Properti China Terguncang: Harga Rumah Mengalami Penurunan Terbesar sejak 2015

Selasa, 16 November 2021 - 08:20 WIB
loading...
Properti China Terguncang: Harga Rumah Mengalami Penurunan Terbesar sejak 2015
Kemerosotan sektor properti China semakin dalam, yang ditandai dengan penurunan bulanan terbesar harga rumah baru sejak 2015. Foto/Dok
A A A
BEIJING - Kemerosotan sektor properti China semakin dalam, yang ditandai dengan penurunan bulanan terbesar harga rumah baru sejak 2015. Berdasarkan data resmi yang dirilis, kontruksi sepanjang periode Januari hingga Oktober 2021 juga turun 7,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Seperti dikutip dari BBC, pasar properti Negeri Tirai Bambu -julukan China- telah terguncang dalam beberapa bulan terakhir. Penyebabnya tidak lain karena raksasa real estat Evergrande tengah berjuang membayar bunga atas utangnya yang sangat besar.



China juga telah dihantam gelombang baru kasus Covid-19 dan pemadaman listrik besar-besaran akibat krisis energi. Penurunan harga rumah baru sebesar 0,2% pada bulan Oktober 2021 menjadi penurunan terbesar yang terlihat di China sejak Februari 2015.

Ini juga menandai penurunan pertama harga rumah baru sejak Maret 2015. Banyaknya sentimen negatif telah menekan pasar properti China, yang menyumbang sekitar seperempat dari aktivitas ekonomi negara tersebut.

Kasus Evergrande

Industri properti telah berada di bawah pengawasan ketat seiring kekhawatiran yang masih membayangi seputar masa depan perusahaan raksasa real estat, Evergrande. Pekan lalu, Evergrande yang terlilit utang jumbo mencapai USD300 Miliar, menghindari default untuk pembayaran bunga yang terlambat sebesar USD148 Juta.



Hanya beberapa hari sebelum masa tenggang 30 hari untuk pembayaran bakal berakhir, ia menjual 5,7% saham di perusahaan media HengTen Networks Group dengan harga sekitar USD145 juta.

Minggu sebelumnya bisnis pembuatan mobil Evergrande juga dilego kepada produsen motor listrik Protean yang berbasis di Inggris dengan nilai yang tidak diungkapkan.

Sementara itu pengembang perumahan lainnya di China juga berjuang untuk mendapatkan uang agar bisa melakukan pembayaran utang.

Saham pengembang Fantasia anjlok 50% pekan lalu setelah mengatakan tidak ada jaminan dapat memenuhi kewajiban keuangan setelah gagal membayar utang jatuh tempo sebesar USD205,7 juta pada bulan Oktober.

Dan awal bulan ini, perdagangan saham Kaisa Group dan tiga unitnya dihentikan di Hong Kong setelah salah satu bisnisnya melewatkan pembayaran pada produk manajemen kekayaan.

Dampak global

Krisis utang yang dihadapi oleh raksasa properti China telah memicu kekhawatiran di antara beberapa investor internasional bahwa hal itu dapat berdampak besar pada pasar keuangan global. Namun, dalam beberapa pekan terakhir sejumlah tokoh terkenal telah bergerak untuk membantu menenangkan ketakutan itu.

Pada hari Senin, Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda mengatakan bahwa dia percaya keterpurukan properti China tidak mungkin memberikan kejutan global. Hal ini dikarenakan jumlah uang yang terutang kepada kreditor di luar negeri relatif rendah.

"Kami memperkirakan kejatuhan properti China tidak memiliki dampak besar pada ekonomi atau lembaga keuangan Jepang. Kami juga tidak melihat risiko besar yang memicu guncangan global dalam skaa besar," kata Kuroda kepada para pemimpin bisnis di kota Nagoya.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1066 seconds (0.1#10.140)