Pariwisata Mulai Bangkit
loading...
A
A
A
Di Singapura yang mengalami penurunan kunjungan wisatawan hingga 100% berusaha mempersiapkan diri dengan strategi untuk menyakinkan wisatawan mau berlibur di negara kota tersebut. Singapura telah melaksanakan sejumlah aktivitas untuk memulihkan industri pariwisata dengan memberikan stimulus dan program sertifikasi kesehatan bagi hotel serta restoran.
Dalam kondisi new normal, Korea Selatan (Korsel) justru fokus membangkitkan wisatawan lokal. Strategi tersebut juga menjadi fokus di banyak negara, seperti Filipina, ketika banyak penerbangan internasional ditutup.
Profesor Wangoo Lee, pakar pariwisata asal Korsel, mengatakan pemerintah juga bekerja keras untuk menghidupkan kembali industri pariwisata yang terpukul karena pandemi.
Destinasi pariwisata yang bisa menjadi alternatif untuk menghindari kerumunan adalah wisata alam. Berlibur ke gunung, sungai, berkemah menjadi destinasi wisata yang menarik. "Pasca-pandemi harus mengajarkan semua pihak untuk mengembangkan produk pariwisata lokal dan memiliki nilai lingkungan," katanya.
Destinasi wisata utama dari Venesia hingga Barcelona di Eropa juga sudah mulai bersiap-siap menyambut wisatawan pada musim panas mendatang. Namun, Eropa diprediksi mengalami reorientasi pariwisata dengan mengutamakan kelas atas dan menengah, serta mengabaikan pariwisata kelas bawah selama pasca-Covid-19.
Pariwisata merupakan seperdelapan dari Produk Domestik Bruto (PDB) di Italia dan Spanyol. Kedua negara tersebut mengalami krisis ekonomi karena tidak adanya wisatawan berlibur selama pandemi korona dengan ditutupnya perbatasan. Italia telah membuka kembali perbatasan pada 2 Juni lalu, Spanyol menyusul pada 1 Juli.
Salah satu strategi pariwisata yang diterapkan di Italia adalah mengakhiri pariwisata massal yang merusak lingkungan dan masyarakat. (Lihat Videonya: Gelapkan 45 Mobil Rental, Janda Muda Ditangkap di Pangkal Pinang)
“Kita tidak bisa kembali ke sistem lama yakni pariwisata massal yang merusak kota Venesia,” kata Marco Gasparinetti, juru bicara Gruppo 25 Aprile, organisasi yang menentang pariwisata massal. Selama pandemi korona, banyak warga Venesia justru merasa lebih bahagia karena kota mereka lebih besar dibandingkan sebelumnya. (Ichsan Amin/Andika H Mustaqim/Adi Haryanto)
Dalam kondisi new normal, Korea Selatan (Korsel) justru fokus membangkitkan wisatawan lokal. Strategi tersebut juga menjadi fokus di banyak negara, seperti Filipina, ketika banyak penerbangan internasional ditutup.
Profesor Wangoo Lee, pakar pariwisata asal Korsel, mengatakan pemerintah juga bekerja keras untuk menghidupkan kembali industri pariwisata yang terpukul karena pandemi.
Destinasi pariwisata yang bisa menjadi alternatif untuk menghindari kerumunan adalah wisata alam. Berlibur ke gunung, sungai, berkemah menjadi destinasi wisata yang menarik. "Pasca-pandemi harus mengajarkan semua pihak untuk mengembangkan produk pariwisata lokal dan memiliki nilai lingkungan," katanya.
Destinasi wisata utama dari Venesia hingga Barcelona di Eropa juga sudah mulai bersiap-siap menyambut wisatawan pada musim panas mendatang. Namun, Eropa diprediksi mengalami reorientasi pariwisata dengan mengutamakan kelas atas dan menengah, serta mengabaikan pariwisata kelas bawah selama pasca-Covid-19.
Pariwisata merupakan seperdelapan dari Produk Domestik Bruto (PDB) di Italia dan Spanyol. Kedua negara tersebut mengalami krisis ekonomi karena tidak adanya wisatawan berlibur selama pandemi korona dengan ditutupnya perbatasan. Italia telah membuka kembali perbatasan pada 2 Juni lalu, Spanyol menyusul pada 1 Juli.
Salah satu strategi pariwisata yang diterapkan di Italia adalah mengakhiri pariwisata massal yang merusak lingkungan dan masyarakat. (Lihat Videonya: Gelapkan 45 Mobil Rental, Janda Muda Ditangkap di Pangkal Pinang)
“Kita tidak bisa kembali ke sistem lama yakni pariwisata massal yang merusak kota Venesia,” kata Marco Gasparinetti, juru bicara Gruppo 25 Aprile, organisasi yang menentang pariwisata massal. Selama pandemi korona, banyak warga Venesia justru merasa lebih bahagia karena kota mereka lebih besar dibandingkan sebelumnya. (Ichsan Amin/Andika H Mustaqim/Adi Haryanto)
(ysw)