FDI Masih Minim, Investor Rusia Ditantang Tingkatkan Investasi di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menantang investor Rusia meningkatkan investasinya di Indonesia. Hal itu dikemukakan anggota Komite Investasi Kementerian Investasi/BKPM Rizal Calvary Marimbo, usai bertemu beberapa pimpinan dan manajemen Russian Railways dan The Russian Business Counsil (RBC) di Moskow, Rusia, baru-baru ini.
Pihak Russian Railways diwakili Alexander Popov selaku Deputy Executive Director dan Dmimitry Alekseev yang menjabat Head of Directorate Foreign Project. Sedangkan pihak RBC yang hadir antara lain CEO Spectrum Group Mikhail Kuritsyn dan Chairman ICG Investconsult Alexander Pogoreiskiy.
"Tadi kita tidak hanya petakan potensi investasi Rusia di Indonesia. Tapi kita tantang juga dia. Jangan mau kalah dari China, Korsel dan negara-negara lain," ujar Rizal dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (26/9/2021). Turut serta dalam kunjungan ke Rusia sejumlah anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan bupati Morowali Utara.
Rizal menjelaskan, total investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) Rusia di Indonesia pada periode 2016-2021 hanya sebesar USD46,82 juta. Investasi tersebut di lima sektor yakni industri kimia dan farmasi, hotel dan restoran, real estates, perdagangan dan layanan dan lain-lain.
Investasi Rusia tersebar di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, Sumatra, Jawa dan Kalimantan. "Sebesar 57,3% investasi Rusia di Bali dan Nusa Tenggara, Sumatera 34%, Jawa hanya 7,3%, Sulawesi 2,4%," urai Rizal.
Rusia saat ini menempati peringkat 39, FDI di Indonesia. Dengan posisi tersebut, posisi Rusia masih tertinggal dalam hal FDI di Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara Eropa lainnya seperti Belanda dan Swiss.
Rizal mengatakan, pihaknya optimis investasi Rusia akan berkembang ke depan, mengingat berbagai reformasi yang telah dilakukan untuk mempermudah kemudahan berusaha dan berinvestasi.
Pihaknya juga menyosialisasikan UU Cipta Kerja, sentralisasi perizinan, kebijakan insentif dan fasilitas fiskal serta perbaikan lainnya di era kepemimpinan menteri Bahlil Lahadalia.
”Arahan Pak Menteri Bahlil, bahwa perbaikan iklim investasi dilakukan secara sistematis, terarah dan fundamental dilakukan di Tanah Air. Dan ini memang yang investor tunggu-tunggu,” tuturnya.
Lebih lanjut Rizal menambahkan, investor Rusia tertarik berinvestasi di sektor infrastruktur dan energi. "Utamanya mereka banyak tanya-tanya soal prospek kereta api di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua serta kelistrikan pembangkit tenaga nuklir," ungkapnya.
Pihak Russian Railways diwakili Alexander Popov selaku Deputy Executive Director dan Dmimitry Alekseev yang menjabat Head of Directorate Foreign Project. Sedangkan pihak RBC yang hadir antara lain CEO Spectrum Group Mikhail Kuritsyn dan Chairman ICG Investconsult Alexander Pogoreiskiy.
"Tadi kita tidak hanya petakan potensi investasi Rusia di Indonesia. Tapi kita tantang juga dia. Jangan mau kalah dari China, Korsel dan negara-negara lain," ujar Rizal dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (26/9/2021). Turut serta dalam kunjungan ke Rusia sejumlah anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan bupati Morowali Utara.
Rizal menjelaskan, total investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) Rusia di Indonesia pada periode 2016-2021 hanya sebesar USD46,82 juta. Investasi tersebut di lima sektor yakni industri kimia dan farmasi, hotel dan restoran, real estates, perdagangan dan layanan dan lain-lain.
Investasi Rusia tersebar di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, Sumatra, Jawa dan Kalimantan. "Sebesar 57,3% investasi Rusia di Bali dan Nusa Tenggara, Sumatera 34%, Jawa hanya 7,3%, Sulawesi 2,4%," urai Rizal.
Rusia saat ini menempati peringkat 39, FDI di Indonesia. Dengan posisi tersebut, posisi Rusia masih tertinggal dalam hal FDI di Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara Eropa lainnya seperti Belanda dan Swiss.
Rizal mengatakan, pihaknya optimis investasi Rusia akan berkembang ke depan, mengingat berbagai reformasi yang telah dilakukan untuk mempermudah kemudahan berusaha dan berinvestasi.
Pihaknya juga menyosialisasikan UU Cipta Kerja, sentralisasi perizinan, kebijakan insentif dan fasilitas fiskal serta perbaikan lainnya di era kepemimpinan menteri Bahlil Lahadalia.
”Arahan Pak Menteri Bahlil, bahwa perbaikan iklim investasi dilakukan secara sistematis, terarah dan fundamental dilakukan di Tanah Air. Dan ini memang yang investor tunggu-tunggu,” tuturnya.
Lebih lanjut Rizal menambahkan, investor Rusia tertarik berinvestasi di sektor infrastruktur dan energi. "Utamanya mereka banyak tanya-tanya soal prospek kereta api di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua serta kelistrikan pembangkit tenaga nuklir," ungkapnya.
(ind)