Mantan Menteri Ini Ramal Banyak Perusahaan Migas AS Bakal Hengkang dari RI, Ini Alasannya

Sabtu, 15 Januari 2022 - 20:45 WIB
loading...
Mantan Menteri Ini Ramal...
Mantan Menteri ESDM Arcandra Tahar. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Mantan Menteri ESDM Arcandra Tahar memprediksi tahun ini akan banyak perusahaan minyak dan gas bumi (migas) Amerika Serikat (AS) yang hengkang dari Indonesia. Pasalnya, aksi meger dan akusisi perusahaan migas dunia akan banyak terjadi di 2022.

"Akan banyak merger dan akuisisi di 2022 dan adanya eksplorasi kontinu," kata dia dalam PGN Energy and Economic Outlook 2022, dikutip Sabtu (15/1/2022).



Dia menyebut faktor yang membuat perusahaan tersebut melakukan merger dan akuisisi adalah aset konsolidasi. "Sehingga banyak aset yang dijual, on sale tidak hanya di Indonesia, tapi negara lain," jelasnya.

Upaya konsolidasi ini, lanjut Arcandra, dilakukan karena AS ingin merambah ke bisnis yang lebih ramah lingkungan. Perusahaan seperti Exxon Mobile, Chevron, ConocoPhilips akan memulai merambah ke bisnis berbasis energi terbarukan.

Terlebih lagi, pendanaan investasi untuk proyek yang berbasiskan bahan bakar fosil sudah mulai sulit didapat. Selain itu, negara-negara juga sedang fokus membayar utang dan dividen yang lebih tinggi. "Di Eropa, strateginya lebih ke diversifikasi usaha, sementara Amerika lebih ke dekarbonisasi," terang Arcandra.



Sebagai catatan, pemerintah Indonesia sendiri tengah gencar menggodok program kerja yang mendorong pengurangan emisi karbon. Hal ini dilakukan demi mengejar target penurunan emisi 29% pada 2030 mendatang dan Net Zero Emission pada 2060.

Menurut Arcandra, ada energi yang bisa mempercepat target-target tersebut, yaitu gas bumi. Energi ini harus dioptimalkan pemanfaatannya.

"Kita harus melihat dan mempertimbangkan energi yang lebih bisa diharapkan untuk memenuhi kebutuhan energi yang bersih. Target zero net emisi adalah tahun 2050-2060. Energi masa transisi untuk mencapai target tersebut adalah energi yang bersih dari fosil yaitu gas," tuturnya.

Arcandra bilang, saat ini negara-negara di Eropa mulai memanfaatkan gas sebagai pengganti energi fosil. Ke depan, permintaan gas akan melonjak signifikan. "Ini kesempatan kita untuk menggunakan gas yang jauh lebih bersih," katanya.



Saat ini, Indonesia memang masih ketergantungan minyak dan batu bara. Bahkan, krisis batu bara di pembangkit listrik yang terjadi di awal tahun terancam membuat Indonesia gelap gulita.

Arcandra, yang juga Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara (PGN), mengatakan momentum ini bisa dijadikan peluang bagi PGN untuk semakin meningkatkan kinerja perusahaan.

Gas bumi termasuk salah satu produk energi fosil yang terbukti bersih, ramah lingkungan dan efisien, akan memiliki peran strategis dalam proses transisi menuju zero net emission tersebut.



Untuk tahun 2022, PGN menargetkan peningkatan pengelolaan niaga gas untuk sektor retail, komersial, serta sektor-sektor kelistrikan menjadi lebih dari 1.000 billion bristh thermal unit per day (BBTUD) termasuk pengelolaan trading LNG internasional.

Dengan peran gas bumi sebagai energi transisi, PGN juga mendorong pertumbuhan pengelolaan niaga subholding gas menjadi sekitar 1.400 BBTUD pada tahun 2027.

Mulai tahun 2022-2027, diproyeksikan suplai LNG akan terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh menurunnya pasokan gas pipa eksisting.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Ekonomi 15 Negara Mitra...
Ekonomi 15 Negara Mitra Dagang AS yang Paling Terpukul Tarif Timbal Balik Trump
Fakta-fakta Orang Terkaya...
Fakta-fakta Orang Terkaya Hong Kong yang Bikin Marah China usai Jual Pelabuhan Panama ke AS
Takut Kanada dan UE...
Takut Kanada dan UE Bersekongkol, Trump Beri Ancaman Tarif Lebih Besar
Moskow-Washington Kian...
Moskow-Washington Kian Mesra, AS Siap Hubungkan Kembali Rusia ke SWIFT
Moodys Bunyikan Alarm...
Moody's Bunyikan Alarm Peringatan Kesehatan Fiskal AS
Rusia Tuntut Raksasa...
Rusia Tuntut Raksasa Energi Inggris Bayar Ganti Rugi Rp26,3 Triliun
Ray Dalio Warning Lonjakan...
Ray Dalio Warning Lonjakan Utang AS, Ingatkan Soal Negara Bisa Bangkrut
Utang Bengkak Lebih...
Utang Bengkak Lebih Rp596.880 Triliun, Amerika Akan Segera Bangkrut?
Warga Kanada Boikot...
Warga Kanada Boikot Liburan ke AS, Ekonomi Amerika Bisa Tekor Rp33 Triliun
Rekomendasi
17 Mayjen TNI Digeser...
17 Mayjen TNI Digeser Jenderal Agus Subiyanto pada Mutasi TNI Maret 2025, Ini Nama-namanya
Formula 1 Japanese GP...
Formula 1 Japanese GP 2025 Dimulai! Nonton dengan Klik di Sini
Macet Lebih 1 Km Kendaraan...
Macet Lebih 1 Km Kendaraan Wisatawan di Jalur Ciwandan Cilegon Menuju Anyer-Carita
Berita Terkini
Perluasan Jaringan Penerbangan...
Perluasan Jaringan Penerbangan GIAA-Japan Airlines Diresmikan
21 menit yang lalu
Turun Tipis, Harga Emas...
Turun Tipis, Harga Emas Hari Ini Rp1.819.000 per Gram
1 jam yang lalu
Menuju Industri Baja...
Menuju Industri Baja yang Hijau dan Kompetitif, GRP Tegaskan Komitmen Transformasi
2 jam yang lalu
Digempur Sanksi Barat,...
Digempur Sanksi Barat, Rusia Malah Cetak 15 Miliarder Baru
3 jam yang lalu
10 Orang Terkaya China...
10 Orang Terkaya China 2025, Founder TikTok Jadi Nomor 1
4 jam yang lalu
IMF Abaikan Ancaman...
IMF Abaikan Ancaman Resesi dari Kebijakan Tarif Trump
5 jam yang lalu
Infografis
Banyak dari Indonesia,...
Banyak dari Indonesia, Ini 10 Daftar Kupu-Kupu Terbesar di Dunia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved