The Fed Agresif Kerek Suku Bunga, Harga Minyak Babak Belur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah mengalami penurunan pada perdagangan Jumat pagi (17/6) di tengah kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global yang membebani pasar menyusul sentimen suku bunga akibat lonjakan inflasi.
Data bursa Intercontinental Exchange (ICE) hingga pukul 9:59 WIB menunjukkan, harga minyak Brent kontrak Agustus 2022 turun 0,30% di USD119,45 per barel, sementara Brent untuk pengiriman September 2022 koreksi 0,40% di USD116,53 per barel. West Texas Intermediate (WTI) Juli 2022 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) tertekan 0,42% di USD117,10 per barel, sementara WTI Agustus 2022 merosot 0,46% di USD114,72 per barel.
Bank sentral di seluruh Eropa mengumumkan kenaikan suku bunga pada Kamis lalu (16/6). Beberapa dari anggota Uni Eropa justru memiliki jumlah persentase kenaikan yang mengejutkan pasar. Ini memberikan isyarat biaya pinjaman menjadi lebih tinggi demi menjinakkan lonjakan inflasi yang mengikis modal dan menekan profitabilitas perusahaan.
Baru-baru ini Bank Sentral Amerika Serikat (AS) resmi menaikkan suku bunga 75 basis poin, yang tertinggi sejak 1994. Ini membuat bursa saham AS ditutup melemah tajam pada hari Kamis seiring aksi jual luas investor yang didorong kekhawatiran terhadap resesi.
"Sentimen datang dari reboun permintaan China, dan ekspektasi peningkatan musiman atas permintaan minyak hingga Agustus membuat risiko harganya dapat naik hingga kuartal ketiga 2022," kata Baden Moore, kepala penelitian komoditas di National Australia Bank, dilansir Reuters, Jumat (17/6/2022).
Badan Energi Internasional pada hari Rabu juga memperingatkan bahwa harga minyak yang tinggi dan perkiraan ekonomi yang melemah dapat meredupkan prospek permintaan minyak di masa depan. Saat ini, pasar komoditas minyak akan fokus terhadap kelanjutan pengumuman AS terkait sanksi baru terhadap Iran.
Data bursa Intercontinental Exchange (ICE) hingga pukul 9:59 WIB menunjukkan, harga minyak Brent kontrak Agustus 2022 turun 0,30% di USD119,45 per barel, sementara Brent untuk pengiriman September 2022 koreksi 0,40% di USD116,53 per barel. West Texas Intermediate (WTI) Juli 2022 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) tertekan 0,42% di USD117,10 per barel, sementara WTI Agustus 2022 merosot 0,46% di USD114,72 per barel.
Bank sentral di seluruh Eropa mengumumkan kenaikan suku bunga pada Kamis lalu (16/6). Beberapa dari anggota Uni Eropa justru memiliki jumlah persentase kenaikan yang mengejutkan pasar. Ini memberikan isyarat biaya pinjaman menjadi lebih tinggi demi menjinakkan lonjakan inflasi yang mengikis modal dan menekan profitabilitas perusahaan.
Baru-baru ini Bank Sentral Amerika Serikat (AS) resmi menaikkan suku bunga 75 basis poin, yang tertinggi sejak 1994. Ini membuat bursa saham AS ditutup melemah tajam pada hari Kamis seiring aksi jual luas investor yang didorong kekhawatiran terhadap resesi.
"Sentimen datang dari reboun permintaan China, dan ekspektasi peningkatan musiman atas permintaan minyak hingga Agustus membuat risiko harganya dapat naik hingga kuartal ketiga 2022," kata Baden Moore, kepala penelitian komoditas di National Australia Bank, dilansir Reuters, Jumat (17/6/2022).
Badan Energi Internasional pada hari Rabu juga memperingatkan bahwa harga minyak yang tinggi dan perkiraan ekonomi yang melemah dapat meredupkan prospek permintaan minyak di masa depan. Saat ini, pasar komoditas minyak akan fokus terhadap kelanjutan pengumuman AS terkait sanksi baru terhadap Iran.
(nng)