Ini Dia Negara di Asia Pertama Curi Start Kerek Suku Bunga
loading...
A
A
A
MUMBAI - Sri Lanka menjadi negara pertama di Asia yang menaikkan suku bunga acuan sejak berlangsungnya pandemi. Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) memilih menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 5% dan lending facility sebesar 6% sebagai strategi membendung inflasi dan kenaikan impor yang cukup pesat yang mengakibatkan mata uangnya 'Rupee/LKR' terdepresiasi sebesar 8% tahun ini.
Negeri yang mengandalkan ekonominya di sektor pertanian dan mineral ini juga menaikkan rasio cadangan wajibnya sebesar 4%, berlaku mulai 1 September.
"Keputusan ini dibuat dengan tujuan untuk mengatasi ketidakseimbangan ekonomi dari sektor eksternal dan untuk mencegah tekanan inflasi agar tidak semakin berat dalam jangka menengah, di tengah prospek pertumbuhan yang (mulai) membaik," tulis Bank Sentral Sri Lanka dalam sebuah pernyataan, dilansir Reuters Kamis (18/9/2021).
Berpenduduk 21 juta orang (2018), ekonomi negara ini sedang menuju fase pemulihan di tengah gempuran Covid-19 di negara yang merdeka dari Inggris tahun 1947 ini.
"Sri Lanka telah membuat kemajuan ekonomi secara bertahap setelah terdampak pandemi pada 2020 dan bersiap untuk mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi sepanjang triwulan kedua 2021, meski sebagian terhambat karena hal-hal dasar," imbuhnya.
Terletak di selatan India, Sri Lanka mencatatkan peningkatan inflasi dalam beberapa bulan terakhir sebagai akibat dari naiknya harga pangan dan non-pangan. CBSL memproyeksikan inflasi berada di kisaran 4-6% dalam waktu dekat.
Sementara indeks harga konsumen di negeri Ceylon itu meningkat 5,7%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yakni 5,2%, menurut data terakhir bank sentral.
Lihat Juga: Bos Bank Sentral Warning, Perang Iran-Israel Bisa Mengulang Guncangan Energi Era 1970-an
Negeri yang mengandalkan ekonominya di sektor pertanian dan mineral ini juga menaikkan rasio cadangan wajibnya sebesar 4%, berlaku mulai 1 September.
"Keputusan ini dibuat dengan tujuan untuk mengatasi ketidakseimbangan ekonomi dari sektor eksternal dan untuk mencegah tekanan inflasi agar tidak semakin berat dalam jangka menengah, di tengah prospek pertumbuhan yang (mulai) membaik," tulis Bank Sentral Sri Lanka dalam sebuah pernyataan, dilansir Reuters Kamis (18/9/2021).
Berpenduduk 21 juta orang (2018), ekonomi negara ini sedang menuju fase pemulihan di tengah gempuran Covid-19 di negara yang merdeka dari Inggris tahun 1947 ini.
"Sri Lanka telah membuat kemajuan ekonomi secara bertahap setelah terdampak pandemi pada 2020 dan bersiap untuk mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi sepanjang triwulan kedua 2021, meski sebagian terhambat karena hal-hal dasar," imbuhnya.
Terletak di selatan India, Sri Lanka mencatatkan peningkatan inflasi dalam beberapa bulan terakhir sebagai akibat dari naiknya harga pangan dan non-pangan. CBSL memproyeksikan inflasi berada di kisaran 4-6% dalam waktu dekat.
Sementara indeks harga konsumen di negeri Ceylon itu meningkat 5,7%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yakni 5,2%, menurut data terakhir bank sentral.
Lihat Juga: Bos Bank Sentral Warning, Perang Iran-Israel Bisa Mengulang Guncangan Energi Era 1970-an
(nng)