Pupuk Mahkota Kampanyekan Pemupukan Berimbang ke Petani Sawit

Minggu, 02 Januari 2022 - 15:15 WIB
loading...
Pupuk Mahkota Kampanyekan Pemupukan Berimbang ke Petani Sawit
Pupuk Mahkota, Wilmar Group, fokus mengampanyekan pemanfaatan pupuk berimbang kepada petani kelapa sawit mitra perusahaan dan distributor.
A A A
JAKARTA - Pupuk Mahkota, Wilmar Group , tengah fokus mengampanyekan pemanfaatan pupuk berimbang kepada petani kelapa sawit mitra perusahaan dan distributor. Langkah tersebut dilakukan untuk membantu mereka meningkatkan produktivitas tandan buah segar (TBS) di tengah penurunan produksi.

Langkah nyata telah dilakukan oleh Tim Pupuk Mahkota melalui program pelatihan agronomi, pengambilan kesatuan contoh daun dan tanah sehingga diketahui kebutuhan pupuknya sesuaisoil site specific location. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pendampingan dan pelayanan purna jual dalam upaya peningkatan produktivitas pertanian.

(Baca juga:Wilmar Bersama Polda Banten Gelar Vaksinasi untuk Masyarakat)

Head of Agronomy and Technical Support DepartmentPT Wilmar Chemical Indonesia Syaiful Bahri Panjaitan menjelaskan, proporsi kandungan pupuk perlu dijaga untuk mengurangi potensi penurunan produksi yang lebih dalam di tengah musim hujan. Risiko penurunan produksi akan lebih tinggi jika tanaman kelapa sawit dipupuk seadanya. “Pada semester pertama tahun ini produksi TBS diperkirakan masih turun,” kata dia dalam keterangan tertulisnya, Minggu (2/1/2022).

Pengurangan penggunaan pupuk masih ditolerir selama tidak lebih dari 20-30% dari total kebutuhan. Jika lebih dari itu, maka akan berimbas terhadap penurunan produksi. Untuk itu, pihaknya menyarankan petani agar menggunakan pupuk majemuk (NPK) untuk memenuhi kebutuhan tanaman.

(Baca juga:Wilmar Laporkan Kasus Dugaan Penipuan ke Bareskrim Polri)

Syaiful menambahkan, penurunan produksi jumlah tandan pohon sawit belum terlalu kentara.Namun, penurunan yang signifikan diramalkan terjadi pada volume produksi TBS.Hal itu sebagai dampak berlanjutnya musim hujan yang terjadi sejak 2021. Selain itu, penurunan produksi juga diduga karena perilaku petani yang mengurangi penggunaan pupuk akibat kenaikan harga.
(dar)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3281 seconds (0.1#10.140)