Eropa dan Rusia Saling Tuding Penyebab Krisis Energi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di tengah krisis energi yang melanda dunia, khususnya Eropa . Baik Rusia maupun Eropa saling lempar kesalahan dan menuduh biang kerok atas masalah melonjaknya harga gas alam .
Baru-baru ini Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidatonya mengatakan, bahwa krisis energi yang terjadi di Eropa saat ini adalah kesalahan dari kebijakan benua biru tersebut.Putin menilai, salah satu faktor yang mempengaruhi harga adalah kebijakan kontrak jangka panjang Eropa yang menguntungkan pasar spot.
"Mereka (Eropa) telah membuat kesalahan, dan hari ini sangat jelas, bahwa kebijakan ini salah," kata Putin dalam pertemuan dengan para pejabat departemen energi Rusia, disiarkan di televisi, dikutip dari The Moscow Times, Rabu (6/10/2021).
Di tempat berbeda, Eropa justru menganggap Rusia menjadi penyebab dari krisis energi. Mereka menuduh Moskow menahan suplai gas mereka dengan dugaan tujuan politis untuk 'menekan Barat'.
Rusia yang notabene merupakan pemasok gas alam terbesar di Eropa sekitar sebesar 40% ini dituduh membatasi aliran dan memanipulasi harga.
Para pejabat Uni Eropa bahkan sempat melayangkan surat ke Rusia pada bulan lalu, menuduh perusahaan Gazprom bermain harga untuk menekan Eropa agar mengaktifkan proyek pipa gas Nord Stream 2.
Nord Stream 2 merupakan proyek kerjasama gas alam antara Rusia-Jerman yang menjalar di dasar Laut Baltik. Namun proyek ini dihentikan Jerman mengingat sanksi mitra strategis Uni Eropa dan Amerika Serikat terhadap Rusia.
Amerika Serikat juga sempat mewanti-wanti Eropa terkait proyek ini yang dinilai dapat meningkatkan ketergantungan Eropa atas pasokan energi Rusia.
Tapi tuduhan tersebut dibantah oleh Rusia. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan bahwa Rusia sama sekali tidak ada peran dalam menyebabkan lonjakan harga gas alam di Eropa.
"Ada beberapa alasan di balik krisis gas alam di Eropa yaitu pemulihan ekonomi yang lambat, pertumbuhan permintaan energi, dan pasokan yang tidak terisi cukup baik," kata Peskov dilansir Reuters, Kamis (7/10/2021).
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Baru-baru ini Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidatonya mengatakan, bahwa krisis energi yang terjadi di Eropa saat ini adalah kesalahan dari kebijakan benua biru tersebut.Putin menilai, salah satu faktor yang mempengaruhi harga adalah kebijakan kontrak jangka panjang Eropa yang menguntungkan pasar spot.
"Mereka (Eropa) telah membuat kesalahan, dan hari ini sangat jelas, bahwa kebijakan ini salah," kata Putin dalam pertemuan dengan para pejabat departemen energi Rusia, disiarkan di televisi, dikutip dari The Moscow Times, Rabu (6/10/2021).
Di tempat berbeda, Eropa justru menganggap Rusia menjadi penyebab dari krisis energi. Mereka menuduh Moskow menahan suplai gas mereka dengan dugaan tujuan politis untuk 'menekan Barat'.
Rusia yang notabene merupakan pemasok gas alam terbesar di Eropa sekitar sebesar 40% ini dituduh membatasi aliran dan memanipulasi harga.
Para pejabat Uni Eropa bahkan sempat melayangkan surat ke Rusia pada bulan lalu, menuduh perusahaan Gazprom bermain harga untuk menekan Eropa agar mengaktifkan proyek pipa gas Nord Stream 2.
Nord Stream 2 merupakan proyek kerjasama gas alam antara Rusia-Jerman yang menjalar di dasar Laut Baltik. Namun proyek ini dihentikan Jerman mengingat sanksi mitra strategis Uni Eropa dan Amerika Serikat terhadap Rusia.
Amerika Serikat juga sempat mewanti-wanti Eropa terkait proyek ini yang dinilai dapat meningkatkan ketergantungan Eropa atas pasokan energi Rusia.
Tapi tuduhan tersebut dibantah oleh Rusia. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan bahwa Rusia sama sekali tidak ada peran dalam menyebabkan lonjakan harga gas alam di Eropa.
"Ada beberapa alasan di balik krisis gas alam di Eropa yaitu pemulihan ekonomi yang lambat, pertumbuhan permintaan energi, dan pasokan yang tidak terisi cukup baik," kata Peskov dilansir Reuters, Kamis (7/10/2021).
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(akr)