Pelindo Berbenah, Ekosistem Logistik Akan Berkelas Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pelabuhan Tanjung Priok merupakan salah satu pintu gerbang logistik nasional yang cukup vital. Di pelabuhan inilah kegiatan distribusi barang antarpulau maupun kegiatan ekspor-impor terjadi dalam volume sangat besar. Dulu, kawasan pelabuhan ini dikenal sebagai salah satu pelabuhan yang ‘’menyeramkan’’. Hal itu lantaran banyaknya aksi kejahatan hingga premanisme. Kawasan Tanjung Priok dulunya juga terkenal dengan kawasan yang berdebu, kumuh, macet, dan semrawut.
Kini, suasananya berubah total, bersih dan rapih, di dalam maupun di luar kawasan pelabuhan. Pelabuhan paling sibuk di Indonesia ini semakin modern dan canggih. Beragam peralatan pun kini sudah memanfaatkan dukungan Internet of Things (IoT). Indonesia Port Corporation (IPC), begitulah PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dikenal, sangat serius mengelola pelabuhan di kawasan Jakarta Utara ini sebagai penggerak roda perekonomian nasional, dan sebagai pintu gerbang barang-barang buatan Indonesia berlayar ke pasar dunia.
Meskipun ratusan truk berukuran besar berlalu lalang, namun tak terlihat antrean panjang di pintu masuk pelabuhan. Hari sudah mulai senja, namun aktivitas di Tanjung Priok tetap ramai. Ahmad (47) duduk santai di dalam kabin truk Hino tipe FG235 Ti lansiran 2010 milik PT Transindo Jawara Sakti yang bermarkas di Kapuk Muara, Jakarta Utara.
Truk yang menggendong kontainer berukuran 40 feet berwarna biru bernopol B 9260 UEM itu diparkir 300 meter dari kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok. Pria asal Sajira, Rangkasbitung, provinsi Banten yang sudah 17 tahun melakoni pekerjaannya sebagai sopir truk angkutan barang itu sedang menunggu giliran pengembilan barang dari kapal yang dioperasikan PT Tanto Intim Line.
’’Jadwal DO (delivery order) jam 5 sore di dermaga 111, saya datang terlalu cepat. Jadi menunggu dulu di sini sebentar,’’ungkap pria yang memiliki tiga anak itu saat ditemui Senin (20/9/2021). Selain lalu lintas di luar pelabuhan lancar, fitur IPC Smart Card yang digunakan untuk masuk melalui e-pass di pelabuhan Tanjung Priok sangat membantu para sopir untuk tiba tepat waktu. Ahmad sengaja tak masuk buffer area atau kantong parkir truk kontainer di Unit Terminal Container (UTC) 2 Pelabuhan Tanjung Priok, karena dia hanya membutuhkan waktu 30 menit sebelum jadwal bongkar barang tiba. ’’Kalau masuk ke UTC nanti keluaranya agak padat, khawatir terlambat,’’begitu alasan Ahmad.
Menurut dia, saat ini, pelabuhan Tanjung Priok sudah melakukan perubahan besar-besaran. Banyak prosedur yang dulunya manual sekarnag sudah menggunakan platform digital. ’’Dokumen yang kita bawa juga harus sesuai dengan DO. Jadi barang yang kita muat sesuai dengan yang ada di dokumen,’’cetusnya. DO onlina atau e-DO kini sudah diterapkan oleh perusahaan shipping carrier atau perusahaan pelayaran di Indonesia. Dengan adanya e-DO tersebut,kata dia, pengemudi tak perlu lagi melakukan pengurusan dokumen di pelabuhan.
Ahmad mengungkapkan, dengan adanya digitalisasi di pelabuhan Tanjung Priok, semuanya menjadi lebih efisien. ’’Kegiatan bongkar muat juga semakin cepat, karena kami para sopir sudah tahu harus ke lapangan berapa ambil atau kirim barangnya,’’tuturnya. Dengan dukungan beragam platform digital yang ada di dalam pelabuhan, kata dia, Tak ada lagi penumpukan kendaraan di satu titik. ’’Di sini (pelabuhan Tanjung Priok) aktivitas bongkar muat 24 jam. Sekarang kita bisa langsung menuju lokasi, apakah lewat pintu 1, pintu 2, atau pintu 3. Barang ada di terminal terminal 2 atau terminal 3, kita sudah tahu,’’paparnya.
Dia menuturkan, awal tahun 2000-an dirinya harus berangkat ke pelabuhan untuk mengangkut barang saat mata masyarakat sedang terpejam. Kini, Ahmad hanya perlu menyesuaikan waktu kapal sandar dan kapan dirinya mendapatkan slot untuk mengambil barang. ’’Jadi bisa ditentukan jam berapa kita datang. Lalu perlu berapa lama untuk di kirim ke Bandung atau Cirbon,’’tuturnya.
Barang yang diangkut Ahmad pun beragam. Mulai dari triplek, mainan, hingg abahan makanan seperti coklat, hingga tepung. ‘’Pernah juga angkut terasi. Dengan bongkar muat yang cepat, barang juga cepat sampai di pemesan,’’ungkapnya. Ahmad mengaku, awalnya tak terbiasa dengan penggunaan platform digital yang diterapkan di pelabuhan. Namun, karena masih ingin terus bekerja sebagai pengemudi truk, dirinya menumbuhkan semangat untuk beradaptasi.
‘’Kita masuk sudah menggunakan kartu elektronik. Mungkin usulan saya tempat pengisian kartu dengan cara membayar tunai perlu diperbanyak. Karena saya tidak tahu cara mengisi menggunakan mesian ATM,’’cetusnya. Apalagi, lanju dia, uang jalan yang diberikan perusahaannya dalam bentuk tunai. ’’Para sopir kebanyakan dapat uang jalan tunai, jadi kadang bingung saat kehabisan saldo,’’cetus pria yang masih memiliki anak berusia tiga tahun itu. Masalah lokasi pengisian saldo dompet elektronik itulah satu-satunya keluhan yang disampaikan pria yang sepekan sekali mengunjungi keluarganya di Rangkasbitung itu.
Hal senada diungkapkan Kaswari (57), pengemudi truk kontainer milik PT Yudha Antar Nusa Garuda yang berkantor di Jembatan Dua Raya, Penjaringan, Jakarta Utara. Pria yang sudah 20 tahun hilir mudik di pelabuhan Tanjung Priok ini merasakan banyak perubahan di pelabuhan tersibuk di Indonesia ini. ’’Sekarang tidak ada macet, semua serba praktis dan efisien. Jadi kami punya banyak waktu istirahat tidak bermacet-macet menunggu antrean,’’cetus pria yang bermukim di kawasan jalan Inspkesi Kali Sunter, Jakarta Utara itu. Kaswari yang mengemudikan truk bernopol B 9059 UWV dengan kontainer berukuran 40 feet berwarna hijau itu akan mengirimkan barang yang diangkutnya ke Pontianak. ’’Di bongkar di dermaga 005, diangkut menggunakan PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL),’’ujarnya.
Dia mengatakan, proses bongkar muat di Tanjung Priok dengan banyaknya perbaikan layanan berlangsung cepet. ‘’Begitu kontainer masuk di timbang sebentar sudah bisa masuk atau keluar. Cepat karena sudah menggunakan barcode, jadi hanya perlu di scan, dulu di ketik manual. Menggunakan barcode jadi lebih cepat,’’ungkapnya. Menurut dia, kondisi saat ini jauh lebih maju dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. ‘’Dulu antre bisa dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore karena macet. Sekarang sudah lancar, pelayanan Pelindo juga sangat bagus,’’paparnya. Sama halnya dengan Ahmad, Kaswari pun menginginkan adanya penambahan lokasi pengisian dompet elektronik untuk memudahkan dirinya melakukan transaksi di pelabuhan dan di sekitar kawasan pelabuhan. ’’Kami perlu itu saja, diperbanyak tempat pengisian tunainya,’’paparnya.
Pelabuhan Tanjung Priok, memang memiliki peran sangat vital. Karenanya, beragam inovasi yang dilakukan pelabuhan ini akan mendukung kelancaran distribusi barang di dalam negeri hingga ke mancanegara. Selain sebagai pintu gerbang kegiatan distribusi logistik domestik, juga pintu utama ekspor dan impor barang serta komoditas, termasuk produk automotif ke mancanegara. Perusahaan-perusahaan automotif yang memiliki pabrik di Indonesia melakukan ekspor melalui pelabuhan khusus yang dikelola oleh anak usaha IPC yakni PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC Terminal) atau yang populer disebut IKT.
Pelabuhan khusus ekspor automotif yang sedang melakukan transformasi menjadi digital car terminal ini sudah memiliki fasilitas lengkap untuk jasa vehicle processing center (vpc), equipment processing center (epc), dan port stock. ‘’Ekspor kami lancar, karena komunikasi kami dengan IKT sangat baik. Dan mereka (IKT) sangat inovatif dalam memberikan pelayanan,’’ujar PPC & Export-Import General Manager PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) Yohanes Apriyanto saat dihubungi Senin (20/9/2021).
Dengan menggunakan platform digital, produktivitas pengiriman barang dari pelabuhan yang dikelola Pelindo II maupun IPC dan IPCC Terminal akan meningkat. Sehingga proses pengiriman kendaraan antarwilayah di Indonesia dan ke luar negeri menjadi cepat dan bisa di update posisinya sudah sampai dimana. Kendaraan yang dikapalkan sudah dilengkapi dengan barcode Vehicle Identification Number (VIN) yang sudah tersambung dengan pelabuhan, sehingga semakin memudahkan pabrikan untuk memantau posisi barang. ’’IKT sangat membantu kelancaran proses ekspor kami ke mancanegara,’’tegas Apriyanto.
Catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, konektivitas antara sistem di pelabuhan dengan di pabrik kendaraan sudah berlangsung lama. Hal itu berhasil mendatangkan efisiensi bagi industri otomotif di dalam negeri. Saat pabrik selesai melakukan produksi dan mengirimkan kendaraannya ke pelabuhan, pabrikan hanya perlu mengirimkan datanya. Di pelabuhan, ada gate auto system yang membaca barcode VIN sehingga proses masuk kendaraan ke dalam pelabuhan dan kapal berlangsung cepat. Jadwal pengapalan dan posisi kapal pun pun bisa di pantau secara realtime.
Menciptakan Ekosistem yang Terintegrasi
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perkumpulan Perusahaan Multimoda Transport Indonesia Kyatmaja Lookman menilai, langkah yang dilakukan Pelindo dalam beberapa tahun terakhir berhasil memperbaiki ekosistem logistik nasional. ’’Tidak hanya di Tanjung Priok saja, tetapi juga di pelabuhan yang dikelola Pelindo I, Pelindo III, dan Pelindo IV,’’ungkapnya kepada SINDOnews. Dia mengungkapkan, dengan digabungnya Pelindo ke dalam Satu Pelindo, diharapkan efisiensi yang dihasilkan akan lebih besar lagi. Sehingga produk-produk asal Indonesia memiliki daya saing yang tinggi, khususnya di pasar global.
Namun demikian, Kyatmaja mengusulkan, agar ada intergrasi beragam platform dalam satu platform sehingga mempercepat cita-cita mengadirkan ekosistem logistik yang efisien dan terintegrasi. ’’Misalnya, untuk pengurusan dokumen, masih harus di urus di platform yang berbeda. Begitu juga untuk urusan di depo, jaminan kontainer dan sebagainnya. Akan lebih baik jika disatukan dalam satu platform,’’ungkapnya. Kyatmaja pun menaruh harapan besar atas penggabungan Pelindo menjadi satu Pelindo akan menghadirkan ekosistem yang terintegrasi dan layanan dengan standar yang sama di seluruh pelabuhan di Indonesia.
Direktur National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi sependapat dengan Kyatmaja, dimana perlu adanya integrasi sistem diantara para stakeholder. ’’Itu akan mempecepat efisiensi dan memangkas rantai birokrasi. Perlu ada aplikasi super atau Super App, dan lebih pas jika dikelola oleh Pelindo sebagai badan usaha,’’ucapnya. Alasannya, lanjut dia, di negara-negara lain, pengelolaan ekosistem pelabuhan dijalankan oleh pengelola pelabuhan, karena sudah memiliki pengalaman panjang dan infrastruktur yang lebih matang.
’’Juga untuk keperluan ekspansi dan menarik investasi, tentu akan lebih mudah jika dilakukan oleh korporasi,’’cetusnya. Siswanto menilai, Pelindo I hingga Pelindo IV sudah berhasil melakukan beragam perbaikan layanan, fitur hingga mendorong pelabuhan-pelabuhan di Indonesia memasuki era baru melalui proses digitalisasi. ’’Sekarang tinggal dukungan atau peran regulator bagaimana membuat regulasi yang mendukung pencapaian efisisensi di ekosistem logistik kita,’’tuturnya.
Menurut Siswanto, dengan bergabungnya Pelindo menjadi Satu Pelindo maka ada harapan besar cita-cita pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk menghadirkan ekosistem pelabuhan yang efisien, berdaya saing dan mendorong pertumbuhabn perekonomian nasional akan terwujud. ‘’Pelindo juga perlu di dorong untuk berekspansi ke luar negeri dengan menjadi operator di pelabuhan-pelabuhan dunia,’’kata Siswanto.
Ya, selain Pelindo II atau IPC yang diperkuat dengan teknologi inaportnet, Pelindo I, II, dan IV terus memeperkuat ekosistem logistik melalui digitalisasi. Pelindo I misalnya, sudah menerapkan Integrated Billing System (IBS) dan penyandaran kapal dengan sistem jadwal yang telah direncanakan di Terminal Peti Kemas Domestik Belawan (TPKDB) dan Belawan International Container Terminal (BICT).
Sedangkan Pelindo III dikenal dengan kehandalan pelayanan Delivery Order Online (e-DO) barang ekspor dan impor di seluruh terminal peti kemas yang dikelolanya. Sementara Pelindo IV melakukan inovasi melalui transformasi terminal peti kemas yang berbasis planning and control di Makassar New Port dan Pelabuhan Ambon. Wakil Ketua Bidang Perhubungan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Carmelita Hartoto menilai, inovasi melalui digitalisasi dengan penggunaan Internet of Things (IoT) menjadi daya saing yang dimiliki oleh Pelindo. ’’Penerapan IoT di pelabuhan akan meningkatkan daya saing Pelindo,’’tegasnya.
Carmelita yang juga Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners' Association (INSA) ini menilai, untuk semakin memperkuat Pelindo ke depan, dan mencapai apa yang di cita-citakan pemerintah, seluruh pemangku kepentingan di sektor logistik harus terlibat. Karena untuk menghadirkan ekosistem logistik yang efisien dan berdaya saing tak bisa hanya dibebankan kepada Pelindo. ’’ Semua stakeholder di bidang transportasi dan logistik serta para regulator harus terlibat didalamnya,’’tegasnya.
Sedangkan Direktur Eksekutif Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Budi Wiyono menilai, perlu ada kolaborasi antara sistem logistik berupa platform yang sudah disediakan korporasi termasuk Pelindo dengan sistem logistik yang ada di regulator. Sehingga terjadi integrasi yang akan memberikan solusi yang menguntungkan bagi seluruh stakeholder. ’’ Sehingga mempercepat penanganan atau pengiriman barang, pengurusan dokumen, dan memperbaiki kinerja logistik, ekspor dan impor di seluruh pelabuhan di Indonesia,’’paparnya.
Di Indoensia, Pelabuhan Tanjung Priok menjadi pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia. Mengutip keterangan yang dipublikasikan Pelindo II, pelabuhan ini berfungsi sebagai pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor impor maupun barang antar pulau. Pelabuhan Tanjung Priok menangani lebih dari 30% komoditi Non-migas Indonesia. Sebanyak 50% dari seluruh arus barang yang keluar atau masuk Indonesia melewati pelabuhan Tanjung Priok. Karena itu, Pelabuhan Tanjung Priok menjadi barometer perekonomian Indonesia.
Fasilitas intermoda yang lengkap, diyakini mampu mendorong distribusi logistik serta menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan seluruh kota di Indonesia. Letaknya yang strategis dengan hinterland yang merupakan kawasan dengan aktivitas perdagangan dan industri, menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan utama di Pulau Jawa. Dengan Teknologi dan fasilitas modern, Pelabuhan Tanjung Priok telah mampu melayani kapal-kapal generasi mutakhir dan kapal-kapal besar yang secara langsung menuju ke berbagai pusat perdagangan internasional (direct call). ’’Saat ini kapal terbesar yang masuk Jakarta 10.000 TEUs,’’ ungkap Direktur Utama Pelindo II/IPC Arif Suhartono kepada SINDOnews.
Arif yang juga Ketua Organizing Committee (OC) Integrasi Pelindo itu menegaskan, Pelindo memiliki misi untuk mewujudkan ekosistem maritim nasional lewat peningkatan konektivitas jaringan. Integrasi pelayanan kepada pelanggan menjadi misi utama, yang akan disusul dengan pencapaian pengembangan pelabuhan kelas dunia. Integrasi pelayanan dinilai penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional seperti yang diamanatkan Presiden Joko Widodo.
Standar operasional di setiap pelabuhan dari Barat Indonesia hingga Timur Indonesia akan ditingkatkan dnegan memanfaatkan digitalisasi yang sudah dilakukan oleh Pelindo I hingga Pelindo IV. ’’Akan dikembangkan sustainable ports untuk mendorong peningkatan arus logistik yang lebih optimal,’’ucapnya. Rakyat Indonesia tentu menaruh harapan besar, bahwa ekosistem logistik yang terintegrasi, efisien dan berdaya saing yang di ikhtiarkan Pelindo dalam ‘’Satu Kapal’’ itu akan menghadirkan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.
Lihat Juga: Diguyur Rp111 Triliun, Indonesia Akan Berbagi Pengelolaan Pelabuhan Belawan dengan Perusahaan UEA
Kini, suasananya berubah total, bersih dan rapih, di dalam maupun di luar kawasan pelabuhan. Pelabuhan paling sibuk di Indonesia ini semakin modern dan canggih. Beragam peralatan pun kini sudah memanfaatkan dukungan Internet of Things (IoT). Indonesia Port Corporation (IPC), begitulah PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dikenal, sangat serius mengelola pelabuhan di kawasan Jakarta Utara ini sebagai penggerak roda perekonomian nasional, dan sebagai pintu gerbang barang-barang buatan Indonesia berlayar ke pasar dunia.
Meskipun ratusan truk berukuran besar berlalu lalang, namun tak terlihat antrean panjang di pintu masuk pelabuhan. Hari sudah mulai senja, namun aktivitas di Tanjung Priok tetap ramai. Ahmad (47) duduk santai di dalam kabin truk Hino tipe FG235 Ti lansiran 2010 milik PT Transindo Jawara Sakti yang bermarkas di Kapuk Muara, Jakarta Utara.
Truk yang menggendong kontainer berukuran 40 feet berwarna biru bernopol B 9260 UEM itu diparkir 300 meter dari kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok. Pria asal Sajira, Rangkasbitung, provinsi Banten yang sudah 17 tahun melakoni pekerjaannya sebagai sopir truk angkutan barang itu sedang menunggu giliran pengembilan barang dari kapal yang dioperasikan PT Tanto Intim Line.
’’Jadwal DO (delivery order) jam 5 sore di dermaga 111, saya datang terlalu cepat. Jadi menunggu dulu di sini sebentar,’’ungkap pria yang memiliki tiga anak itu saat ditemui Senin (20/9/2021). Selain lalu lintas di luar pelabuhan lancar, fitur IPC Smart Card yang digunakan untuk masuk melalui e-pass di pelabuhan Tanjung Priok sangat membantu para sopir untuk tiba tepat waktu. Ahmad sengaja tak masuk buffer area atau kantong parkir truk kontainer di Unit Terminal Container (UTC) 2 Pelabuhan Tanjung Priok, karena dia hanya membutuhkan waktu 30 menit sebelum jadwal bongkar barang tiba. ’’Kalau masuk ke UTC nanti keluaranya agak padat, khawatir terlambat,’’begitu alasan Ahmad.
Menurut dia, saat ini, pelabuhan Tanjung Priok sudah melakukan perubahan besar-besaran. Banyak prosedur yang dulunya manual sekarnag sudah menggunakan platform digital. ’’Dokumen yang kita bawa juga harus sesuai dengan DO. Jadi barang yang kita muat sesuai dengan yang ada di dokumen,’’cetusnya. DO onlina atau e-DO kini sudah diterapkan oleh perusahaan shipping carrier atau perusahaan pelayaran di Indonesia. Dengan adanya e-DO tersebut,kata dia, pengemudi tak perlu lagi melakukan pengurusan dokumen di pelabuhan.
Ahmad mengungkapkan, dengan adanya digitalisasi di pelabuhan Tanjung Priok, semuanya menjadi lebih efisien. ’’Kegiatan bongkar muat juga semakin cepat, karena kami para sopir sudah tahu harus ke lapangan berapa ambil atau kirim barangnya,’’tuturnya. Dengan dukungan beragam platform digital yang ada di dalam pelabuhan, kata dia, Tak ada lagi penumpukan kendaraan di satu titik. ’’Di sini (pelabuhan Tanjung Priok) aktivitas bongkar muat 24 jam. Sekarang kita bisa langsung menuju lokasi, apakah lewat pintu 1, pintu 2, atau pintu 3. Barang ada di terminal terminal 2 atau terminal 3, kita sudah tahu,’’paparnya.
Dia menuturkan, awal tahun 2000-an dirinya harus berangkat ke pelabuhan untuk mengangkut barang saat mata masyarakat sedang terpejam. Kini, Ahmad hanya perlu menyesuaikan waktu kapal sandar dan kapan dirinya mendapatkan slot untuk mengambil barang. ’’Jadi bisa ditentukan jam berapa kita datang. Lalu perlu berapa lama untuk di kirim ke Bandung atau Cirbon,’’tuturnya.
Barang yang diangkut Ahmad pun beragam. Mulai dari triplek, mainan, hingg abahan makanan seperti coklat, hingga tepung. ‘’Pernah juga angkut terasi. Dengan bongkar muat yang cepat, barang juga cepat sampai di pemesan,’’ungkapnya. Ahmad mengaku, awalnya tak terbiasa dengan penggunaan platform digital yang diterapkan di pelabuhan. Namun, karena masih ingin terus bekerja sebagai pengemudi truk, dirinya menumbuhkan semangat untuk beradaptasi.
‘’Kita masuk sudah menggunakan kartu elektronik. Mungkin usulan saya tempat pengisian kartu dengan cara membayar tunai perlu diperbanyak. Karena saya tidak tahu cara mengisi menggunakan mesian ATM,’’cetusnya. Apalagi, lanju dia, uang jalan yang diberikan perusahaannya dalam bentuk tunai. ’’Para sopir kebanyakan dapat uang jalan tunai, jadi kadang bingung saat kehabisan saldo,’’cetus pria yang masih memiliki anak berusia tiga tahun itu. Masalah lokasi pengisian saldo dompet elektronik itulah satu-satunya keluhan yang disampaikan pria yang sepekan sekali mengunjungi keluarganya di Rangkasbitung itu.
Hal senada diungkapkan Kaswari (57), pengemudi truk kontainer milik PT Yudha Antar Nusa Garuda yang berkantor di Jembatan Dua Raya, Penjaringan, Jakarta Utara. Pria yang sudah 20 tahun hilir mudik di pelabuhan Tanjung Priok ini merasakan banyak perubahan di pelabuhan tersibuk di Indonesia ini. ’’Sekarang tidak ada macet, semua serba praktis dan efisien. Jadi kami punya banyak waktu istirahat tidak bermacet-macet menunggu antrean,’’cetus pria yang bermukim di kawasan jalan Inspkesi Kali Sunter, Jakarta Utara itu. Kaswari yang mengemudikan truk bernopol B 9059 UWV dengan kontainer berukuran 40 feet berwarna hijau itu akan mengirimkan barang yang diangkutnya ke Pontianak. ’’Di bongkar di dermaga 005, diangkut menggunakan PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL),’’ujarnya.
Dia mengatakan, proses bongkar muat di Tanjung Priok dengan banyaknya perbaikan layanan berlangsung cepet. ‘’Begitu kontainer masuk di timbang sebentar sudah bisa masuk atau keluar. Cepat karena sudah menggunakan barcode, jadi hanya perlu di scan, dulu di ketik manual. Menggunakan barcode jadi lebih cepat,’’ungkapnya. Menurut dia, kondisi saat ini jauh lebih maju dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. ‘’Dulu antre bisa dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore karena macet. Sekarang sudah lancar, pelayanan Pelindo juga sangat bagus,’’paparnya. Sama halnya dengan Ahmad, Kaswari pun menginginkan adanya penambahan lokasi pengisian dompet elektronik untuk memudahkan dirinya melakukan transaksi di pelabuhan dan di sekitar kawasan pelabuhan. ’’Kami perlu itu saja, diperbanyak tempat pengisian tunainya,’’paparnya.
Pelabuhan Tanjung Priok, memang memiliki peran sangat vital. Karenanya, beragam inovasi yang dilakukan pelabuhan ini akan mendukung kelancaran distribusi barang di dalam negeri hingga ke mancanegara. Selain sebagai pintu gerbang kegiatan distribusi logistik domestik, juga pintu utama ekspor dan impor barang serta komoditas, termasuk produk automotif ke mancanegara. Perusahaan-perusahaan automotif yang memiliki pabrik di Indonesia melakukan ekspor melalui pelabuhan khusus yang dikelola oleh anak usaha IPC yakni PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC Terminal) atau yang populer disebut IKT.
Pelabuhan khusus ekspor automotif yang sedang melakukan transformasi menjadi digital car terminal ini sudah memiliki fasilitas lengkap untuk jasa vehicle processing center (vpc), equipment processing center (epc), dan port stock. ‘’Ekspor kami lancar, karena komunikasi kami dengan IKT sangat baik. Dan mereka (IKT) sangat inovatif dalam memberikan pelayanan,’’ujar PPC & Export-Import General Manager PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) Yohanes Apriyanto saat dihubungi Senin (20/9/2021).
Dengan menggunakan platform digital, produktivitas pengiriman barang dari pelabuhan yang dikelola Pelindo II maupun IPC dan IPCC Terminal akan meningkat. Sehingga proses pengiriman kendaraan antarwilayah di Indonesia dan ke luar negeri menjadi cepat dan bisa di update posisinya sudah sampai dimana. Kendaraan yang dikapalkan sudah dilengkapi dengan barcode Vehicle Identification Number (VIN) yang sudah tersambung dengan pelabuhan, sehingga semakin memudahkan pabrikan untuk memantau posisi barang. ’’IKT sangat membantu kelancaran proses ekspor kami ke mancanegara,’’tegas Apriyanto.
Catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, konektivitas antara sistem di pelabuhan dengan di pabrik kendaraan sudah berlangsung lama. Hal itu berhasil mendatangkan efisiensi bagi industri otomotif di dalam negeri. Saat pabrik selesai melakukan produksi dan mengirimkan kendaraannya ke pelabuhan, pabrikan hanya perlu mengirimkan datanya. Di pelabuhan, ada gate auto system yang membaca barcode VIN sehingga proses masuk kendaraan ke dalam pelabuhan dan kapal berlangsung cepat. Jadwal pengapalan dan posisi kapal pun pun bisa di pantau secara realtime.
Menciptakan Ekosistem yang Terintegrasi
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perkumpulan Perusahaan Multimoda Transport Indonesia Kyatmaja Lookman menilai, langkah yang dilakukan Pelindo dalam beberapa tahun terakhir berhasil memperbaiki ekosistem logistik nasional. ’’Tidak hanya di Tanjung Priok saja, tetapi juga di pelabuhan yang dikelola Pelindo I, Pelindo III, dan Pelindo IV,’’ungkapnya kepada SINDOnews. Dia mengungkapkan, dengan digabungnya Pelindo ke dalam Satu Pelindo, diharapkan efisiensi yang dihasilkan akan lebih besar lagi. Sehingga produk-produk asal Indonesia memiliki daya saing yang tinggi, khususnya di pasar global.
Namun demikian, Kyatmaja mengusulkan, agar ada intergrasi beragam platform dalam satu platform sehingga mempercepat cita-cita mengadirkan ekosistem logistik yang efisien dan terintegrasi. ’’Misalnya, untuk pengurusan dokumen, masih harus di urus di platform yang berbeda. Begitu juga untuk urusan di depo, jaminan kontainer dan sebagainnya. Akan lebih baik jika disatukan dalam satu platform,’’ungkapnya. Kyatmaja pun menaruh harapan besar atas penggabungan Pelindo menjadi satu Pelindo akan menghadirkan ekosistem yang terintegrasi dan layanan dengan standar yang sama di seluruh pelabuhan di Indonesia.
Direktur National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi sependapat dengan Kyatmaja, dimana perlu adanya integrasi sistem diantara para stakeholder. ’’Itu akan mempecepat efisiensi dan memangkas rantai birokrasi. Perlu ada aplikasi super atau Super App, dan lebih pas jika dikelola oleh Pelindo sebagai badan usaha,’’ucapnya. Alasannya, lanjut dia, di negara-negara lain, pengelolaan ekosistem pelabuhan dijalankan oleh pengelola pelabuhan, karena sudah memiliki pengalaman panjang dan infrastruktur yang lebih matang.
’’Juga untuk keperluan ekspansi dan menarik investasi, tentu akan lebih mudah jika dilakukan oleh korporasi,’’cetusnya. Siswanto menilai, Pelindo I hingga Pelindo IV sudah berhasil melakukan beragam perbaikan layanan, fitur hingga mendorong pelabuhan-pelabuhan di Indonesia memasuki era baru melalui proses digitalisasi. ’’Sekarang tinggal dukungan atau peran regulator bagaimana membuat regulasi yang mendukung pencapaian efisisensi di ekosistem logistik kita,’’tuturnya.
Menurut Siswanto, dengan bergabungnya Pelindo menjadi Satu Pelindo maka ada harapan besar cita-cita pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk menghadirkan ekosistem pelabuhan yang efisien, berdaya saing dan mendorong pertumbuhabn perekonomian nasional akan terwujud. ‘’Pelindo juga perlu di dorong untuk berekspansi ke luar negeri dengan menjadi operator di pelabuhan-pelabuhan dunia,’’kata Siswanto.
Ya, selain Pelindo II atau IPC yang diperkuat dengan teknologi inaportnet, Pelindo I, II, dan IV terus memeperkuat ekosistem logistik melalui digitalisasi. Pelindo I misalnya, sudah menerapkan Integrated Billing System (IBS) dan penyandaran kapal dengan sistem jadwal yang telah direncanakan di Terminal Peti Kemas Domestik Belawan (TPKDB) dan Belawan International Container Terminal (BICT).
Sedangkan Pelindo III dikenal dengan kehandalan pelayanan Delivery Order Online (e-DO) barang ekspor dan impor di seluruh terminal peti kemas yang dikelolanya. Sementara Pelindo IV melakukan inovasi melalui transformasi terminal peti kemas yang berbasis planning and control di Makassar New Port dan Pelabuhan Ambon. Wakil Ketua Bidang Perhubungan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Carmelita Hartoto menilai, inovasi melalui digitalisasi dengan penggunaan Internet of Things (IoT) menjadi daya saing yang dimiliki oleh Pelindo. ’’Penerapan IoT di pelabuhan akan meningkatkan daya saing Pelindo,’’tegasnya.
Carmelita yang juga Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners' Association (INSA) ini menilai, untuk semakin memperkuat Pelindo ke depan, dan mencapai apa yang di cita-citakan pemerintah, seluruh pemangku kepentingan di sektor logistik harus terlibat. Karena untuk menghadirkan ekosistem logistik yang efisien dan berdaya saing tak bisa hanya dibebankan kepada Pelindo. ’’ Semua stakeholder di bidang transportasi dan logistik serta para regulator harus terlibat didalamnya,’’tegasnya.
Sedangkan Direktur Eksekutif Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Budi Wiyono menilai, perlu ada kolaborasi antara sistem logistik berupa platform yang sudah disediakan korporasi termasuk Pelindo dengan sistem logistik yang ada di regulator. Sehingga terjadi integrasi yang akan memberikan solusi yang menguntungkan bagi seluruh stakeholder. ’’ Sehingga mempercepat penanganan atau pengiriman barang, pengurusan dokumen, dan memperbaiki kinerja logistik, ekspor dan impor di seluruh pelabuhan di Indonesia,’’paparnya.
Di Indoensia, Pelabuhan Tanjung Priok menjadi pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia. Mengutip keterangan yang dipublikasikan Pelindo II, pelabuhan ini berfungsi sebagai pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor impor maupun barang antar pulau. Pelabuhan Tanjung Priok menangani lebih dari 30% komoditi Non-migas Indonesia. Sebanyak 50% dari seluruh arus barang yang keluar atau masuk Indonesia melewati pelabuhan Tanjung Priok. Karena itu, Pelabuhan Tanjung Priok menjadi barometer perekonomian Indonesia.
Fasilitas intermoda yang lengkap, diyakini mampu mendorong distribusi logistik serta menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan seluruh kota di Indonesia. Letaknya yang strategis dengan hinterland yang merupakan kawasan dengan aktivitas perdagangan dan industri, menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan utama di Pulau Jawa. Dengan Teknologi dan fasilitas modern, Pelabuhan Tanjung Priok telah mampu melayani kapal-kapal generasi mutakhir dan kapal-kapal besar yang secara langsung menuju ke berbagai pusat perdagangan internasional (direct call). ’’Saat ini kapal terbesar yang masuk Jakarta 10.000 TEUs,’’ ungkap Direktur Utama Pelindo II/IPC Arif Suhartono kepada SINDOnews.
Arif yang juga Ketua Organizing Committee (OC) Integrasi Pelindo itu menegaskan, Pelindo memiliki misi untuk mewujudkan ekosistem maritim nasional lewat peningkatan konektivitas jaringan. Integrasi pelayanan kepada pelanggan menjadi misi utama, yang akan disusul dengan pencapaian pengembangan pelabuhan kelas dunia. Integrasi pelayanan dinilai penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional seperti yang diamanatkan Presiden Joko Widodo.
Standar operasional di setiap pelabuhan dari Barat Indonesia hingga Timur Indonesia akan ditingkatkan dnegan memanfaatkan digitalisasi yang sudah dilakukan oleh Pelindo I hingga Pelindo IV. ’’Akan dikembangkan sustainable ports untuk mendorong peningkatan arus logistik yang lebih optimal,’’ucapnya. Rakyat Indonesia tentu menaruh harapan besar, bahwa ekosistem logistik yang terintegrasi, efisien dan berdaya saing yang di ikhtiarkan Pelindo dalam ‘’Satu Kapal’’ itu akan menghadirkan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.
Lihat Juga: Diguyur Rp111 Triliun, Indonesia Akan Berbagi Pengelolaan Pelabuhan Belawan dengan Perusahaan UEA
(dar)