Terimbas Sentimen China, Wall Street Dibuka Menguat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tiga indeks utama Wall Street dibuka menguat pada perdagangan Jumat (20/5/2022). Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 0,56% di 31.426,94, S&P 500 (SPX) menguat sebesar 0,69% di 3.927,76, sedangkan Nasdaq Composite (IXIC) melesat 1,35%, menjadi 11.542,67.
Sejumlah growth stocks sektor perbankan big caps mengalami kenaikan di tengah dampak lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga. Namun, optimisme mulai terbangun dari sentimen eksternal saat China berniat meningkatkan ekonomi negaranya dengan memangkas suku bunga acuan utama, dikutip dari Reuters, Jumat (20/5/2022).
Analis menilai bahwa keputusan itu bukan titik akhir bagi indeks untuk dapat melanjutkan kenaikannya. Pasalnya Federal Reserve sebelumnya berjanji akan mengambil langkah yang diperlukan untuk mengatasi inflasi, termasuk dengan menaikkan suku bunga.
"Ini masih belum berujung, mengingat ada ancaman pengetatan kondisi keuangan di masa depan,” kata Tan Boon Heng dari Mizuho Bank, dikutip dari Associated Press, Jumat (20/5/2022).
Adapun sejumlah data dalam negeri menunjukkan ekonomi makro AS berada di tengah ancaman resesi. "Kenyataan yang ada ke depan mungkin sekali lagi lebih keras dari ekspektasi," tandasnya.
Sejumlah growth stocks sektor perbankan big caps mengalami kenaikan di tengah dampak lonjakan inflasi dan kenaikan suku bunga. Namun, optimisme mulai terbangun dari sentimen eksternal saat China berniat meningkatkan ekonomi negaranya dengan memangkas suku bunga acuan utama, dikutip dari Reuters, Jumat (20/5/2022).
Analis menilai bahwa keputusan itu bukan titik akhir bagi indeks untuk dapat melanjutkan kenaikannya. Pasalnya Federal Reserve sebelumnya berjanji akan mengambil langkah yang diperlukan untuk mengatasi inflasi, termasuk dengan menaikkan suku bunga.
"Ini masih belum berujung, mengingat ada ancaman pengetatan kondisi keuangan di masa depan,” kata Tan Boon Heng dari Mizuho Bank, dikutip dari Associated Press, Jumat (20/5/2022).
Baca Juga
Adapun sejumlah data dalam negeri menunjukkan ekonomi makro AS berada di tengah ancaman resesi. "Kenyataan yang ada ke depan mungkin sekali lagi lebih keras dari ekspektasi," tandasnya.
(uka)