Stigma Perempuan Bekerja Membuat Kartini Masa Kini Butuh Mental Baja
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam rangka memperingati Hari Kartini , Grant Thornton Indonesia mengadakan webinar dalam bentuk Talkshow Interaktif dengan tema pentingnya kesadaran akan pengembangan kesehatan mental untuk mendukung perempuan Indonesia dalam menjalani peran ganda dalam keluarga dan pekerjaan.
Webinar ini menghadirkan Analisa Widyaningrum selaku director dan founder Analisa Personality Development Center (APDC), psikolog dan juga pegiat sosial. Dalam paparannya, Analisa mengungkapkan saat ini masih terdapat stigma tentang perempuan, seperti tidak layak untuk berpendidikan tinggi, tidak layak memiliki peran penting dalam masyarakat, dibatasi kemampuan dan kebebasan berpikir serta terbatas hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
“Dengan stigma - stigma yang ada di masyarakat tentang perempuan, terutama perempuan bekerja, kita sebagai perempuan terkadang ditempatkan dalam dua pilihan antara bekerja dan keluarga padahal kita bisa menjalankan dua peran tersebut dengan cara tetap me-manage perasaan, emosi dan waktu kita,” ujar Analisa.
Terdapat beberapa hal yang menjadi penghalang bagi wanita untuk berkembang serta terlibat dalam berbagai sektor, seperti ketakutan dalam menghadapi risiko, insecure/rendahnya kepercayaan diri, takut akan kegagalan, diskriminasi dan stigma masyarakat serta budaya high power distance (di mana perempuan dianggap tidak lebih mampu daripada laki - laki).
Padahal berdasarkan riset yang ada, terang dia bahwa perempuan dalam dunia kerja terbukti dapat memberikan keputusan yang lebih cepat karena mereka mempunyai empati yang lebih tinggi. Sehingga perempuan dapat melengkapi para pria yang cenderung lebih menggunakan logika.
“Perempuan juga bisa lebih terbuka dan komunikatif sehingga hubungan dalam pekerjaan lebih positif. Perempuan dalam perusahaan, terutama sebagai pengambil keputusan juga dapat menambah profit perusahaan. Kemampuan multitasking yang dimiliki perempuan juga memungkinkan perempuan dapat tetap fokus dalam pekerjaannya dan juga mengurus rumah tangga sekaligus,” ucap Analisa.
Para ibu bekerja memiliki peran ganda, yaitu bekerja dan juga menjadi ibu bagi anak - anaknya. Berperan ganda terutama dalam masa pandemi seperti ini tentu mempengaruhi kondisi psikologis mereka terutama dalam hal pekerjaan.
Pemberdayaan secara psikologis menjadi penting dalam menghadapi perubahan dan untuk meningkatkan performa di tempat kerja karena dapat meningkatkan sense of personal control yang dapat memotivasi dalam bekerja untuk mendapatkan hasil positif.
Sambung Analisa mengungkapkan, agar kita sebagai perempuan bisa tetap fokus untuk menjalani peran dan melawan stigma yang ada di masyarakat, ada beberapa karakter yang penting untuk dimiliki. Yang pertama adalah self care di mana kita harus mengapresiasi diri sendiri baik secara fisik, psikis dan spiritual.
Webinar ini menghadirkan Analisa Widyaningrum selaku director dan founder Analisa Personality Development Center (APDC), psikolog dan juga pegiat sosial. Dalam paparannya, Analisa mengungkapkan saat ini masih terdapat stigma tentang perempuan, seperti tidak layak untuk berpendidikan tinggi, tidak layak memiliki peran penting dalam masyarakat, dibatasi kemampuan dan kebebasan berpikir serta terbatas hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
“Dengan stigma - stigma yang ada di masyarakat tentang perempuan, terutama perempuan bekerja, kita sebagai perempuan terkadang ditempatkan dalam dua pilihan antara bekerja dan keluarga padahal kita bisa menjalankan dua peran tersebut dengan cara tetap me-manage perasaan, emosi dan waktu kita,” ujar Analisa.
Terdapat beberapa hal yang menjadi penghalang bagi wanita untuk berkembang serta terlibat dalam berbagai sektor, seperti ketakutan dalam menghadapi risiko, insecure/rendahnya kepercayaan diri, takut akan kegagalan, diskriminasi dan stigma masyarakat serta budaya high power distance (di mana perempuan dianggap tidak lebih mampu daripada laki - laki).
Padahal berdasarkan riset yang ada, terang dia bahwa perempuan dalam dunia kerja terbukti dapat memberikan keputusan yang lebih cepat karena mereka mempunyai empati yang lebih tinggi. Sehingga perempuan dapat melengkapi para pria yang cenderung lebih menggunakan logika.
“Perempuan juga bisa lebih terbuka dan komunikatif sehingga hubungan dalam pekerjaan lebih positif. Perempuan dalam perusahaan, terutama sebagai pengambil keputusan juga dapat menambah profit perusahaan. Kemampuan multitasking yang dimiliki perempuan juga memungkinkan perempuan dapat tetap fokus dalam pekerjaannya dan juga mengurus rumah tangga sekaligus,” ucap Analisa.
Para ibu bekerja memiliki peran ganda, yaitu bekerja dan juga menjadi ibu bagi anak - anaknya. Berperan ganda terutama dalam masa pandemi seperti ini tentu mempengaruhi kondisi psikologis mereka terutama dalam hal pekerjaan.
Pemberdayaan secara psikologis menjadi penting dalam menghadapi perubahan dan untuk meningkatkan performa di tempat kerja karena dapat meningkatkan sense of personal control yang dapat memotivasi dalam bekerja untuk mendapatkan hasil positif.
Sambung Analisa mengungkapkan, agar kita sebagai perempuan bisa tetap fokus untuk menjalani peran dan melawan stigma yang ada di masyarakat, ada beberapa karakter yang penting untuk dimiliki. Yang pertama adalah self care di mana kita harus mengapresiasi diri sendiri baik secara fisik, psikis dan spiritual.