifikasi) dan sudah di-launch sejak awal tahun ini, sedangkan yang santan sudah rilis sejak tahun lalu. Ke depannya banyak lagi akan menyusul," ujarnya.
Lebih lanjut, dirinya mengakui bahwa kegiatan fortifikasi yang dilakukan sejak beberapa tahun silam telah berdampak positif terhadap kinerja bisnis Sasa. Pendapatan perusahaan ini dinilai terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Hal ini tentunya didorong oleh semakin pandainya konsumen dalam memilih produk-produk yang berkualitas. Bahkan, Sasa meraih Top 4 Fastest Growing Brand In CRPs (Consumer Reach Point) based on Asia Brand Footprint 2021 yang dirilis oleh Kantar.
"Brand equity kami pun sudah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Sejak 2019 sejak kita mulai proses transformation Sasa," tuturnya.
Dalam perjalanan memberikan produk berkualitas kepada masyarakat, sejumlah tantangan pun dilalui oleh Sasa. Terutama di tengah kondisi pandemi yang membuat daya beli masyarakat menurun, serta harga bahan baku yang terus meroket tajam.
Namun, komitmen yang tinggi untuk dapat terus memenuhi kebutuhan masyarakat, membuat Sasa tetap berupaya memberikan yang terbaik dengan menyuguhkan produk-produk berkualitas. Tentunya, dengan harga yang tetap ekonomis.
"Kita ingin walaupun dengan adanya fortifikasi Sasa adalah premium produk, harga-harga kita tetap terjangkau agar tidak membebani konsumen di masa sulit ini," ucap Rudolf.
Demi mempertahankan kinerja bisnisnya di tengah kondisi pandemi yang masih berlangsung tahun ini, Sasa pun menjalankan sejumlah langkah strategis. Salah satunya dengan memprioritaskan perkenalan produk-produk Sasa yang sudah di-fortifikasi kepada masyarakat luas.
"Seperti Tepung Bumbu Sasa bervitamin dan mineral, Sasa Santan ber-omega 3,6 dan fiber dan juga Sasa MSG yang mengandung banyak protein, serta bisa mengurangi konsumsi gula dan garam, karena MSG ya gula dan garam yang di-fortifikasi," katanya.
Sasa pun tengah fokus untuk menjadi lebih sensitif terhadap kebutuhan konsumen di tengah kondisi pandemi saat ini. Seperti halnya kebutuhan akan makanan yang mudah disiapkan di rumah, makanan yang memberikan manfaat kesehatan, dan harga produk yang terjangkau.
"Mengerti dan merasakan kebutuhan masyarakat Indonesia dan mendalami apa yang Sasa dapat lakukan untuk dapat ikut deliver happiness di tengah kondisi pandemi ini dan post pandemi nanti. Kita juga ingin terus engage dengan karyawan, konsumen, dan semua stakeholders agar kita tetap dapat berkontribusi nyata dalam ikut melezatkan dan menyehatkan kehidupan bangsa," tutur Rudolf.
Pada 2021 ini, Sasa menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 30 persen untuk produk non MSG dari torehan di tahun lalu.
Seperti diketahui, Sasa memproduksi berbagai produk FMCG, mulai dari MNG, tepung bumbu, rangkaian saus, santan hingga bumbu instan. Hingga saat ini, Sasa telah memiliki tiga pabrik, yakni di Probolinggo, Cikarang dan Minahasa Selatan. (CM)
CEO dan President Director Sasa Inti Rudolf Tjandra mengatakan, hingga saat ini ada beberapa produk Sasa yang masih dalam tahap fortifikasi. Menurutnya, fortifikasi pangan memang tidak bisa selesai dalam waktu singkat, sebab harus melewati berbagai proses Research and Development (RnD) yang pelik bersama dengan para pakar nutrisi.
Rudolf pun belum bisa menyampaikan secara rinci mengenai produk fortifikasi apa lagi yang akan dirilis dalam waktu dekat ini. Dia memastikan, ke depannya akan ada banyak produk yang mengantri untuk diluncurkan.
"Untuk tepung bumbu sudah selesai (fortifikasi) dan sudah di-launch sejak awal tahun ini, sedangkan yang santan sudah rilis sejak tahun lalu. Ke depannya banyak lagi akan menyusul," ujarnya.
Lebih lanjut, dirinya mengakui bahwa kegiatan fortifikasi yang dilakukan sejak beberapa tahun silam telah berdampak positif terhadap kinerja bisnis Sasa. Pendapatan perusahaan ini dinilai terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Hal ini tentunya didorong oleh semakin pandainya konsumen dalam memilih produk-produk yang berkualitas. Bahkan, Sasa meraih Top 4 Fastest Growing Brand In CRPs (Consumer Reach Point) based on Asia Brand Footprint 2021 yang dirilis oleh Kantar.
"Brand equity kami pun sudah meningkat lebih dari dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Sejak 2019 sejak kita mulai proses transformation Sasa," tuturnya.
Dalam perjalanan memberikan produk berkualitas kepada masyarakat, sejumlah tantangan pun dilalui oleh Sasa. Terutama di tengah kondisi pandemi yang membuat daya beli masyarakat menurun, serta harga bahan baku yang terus meroket tajam.
Namun, komitmen yang tinggi untuk dapat terus memenuhi kebutuhan masyarakat, membuat Sasa tetap berupaya memberikan yang terbaik dengan menyuguhkan produk-produk berkualitas. Tentunya, dengan harga yang tetap ekonomis.
"Kita ingin walaupun dengan adanya fortifikasi Sasa adalah premium produk, harga-harga kita tetap terjangkau agar tidak membebani konsumen di masa sulit ini," ucap Rudolf.
Demi mempertahankan kinerja bisnisnya di tengah kondisi pandemi yang masih berlangsung tahun ini, Sasa pun menjalankan sejumlah langkah strategis. Salah satunya dengan memprioritaskan perkenalan produk-produk Sasa yang sudah di-fortifikasi kepada masyarakat luas.
"Seperti Tepung Bumbu Sasa bervitamin dan mineral, Sasa Santan ber-omega 3,6 dan fiber dan juga Sasa MSG yang mengandung banyak protein, serta bisa mengurangi konsumsi gula dan garam, karena MSG ya gula dan garam yang di-fortifikasi," katanya.
Sasa pun tengah fokus untuk menjadi lebih sensitif terhadap kebutuhan konsumen di tengah kondisi pandemi saat ini. Seperti halnya kebutuhan akan makanan yang mudah disiapkan di rumah, makanan yang memberikan manfaat kesehatan, dan harga produk yang terjangkau.
"Mengerti dan merasakan kebutuhan masyarakat Indonesia dan mendalami apa yang Sasa dapat lakukan untuk dapat ikut deliver happiness di tengah kondisi pandemi ini dan post pandemi nanti. Kita juga ingin terus engage dengan karyawan, konsumen, dan semua stakeholders agar kita tetap dapat berkontribusi nyata dalam ikut melezatkan dan menyehatkan kehidupan bangsa," tutur Rudolf.
Pada 2021 ini, Sasa menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 30 persen untuk produk non MSG dari torehan di tahun lalu.
Seperti diketahui, Sasa memproduksi berbagai produk FMCG, mulai dari MNG, tepung bumbu, rangkaian saus, santan hingga bumbu instan. Hingga saat ini, Sasa telah memiliki tiga pabrik, yakni di Probolinggo, Cikarang dan Minahasa Selatan. (CM)
(ars)