Panasnya Geopolitik Rusia dan Ukariana, Bikin Harga Batu Bara Membara

Jum'at, 04 Februari 2022 - 12:10 WIB
loading...
Panasnya Geopolitik Rusia dan Ukariana, Bikin Harga Batu Bara Membara
Harga batu bara saat ini tengah membara. Foto/BukitAsam
A A A
JAKARTA - Harga batu bara di pasar ICE Newcastle kembali melanjutkan penguatan pada perdagangan Jumat pagi (4/2/2022). Hingga pukul 10:29 WIB, harga kontrak Februari 2022 naik 0,90 poin atau 0,41% di USD221,00 per ton, menambah kenaikan sesi sebelumnya di USD220,10.



Sementara, untuk kontrak Maret 2022 harga batu bara juga naik 1,90 poin atau 0,98% di USD196,00 per ton, meskipun masih merosot 4,27% dalam lima hari sebelumnya. Kontrak April 2022 menanjak 2,40 poin atau 1,34% di USD182,00 per ton.

Permintaan atas kebutuhan pembangkit masih menjadi harapan positif bagi batu bara, kendati ancaman geopolitik Rusia dan Ukraina membawa kekhawatiran investor komoditas. Eropa sebagai salah satu konsumen gas terbesar Rusia masih mengkhawatirkan ada pembatasan pasokan dari Negeri Beruang Merah itu.

Terlepas dari ambisi Eropa untuk mengurangi emisi karbon pada pertengahan abad ini yang berarti menghentikan semua penggunaan bahan bakar fosil, terutama batu bara, benua biru itu diketahui justru telah beralih kembali ke batu bara sejak pertengahan tahun lalu.



Berdasarkan data impor, pengangkutan batu bara ke Eropa naik 55,8% pada Januari dibandingkan tahun lalu, menjadi 10,8 juta ton. Dari angka tersebut Rusia memasok 43,2% batu bara, sementara Australia menyediakan 19,1%, sebagaimana dirangkum dalam analisa Braemar ACM dari data logistik perkapalan, dilansir Reuters, Jumat (4/2/2022).

Impor batubara Uni Eropa juga meningkat pada Desember 2021 sebesar 35,1% yoy menjadi 9,3 juta ton. Secara keseluruhan, pengiriman batu bara termal dari Rusia ke Eropa, yang sebagian besar dikirim ke Jerman, Belgia, dan Belanda juga naik menjadi 31,1 juta ton, meningkat 16,2% yoy.



Dari sisi domestik, sebagai eksportir batu bara terbesar, Indonesia membuka kembali keran ekspornya. Hal ini berpotensi mengurangi pengetatan harga di pasaran.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1365 seconds (0.1#10.140)