4 Cara Bagaimana Perang Rusia Ukraina Bisa Menghancurkan Ekonomi Global

Rabu, 25 Mei 2022 - 13:19 WIB
loading...
A A A
Kenaikan harga energi di Eropa, yang jauh lebih tergantung pada energi Rusia, telah jauh lebih curam. Kejutan pada sektor energi masih mungkin terjadi, dengan kenaikan harga yang lebih dramatis.

2. Pangan

Sektor pangan mengalami perlambatan, dimana beberapa beberapa ahli memperingatkan bencana krisis pangan bakal datang. Sebelum invasi Rusia, Ukraina menghasilkan 30% minyak bunga matahari dunia, 6% jelai, 4% gandum dan 3% jagung.

Kini Rusia telah memblokade semua pelabuhan Laut Hitam Ukraina, dimana hal itu merupakan cara utama Ukraina mengekspor makanan ke seluruh dunia. Tidak ada yang bergerak melalui pelabuhan-pelabuhan itu.

Jalur kereta api dan jalan ke Eropa tidak dapat memindahkan semua produksi Ukraina. Kondisi itu memotong pasokan pangan saat ini. Perang itu sendiri juga dapat mengurangi masa tanam di kemudian hari sebesar 10% hingga 35%, menurut perkiraan.

Rusia juga merupakan eksportir utama minyak bunga matahari, gandum dan barley. Tidak ada sanksi langsung terhadap ekspor makanan Rusia, tetapi sanksi luas terhadap bagian lain dari ekonomi Rusia memotong pengiriman tersebut.

Pupuk adalah masalah lain, karena Rusia adalah eksportir pupuk nitrogen terbesar, dan pemerintah Rusia telah menghentikan ekspor. Rusia dan Belarus, sekutu dekatnya telah mengancam Ukraina, keduanya adalah produsen utama kalium, bahan utama dalam banyak jenis pupuk. Sanksi mempengaruhi pasokan kalium dari kedua negara.

Kenaikan harga energi juga mendorong biaya produksi pangan, karena budidaya dan transportasi menjadi lebih mahal. Sejak invasi Rusia dimulai, harga gandum telah melonjak sekitar 30%.

Minyak bunga matahari yang digunakan untuk memasak di banyak tempat, naik sekitar 50%. Biaya pupuk global naik 230%, menandakan harga pangan yang lebih tinggi di masa depan, atau hasil yang lebih rendah oleh petani yang mengurangi penggunaan pupuk karena mahal.

Negara-negara maju akan dapat menyerap kenaikan harga dan menemukan solusi, seperti sumber makanan baru yang dibutuhkan. Namun lain cerita dengan negara-negara berkembang yang akan lebih menderita.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1164 seconds (0.1#10.140)