Corona Kills Everything (2)

Sabtu, 30 Mei 2020 - 09:04 WIB
loading...
Corona Kills Everything...
Yuswohadi. Foto/Istimewa
A A A
Covid-19 tak hanya membunuh manusia. Covid-19 juga membunuh produk. Covid-19 juga membunuh bisnis dan industri. Covid-19 bahkan membunuh kebiasaan-kebiasaan kita.

Dalam buku Corona Kills Everything (2020) yang akan diterbitkan akhir Juni ini, saya mengumpulkan 80 produk, bisnis, dan kebiasaan yang dibunuh oleh Covid-19. Kalau minggu lalu saya sudah menjelaskan tujuh produk, bisnis, dan kebiasaan yang dibunuh Covid-19, berikut ini adalah korban-korban pembunuhan berikutnya.

#8. Concert & Festival

Konser dan festival musik ternama seperti Glastonbury, Coachella, atau SXSW tak akan digelar tahun ini. Tak hanya yang besar, semua konser dan festival di seluruh dunia juga dibatalkan. Prediksi para analis pembatalan ini bakal terulang setahun bahkan dua tahun ke depan.

Tak terelakkan lagi, konser dan festival adalah industri yang paling cepat terdampak Covid-19 sekaligus paling lama pulih. Alasannya sederhana, konser/festival membutuhkan kerumunan massa dalam jumlah besar. By-default, bisnis ini “menjual kerumunan”. Karena itu, self-distancing tidak dimungkinkan. Industri ini bakal betul-betul normal hanya jika vaksin penawar Covid-19 ditemukan. (Baca: Corona Kills Everyting 1)

Memang kini sudah muncul penggantinya, yaitu virtual concert. Namun, perlu diingat, teknologi virtual reality secanggih apa pun tak akan mampu menggantikan pengalaman fisik.

#9. Hotel

Pernyataan resmi dari Kemenparekraf awal April lalu, jumlah hotel yang tutup sementara karena Covid-19 sudah mencapai 1.500 di seluruh Indonesia karena tak lagi ada tamu.

Untuk bisa bertahan hotel melakukan berbagai upaya survival mulai dari: meluncurkan paket seperti “work from hotel”, program staycation, menawarkan “hotel food delivery”, hingga jemput bola menawarkan on-demand cleaning service ke rumah-rumah.

Pemulihan sektor pariwisata membutuhkan waktu lumayan lama. Menurut World Travel and Tourism Council (WTTC), industri ini baru pulih dalam waktu sepuluh bulan ke depan. Sementara Tourism Economics memperkirakan lebih lama lagi, yaitu hingga 2022.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1839 seconds (0.1#10.140)