Gawat, Ekonom Sebut Ada Risiko Kembali Resesi di Kuartal III/2021

Rabu, 18 Agustus 2021 - 11:08 WIB
loading...
Gawat, Ekonom Sebut Ada Risiko Kembali Resesi di Kuartal III/2021
Ekonomi dinilai bisa kembali resesi di kuartal III. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies CELIOS Bhima Yudhistira mengatakan, ada risiko ekonomi Indonesia kembali resesi di kuartal III/2021. Dia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kuartal III akan melemah dibandingkan kuartal II.

"Pertumbuhan ekonomi di kuartal III diperkirakan kembali mengalami pelemahan di kisaran -1% hingga 2% secara tahunan," kata Bhima saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Rabu (18/8/2021).



Bhima mengatakan, adanya risiko ekonomi kembali masuk resesi di kuartal III disebabkan perpanjangaan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

"Pelemahan tersebut disebabkan oleh turunnya aktivitas konsumsi rumah tangga karena pembatasan sosial (PPKM). Sejak bulan Juli masyarakat mulai mengurangi belanja terlihat dari Indeks Keyakinan (IKK) Konsumen yang turun tajam dari 107 menjadi 80," ujarnya.

Menurut Bhima, jika IKK berada di bawah 100, itu artinya konsumen kembali pesimis terhadap prospek ekonomi ke depan, khususnya dari sisi kesempatan kerja.

"Akibat rendahnya sisi permintaan, penyaluran kredit perbankan juga mengalami tekanan setelah Juni tumbuh positif. PPKM juga berdampak terhadap pemulihan sektor ritel, yang meski dibuka 25% tapi efeknya belum signifikan terhadap pendapatan pengusaha di pusat perbelanjaann," katanya.

Selanjutnya, syarat seperti menunjukkan sertifikat vaksin untuk masuk mal, sementara tingkat vaksinasi nasional baru di kisaran 20% akan membuat jumlah pengunjung mal sangat terbatas.



"Dari sisi ekspor sebelumnya sempat tumbuh tinggi di kuartal II, tapi diperkirakan kembali rendah pada kuartal III. Lonjakan varian delta yang memicu lockdown atau partial lockdown di beberapa negara mitra dagang utama akan menurunkan permintaan bahan baku dari Indonesia," ujarnya.

Bhima mencatat, jumlah penjualan ritel China bulan Juli hanya naik 8,5% lebih rendah dari bulan Juni yakni tumbuh 12,1%. Output industri di China juga tergerus menjadi naik 6,4% dibanding Juni 8,3%.

"Data-data ini perlu diperhatikan sebagai sinyal pasar ekspor ke China mungkin akan mengalami penurunan sepanjang kuartal III. China menyumbang sebesar 22% dari total ekspor, sehingga neraca dagang secara keseluruhan mungkin terpengaruh," jelasnya.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2483 seconds (0.1#10.140)