Rusia Termasuk, Ini 5 Negara dengan Suku Bunga Acuan Tertinggi di Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin atau 0,25% menjadi di kisaran 0,25-0,5%. Kenaikan suku bungan ini terjadi pertama kalinya setelah lebih dari tiga tahun.
Sejak awal pandemi Covid-19 The Fed mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol. Namun, dalam beberapa waktu ke depan The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya untuk mengendalikan laju inflasi AS yang kian tinggi.
Sementara itu, suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-Days Reserve Repo Rate sedang berada di level 3,5%, dengan selisih bunga bersih sebesar 3,25% poin dibandingkan dengan suku bunga The Fed.
Mengingat besarnya selisih bunga bersih antara BI dan The Fed, saat ini investasi dalam mata uang rupiah masih cukup menarik karena imbal hasilnya lebih baik dibandingkan dalam dolar Amerika.
Beberapa negara maju masih menerapkan suku bunga acuan rendah, seiring dengan rendahnya inflasi di negara tersebut. Hal itu sekaligus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah masing-masing.
Namun, ada juga beberapa negara yang mematok suku bunga acuannya di level tertinggi. Berikut daftar 5 negara dengan suku bunga tertinggi di dunia:
1. Argentina
Berdasarkan data Tradingeconomics, suku bunga acuan bank sentral Argentina menjadi yang paling tinggi di dunia saat ini, yakni mencapai level 47% dan cenderung masih mengalami kenaikan.
Hingga 14 April, bank sentral Argentina telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali, setelah data inflasi yang diterbitkan pada hari sebelumnya menunjukkan harga meningkat pada laju bulanan tercepat dalam 20 tahun.
Badan Statistik Argentina melaporkan data Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret lalu naik menjadi 6,7%, menjadi laju bulanan tercepat sejak 2002.
Sebagai informasi kenaikan dimulai pada Mei 2018 saat bank sentral Argentina menaikkan suku bunga acuannya 675 bps menjadi 40% untuk meredam pelemahan mata uang negera tersebut. Ketika mata uang negara-negara berkembang mengalami pelemahan sehingga memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuannya agar tidak terjadi pelarian modal.
2. Rusia
Bank sentral Rusia akan mempertimbangkan untuk memangkas suku bunga utamanya lebih lanjut pada pertemuan dewan mendatang. Sebelumnya, bank sentral Negeri Beruang Merah telah memangkas suku bunga acuannya menjadi 17%, dari sebelumnya di level 20%.
Gubernur bank sentral Rusia, Elvira Nabiullina mengatakan, tingginya suku bunga terjadi karena Rusia mencoba meminimalisir dampak sanksi Barat kepada Rusia akibat konflik dengan Ukraina, yang berujung pada menguatnya tantangan ekonomi ke depan.
Suku bunga acuan yang tinggi bakal membuat imbal hasil (yield) obligasi negara yang bersangkutan meningkat sehingga menarik investor global yang memborongnya dan secara bersamaan memperkuat nilai tukarnya.
Namun suku bunga yang tinggi juga memicu pengetatan likuiditas di sektor keuangan, yang bisa menekan sektor riil.
Kenaikan suku bunga darurat bank sentral Rusia menjadi 20% pada akhir Februari lalu turut membantu menstabilkan rubel dan mengatasi lonjakan inflasi. Bank sentral kemudian memangkas suku bunga menjadi 17% pada Rapat Dewan pada 8 April lalu.
"Kami akan mempertimbangkan kemungkinan pemangkasan lebih lanjut pada pertemuan mendatang," kata Nabiullina saat berbicara di majelis parlemen, Duma pada Kamis (21/4/2022) waktu setempat.
Sementara itu, inflasi di Rusia per Maret berada di level 17,6% dan berada di jalur untuk kembali meningkat menjadi 22% tahun ini. Di sisi lain, ekonomi Rusia diprediksi menyusut sebesar 9,2% pada 2022, menurut survei para ekonom yang dilakukan oleh bank sentral Rusia pada bulan ini.
Nabiullina memperingatkan bahwa Rusia yang sempat mengalami pertumbuhan ekonomi terkuat dalam 13 tahun terakhir pada 2021. Namun diprediksi akan mengalami perubahan struktural karena terbatasnya akses ke sistem keuangan global dan pembatasan perdagangan internasional sebagai bentuk dari sanksi Barat terhadap Rusia.
"Masalah bisa saja muncul meski ada produksi dengan tingkat lokalisasi yang tinggi, padahal sudah ada substitusi impor yang cukup tinggi," kata Nabiullina, dilansir dari Reuters.
Oleh karena itu, pihaknya sedang mencari penyesuaian pada kontrol valuta asingnya untuk menghindari situasi di mana nilai tukar Rubel menyimpang di pasar sekunder. Posisi suku bunga acuan bank sentral Rusia saat ini menjadi yang tertinggi kedua di dunia, setelah Argentina dan sebelum Turki.
3. Turki
Selain Argentina dan Rusia, suku bunga acuan tertinggi lainnya yakni Turki. Bank sentral Turki (Türkiye Cumhuriyet Merkez Bankası/TCMB) memang telah memangkas suku bunga acuannya sebesar 500 basis poin (bp) menjadi 14% pada bulan ini.
Sebelum dipangkas menjadi 14%, suku bunga acuan TCMB sempat menyentuh 20% dalam beberapa bulan terakhir tahun lalu.
Sebelumnya, inflasi di Turki naik menjadi 61,14% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Maret 2022, dari sebelumnya pada Februari lalu sebesar 54,4%. Inflasi Turki menjadi yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
Hal ini sesuai dengan ekspektasi pasar dalam survei Reuters, di mana inflasi Turki akan melesat lagi melewati 60% di bulan Maret. Namun, inflasi Maret 2022 masih lebih rendah dari Maret 2002 yang saat itu mencapai 65,1%.
Sementara untuk Indonesia, suku bunga acuannya berada di posisi ke-9, di bawah China dan di atas Korea Selatan.
4. Brasil
Bank sentral Brasil tercatat telah menaikkan suku bunga utamanya untuk kesembilan kalinya secara beruntun. Negara ini terus berjuang mengendalikan lonjakan inflasi, yang sekarang diperburuk oleh perang Ukraina.
Komite kebijakan moneter bank menaikkan suku bunga acuan Selic satu poin persentase, menjadi 11,75%. Keputusan ini sejalan dengan perkiraan analis, namun para analis menyebutkan bahwa tingkat inflasi terus mengejutkan regulator.
Pemerintah Brazil melancarkan salah satu siklus pengetatan suku bunga paling agresif di dunia. Kenaikan harga terjadi yang didorong oleh dampak pandemi virus corona dan sekarang karena serangan Rusia ke Ukraina.
Peningkatan terbaru membuat kembali laju pengetatan moneter, tiga kenaikan dengan masing-masing sebesar 1,5 poin persentase. Kenaikan besar-besaran belum secara substansial menurunkan inflasi Brasil.
5. Meksiko
Bank sentral Meksiko (BoM) menaikkan suku bunga sebesar 0,5 (poin persentase) ke level 6,5%. Diterangkan kenaikan suku bunga ini menjadi yang ketujuh berturut-turut di Meksiko untuk mengatasi inflasi yang telah mencapai level tertinggi 20 tahun di atas 7%.
Dengan inflasi di Meksiko sekarang lebih dari dua kali lipat target bank sentral sekitar 3,0%, Capital Economics memperkirakan empat kenaikan suku bunga lagi dari 0,5 poin persentase, menjadi 8,50%.
Sejak awal pandemi Covid-19 The Fed mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol. Namun, dalam beberapa waktu ke depan The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya untuk mengendalikan laju inflasi AS yang kian tinggi.
Sementara itu, suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-Days Reserve Repo Rate sedang berada di level 3,5%, dengan selisih bunga bersih sebesar 3,25% poin dibandingkan dengan suku bunga The Fed.
Mengingat besarnya selisih bunga bersih antara BI dan The Fed, saat ini investasi dalam mata uang rupiah masih cukup menarik karena imbal hasilnya lebih baik dibandingkan dalam dolar Amerika.
Beberapa negara maju masih menerapkan suku bunga acuan rendah, seiring dengan rendahnya inflasi di negara tersebut. Hal itu sekaligus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah masing-masing.
Namun, ada juga beberapa negara yang mematok suku bunga acuannya di level tertinggi. Berikut daftar 5 negara dengan suku bunga tertinggi di dunia:
1. Argentina
Berdasarkan data Tradingeconomics, suku bunga acuan bank sentral Argentina menjadi yang paling tinggi di dunia saat ini, yakni mencapai level 47% dan cenderung masih mengalami kenaikan.
Hingga 14 April, bank sentral Argentina telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali, setelah data inflasi yang diterbitkan pada hari sebelumnya menunjukkan harga meningkat pada laju bulanan tercepat dalam 20 tahun.
Badan Statistik Argentina melaporkan data Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret lalu naik menjadi 6,7%, menjadi laju bulanan tercepat sejak 2002.
Sebagai informasi kenaikan dimulai pada Mei 2018 saat bank sentral Argentina menaikkan suku bunga acuannya 675 bps menjadi 40% untuk meredam pelemahan mata uang negera tersebut. Ketika mata uang negara-negara berkembang mengalami pelemahan sehingga memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuannya agar tidak terjadi pelarian modal.
2. Rusia
Bank sentral Rusia akan mempertimbangkan untuk memangkas suku bunga utamanya lebih lanjut pada pertemuan dewan mendatang. Sebelumnya, bank sentral Negeri Beruang Merah telah memangkas suku bunga acuannya menjadi 17%, dari sebelumnya di level 20%.
Gubernur bank sentral Rusia, Elvira Nabiullina mengatakan, tingginya suku bunga terjadi karena Rusia mencoba meminimalisir dampak sanksi Barat kepada Rusia akibat konflik dengan Ukraina, yang berujung pada menguatnya tantangan ekonomi ke depan.
Suku bunga acuan yang tinggi bakal membuat imbal hasil (yield) obligasi negara yang bersangkutan meningkat sehingga menarik investor global yang memborongnya dan secara bersamaan memperkuat nilai tukarnya.
Namun suku bunga yang tinggi juga memicu pengetatan likuiditas di sektor keuangan, yang bisa menekan sektor riil.
Kenaikan suku bunga darurat bank sentral Rusia menjadi 20% pada akhir Februari lalu turut membantu menstabilkan rubel dan mengatasi lonjakan inflasi. Bank sentral kemudian memangkas suku bunga menjadi 17% pada Rapat Dewan pada 8 April lalu.
"Kami akan mempertimbangkan kemungkinan pemangkasan lebih lanjut pada pertemuan mendatang," kata Nabiullina saat berbicara di majelis parlemen, Duma pada Kamis (21/4/2022) waktu setempat.
Sementara itu, inflasi di Rusia per Maret berada di level 17,6% dan berada di jalur untuk kembali meningkat menjadi 22% tahun ini. Di sisi lain, ekonomi Rusia diprediksi menyusut sebesar 9,2% pada 2022, menurut survei para ekonom yang dilakukan oleh bank sentral Rusia pada bulan ini.
Nabiullina memperingatkan bahwa Rusia yang sempat mengalami pertumbuhan ekonomi terkuat dalam 13 tahun terakhir pada 2021. Namun diprediksi akan mengalami perubahan struktural karena terbatasnya akses ke sistem keuangan global dan pembatasan perdagangan internasional sebagai bentuk dari sanksi Barat terhadap Rusia.
"Masalah bisa saja muncul meski ada produksi dengan tingkat lokalisasi yang tinggi, padahal sudah ada substitusi impor yang cukup tinggi," kata Nabiullina, dilansir dari Reuters.
Oleh karena itu, pihaknya sedang mencari penyesuaian pada kontrol valuta asingnya untuk menghindari situasi di mana nilai tukar Rubel menyimpang di pasar sekunder. Posisi suku bunga acuan bank sentral Rusia saat ini menjadi yang tertinggi kedua di dunia, setelah Argentina dan sebelum Turki.
3. Turki
Selain Argentina dan Rusia, suku bunga acuan tertinggi lainnya yakni Turki. Bank sentral Turki (Türkiye Cumhuriyet Merkez Bankası/TCMB) memang telah memangkas suku bunga acuannya sebesar 500 basis poin (bp) menjadi 14% pada bulan ini.
Sebelum dipangkas menjadi 14%, suku bunga acuan TCMB sempat menyentuh 20% dalam beberapa bulan terakhir tahun lalu.
Sebelumnya, inflasi di Turki naik menjadi 61,14% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Maret 2022, dari sebelumnya pada Februari lalu sebesar 54,4%. Inflasi Turki menjadi yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
Hal ini sesuai dengan ekspektasi pasar dalam survei Reuters, di mana inflasi Turki akan melesat lagi melewati 60% di bulan Maret. Namun, inflasi Maret 2022 masih lebih rendah dari Maret 2002 yang saat itu mencapai 65,1%.
Sementara untuk Indonesia, suku bunga acuannya berada di posisi ke-9, di bawah China dan di atas Korea Selatan.
4. Brasil
Bank sentral Brasil tercatat telah menaikkan suku bunga utamanya untuk kesembilan kalinya secara beruntun. Negara ini terus berjuang mengendalikan lonjakan inflasi, yang sekarang diperburuk oleh perang Ukraina.
Komite kebijakan moneter bank menaikkan suku bunga acuan Selic satu poin persentase, menjadi 11,75%. Keputusan ini sejalan dengan perkiraan analis, namun para analis menyebutkan bahwa tingkat inflasi terus mengejutkan regulator.
Pemerintah Brazil melancarkan salah satu siklus pengetatan suku bunga paling agresif di dunia. Kenaikan harga terjadi yang didorong oleh dampak pandemi virus corona dan sekarang karena serangan Rusia ke Ukraina.
Peningkatan terbaru membuat kembali laju pengetatan moneter, tiga kenaikan dengan masing-masing sebesar 1,5 poin persentase. Kenaikan besar-besaran belum secara substansial menurunkan inflasi Brasil.
5. Meksiko
Bank sentral Meksiko (BoM) menaikkan suku bunga sebesar 0,5 (poin persentase) ke level 6,5%. Diterangkan kenaikan suku bunga ini menjadi yang ketujuh berturut-turut di Meksiko untuk mengatasi inflasi yang telah mencapai level tertinggi 20 tahun di atas 7%.
Dengan inflasi di Meksiko sekarang lebih dari dua kali lipat target bank sentral sekitar 3,0%, Capital Economics memperkirakan empat kenaikan suku bunga lagi dari 0,5 poin persentase, menjadi 8,50%.
(akr)