Top Dah! Usai Amerika, Startup Ojek Payung Gratis Ini Siap Rambah Eropa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keren! Setelah sukses di negaranya, sebuah aplikasi berbagi payung bersiap untuk memperluas bisnisnya ke Eropa. Sebelumnya, perusahaan asal Brasil ini baru saja menjajaki pasar New York, Amerika Serikat .
Rentbrella, nama perusahaan pembuat aplikasi ojek payung, diluncurkan pada 2018 di Sao Paulo, Brasil, sebuah kota yang terkenal dengan hujan musim di sore hari yang sangat deras. Startup ini menawarkan aplikasi yang memungkinkan pelanggan untuk meminjam payung dari kios otomatis dan menggunakannya secara gratis selama 24 jam.
Penggunaan kios otomatis tempat memulangkan payung inilah yang membedakan dengan "ojek payung" lainnya yang telah lebih dahulu ada di negara lain. Sebut saja misalnya E Umbrella yang ada di China.
Selain adanya kios, pengguna yang tidak mengembalikan payung dalam 24 jam akan dikenakan biaya USD2 (Rp28.600/kurs Rp14.300) untuk hari kedua berdasarkan paket harga. Selanjutnya USD2 lagi untuk hari ketiga. Ketika biaya harian mencapai USD16 (228 ribu), pengguna dianggap membeli payung itu dan boleh menyimpannya.
Prinsip ojek payung online ini mirip-mirip dengan penyewaan sepeda yang ada di beberapa kota besar di dunia. Termasuk Bike Sharing yang ada di Jakarta.
Pengguna Rentbrella cukup menggunakan aplikasi di ponsel pintar untuk memindai kode yang memungkinkan mereka membuka kunci dan mengembalikan payung di kios yang berbeda. Lewat aplikasi juga terdata siapa-siapa saja yang belum, sudah mengembalikan atau tidak mengembalikannya sama sekali.
Freddy Marcos, salah satu dari tiga pendiri perusahaan, mengatakan bahwa Rentbrella bertujuan untuk memperluas setidaknya 10 negara lain di Eropa dalam dua tahun ke depan.
Di New York sendiri perusahaan ini sudah menghadirkan 35 kios, yang masing-masing memiliki 100 payung. Bekerja sama dengan sejumlah perusahaan real estate di sana, Rentbrella berencana menambah 100 kios lagi di seluruh Amerika Serikat tahun ini.
"Hal terbaik tentang itu adalah gratis," kata salah satu pendiri Ary Krivopisk, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (27/1/2022).
Ary juga menambahkan bahwa Rentbrella akan melebarkan sayap bisnis ke London awal tahun ini. Selain dari biaya sewa dan jualan payung, perusahaan juga berencana mendulang pendapatan dari iklan yang dicetak di payung.
Startup yang sejauh ini telah mengumpulkan USD7 juta (Rp100 miliar) dari investor yang dirahasiakan ini memiliki sekitar 40.000 payung yang tersedia di Sao Paulo. Peluang pengembangan bisnis ini membuat Rentbrella menargetkan untuk menjual sahamnya di bursa (IPO).
"Kami memiliki ekspansi besar yang harus dilakukan di lusinan negara, tetapi IPO adalah sesuatu yang ada di radar kami di masa depan," jelas Ary.
Rentbrella, nama perusahaan pembuat aplikasi ojek payung, diluncurkan pada 2018 di Sao Paulo, Brasil, sebuah kota yang terkenal dengan hujan musim di sore hari yang sangat deras. Startup ini menawarkan aplikasi yang memungkinkan pelanggan untuk meminjam payung dari kios otomatis dan menggunakannya secara gratis selama 24 jam.
Penggunaan kios otomatis tempat memulangkan payung inilah yang membedakan dengan "ojek payung" lainnya yang telah lebih dahulu ada di negara lain. Sebut saja misalnya E Umbrella yang ada di China.
Selain adanya kios, pengguna yang tidak mengembalikan payung dalam 24 jam akan dikenakan biaya USD2 (Rp28.600/kurs Rp14.300) untuk hari kedua berdasarkan paket harga. Selanjutnya USD2 lagi untuk hari ketiga. Ketika biaya harian mencapai USD16 (228 ribu), pengguna dianggap membeli payung itu dan boleh menyimpannya.
Prinsip ojek payung online ini mirip-mirip dengan penyewaan sepeda yang ada di beberapa kota besar di dunia. Termasuk Bike Sharing yang ada di Jakarta.
Pengguna Rentbrella cukup menggunakan aplikasi di ponsel pintar untuk memindai kode yang memungkinkan mereka membuka kunci dan mengembalikan payung di kios yang berbeda. Lewat aplikasi juga terdata siapa-siapa saja yang belum, sudah mengembalikan atau tidak mengembalikannya sama sekali.
Freddy Marcos, salah satu dari tiga pendiri perusahaan, mengatakan bahwa Rentbrella bertujuan untuk memperluas setidaknya 10 negara lain di Eropa dalam dua tahun ke depan.
Di New York sendiri perusahaan ini sudah menghadirkan 35 kios, yang masing-masing memiliki 100 payung. Bekerja sama dengan sejumlah perusahaan real estate di sana, Rentbrella berencana menambah 100 kios lagi di seluruh Amerika Serikat tahun ini.
"Hal terbaik tentang itu adalah gratis," kata salah satu pendiri Ary Krivopisk, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (27/1/2022).
Ary juga menambahkan bahwa Rentbrella akan melebarkan sayap bisnis ke London awal tahun ini. Selain dari biaya sewa dan jualan payung, perusahaan juga berencana mendulang pendapatan dari iklan yang dicetak di payung.
Startup yang sejauh ini telah mengumpulkan USD7 juta (Rp100 miliar) dari investor yang dirahasiakan ini memiliki sekitar 40.000 payung yang tersedia di Sao Paulo. Peluang pengembangan bisnis ini membuat Rentbrella menargetkan untuk menjual sahamnya di bursa (IPO).
"Kami memiliki ekspansi besar yang harus dilakukan di lusinan negara, tetapi IPO adalah sesuatu yang ada di radar kami di masa depan," jelas Ary.
(uka)