Tahun Lalu Kaum Tajir Bangladesh Bertambah 13 Ribu Orang, Ini 2 Penyebabnya

Jum'at, 15 Oktober 2021 - 20:27 WIB
loading...
Tahun Lalu Kaum Tajir Bangladesh Bertambah 13 Ribu Orang, Ini 2 Penyebabnya
Bangladesh terus menunjukkan peningkatan ekonominya. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pelan tapi pasti, Bangladesh muncul menjadi salah satu kekuatan ekonomi Asia, khususnya bagian selatan. Mengutip, tradingeconomics.com, sejak tahun 2015, pertumbuhan ekonomi Bangladesh sangat mengesankan, selalu di atas 6%.

Malahan pada tahun 2019, ekonomi bekas "koloni" Pakistan itu mencapai 8,15%. Bahkan, ketika pandemi Covid merontokkan sejumlah ekonomi dunia, termasuk Indonesia, Bangladesh masih tumbuh positif, sebesar 3,51%.

Pertumbuhan yang mencengangkan itu juga membuat jumlah penduduk tajirnya terus bertambah. DhakaTribune.com melaporkan bahwa sepanjang tahun lalu, ketika pandemi tengah ganas-ganasnya di dunia, ada 13.881 orang yang masuk ke dalam jajaran jutawan di negara berpenduduk 163 juta jiwa itu (2019).


"Menurut data Bank Bangladesh, jumlah itu 16% lebih banyak dibanding periode yang sama tahun lalu," tulis DhakaTribune (12/10/2021).

Data Bank Bangladesh menunjukkan bahwa saat ini jumlah rekening bank jutawan mencapai 99.918. Angka itu meningkat jika dibandingkan pada Juni tahun lalu yang sebanyak 86.037 rekening.

Data Bank Bangladesh juga mengungkap, selama kuartal II (April-Juni) rekening bank para jutawan bertambah sebanyak 5.646 rekening.

Dr. Zahid Hussain, mantan ekonom utama di kantor Bank Dunia Dhaka, mengatakan bahwa kabar tentang jumlah jutawan yang meningkat jelas merupakan informasi yang bagus. Tetapi, menurutnya, harus dilihat juga apakah simpanan bank kelas menengah--kaum yang paling terpukul oleh pandemi--juga meningkat atau tidak.

Ia mengatakan, gelombang kedua Covid-19 yang melanda awal tahun ini tidak begitu merugikan perekonomian seperti gelombang pertama. “Saya yakin data April-Juni menunjukkan cerminan itu,” tambahnya.

Lantas apa yang membuat jumlah kaum tajir Bangladesh terus berlipat? Salah satunya adalah pendirian startup atau bisnis berbasis platform digital.

“Bisnis yang menggunakan platform digital meningkat pesat selama pandemi. Beberapa pelakunya meski dipenjara karena menjalankan bisnis secara ilegal, tetapi rekening bank masih dipertanggungjawabkan,” kata Hussain.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5461 seconds (0.1#10.140)