Pesawat CN235-200 Terbang Pakai Avtur Minyak Sawit, Ini Tantangan Selanjutnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah dikatakan siap mendorong percepatan substitusi minyak sawit menjadi bio avtur sebagai bahan bakar pesawat terbang . Seperti diketahui sebelumnya uji coba terbang pesawat CN235-220 Flying Test Bed (FTB) menggunakan Bioavtur J2.4 berjalan sukses.
Meski demikian, Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menerangkan, beberapa tantangan yang dihadapi pemerintah dalam melakukan percepatan. Sejauh ini pengembangan telah berjalan hingga sampai ke tahap uji coba.
"Kami dari ESDM dan juga masyarakat akan terus mendorong dari sisi pemanfatan teknologi. Tantangan paling awal ada di pengembangan prosesnya, bagaimana kita miliki proses untuk produksi dari bio avtur ini. Ada dua hal yang begitu penting dalam hal ini" kata Dadan Kusdiana dalam program Market Review IDX Channel, Rabu (13/10/2021).
Pertama ia menyebut, tingkat konversi supaya nanti kedepan bagaimana nilai ekonomisnya serta supaya spesifikasi yang cocok dan tepat. Kedua, kunci dalam upaya mempercepat proses penggunaan energi terbarukan berada di katalis yang nantinya merubah minyak sawit menjadi bio avtur.
"Nah itu tantangan paling awal pengembangan, yang kedua adalah memastikan bahwa ini yang dihasilkan bio avtur adalah bahan bakar yang memang bisa dipakai. Ini sudah ditunjukan dan diuji. Misal bio diesel ada uji coba dari 2005 sampai sekarang, setiap kita menaikan campuran misal B5 jadi B10 itu ada uji cobanya. Lalu ke B20 yang prosesnya cukup panjang," ungkapnya.
"Dari sisi uji coba, jadi kita harus mencari pesawat unyuk dilakukan uji coba. Alhamdulillah ada support kerja sama berbagai macam pihak bisa mendukung (Garuda, Angkasa Pura, Dirgantara) dan kedepan masih ada tantangan keekonomian," tandasnya.
Meski demikian, Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menerangkan, beberapa tantangan yang dihadapi pemerintah dalam melakukan percepatan. Sejauh ini pengembangan telah berjalan hingga sampai ke tahap uji coba.
"Kami dari ESDM dan juga masyarakat akan terus mendorong dari sisi pemanfatan teknologi. Tantangan paling awal ada di pengembangan prosesnya, bagaimana kita miliki proses untuk produksi dari bio avtur ini. Ada dua hal yang begitu penting dalam hal ini" kata Dadan Kusdiana dalam program Market Review IDX Channel, Rabu (13/10/2021).
Pertama ia menyebut, tingkat konversi supaya nanti kedepan bagaimana nilai ekonomisnya serta supaya spesifikasi yang cocok dan tepat. Kedua, kunci dalam upaya mempercepat proses penggunaan energi terbarukan berada di katalis yang nantinya merubah minyak sawit menjadi bio avtur.
"Nah itu tantangan paling awal pengembangan, yang kedua adalah memastikan bahwa ini yang dihasilkan bio avtur adalah bahan bakar yang memang bisa dipakai. Ini sudah ditunjukan dan diuji. Misal bio diesel ada uji coba dari 2005 sampai sekarang, setiap kita menaikan campuran misal B5 jadi B10 itu ada uji cobanya. Lalu ke B20 yang prosesnya cukup panjang," ungkapnya.
"Dari sisi uji coba, jadi kita harus mencari pesawat unyuk dilakukan uji coba. Alhamdulillah ada support kerja sama berbagai macam pihak bisa mendukung (Garuda, Angkasa Pura, Dirgantara) dan kedepan masih ada tantangan keekonomian," tandasnya.
(akr)