4 Pilar Bisnis Sampoerna Berbuah Sustainability Business Award 2021/2022
loading...
A
A
A
Salah satu contoh penerapan pilar ini, dalam hal praktik pemasaran dan penjualan yang bertanggung jawab, Sampoerna memastikan pemasaran dan penjualan dilakukan dengan tetap memastikan kepatuhan perusahaan pada aturan yang berlaku.
Sementara itu, pada pilar mengelola dampak sosial, Sampoerna, melalui perwujudan tanggung jawab sosial, memperhatikan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan, serta menerapkan kode praktik pekerja pertanian.
“Sampoerna meyakini bahwa kita harus bertanggung jawab untuk menjaga dan melindungi lingkungan tempat kita beroperasi. Oleh karena itu, kami perlu menjalankan kegiatan bisnis kami secara berkelanjutan yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan,” papar Elvira.
Salah satu fokus Sampoerna dalam Program Keberlanjutan adalah dukungan terhadap pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan tulang punggung perekonomian nasional dengan kontribusi sekitar 60 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto dan telah menjadi sumber pendapatan bagi 97 persen penduduk Indonesia (Kementerian Koperasi dan UKM, 2021).
Selanjutnya, pilar ketiga, mengurangi jejak lingkungan, yang berkaitan dengan perubahan iklim, pengelolaan air, dan pengelolaan limbah. Dampak buruk dari perubahan iklim mengancam keberlanjutan dari seluruh rantai pasokan, mulai dari produksi hingga distribus. Oleh karena itu, Sampoerna melakukan upaya untuk mengatasi perubahan iklim yang sejalan dengan target nasional dan global.
Sebagai upaya untuk mewujudkan komitmen ini, perusahaan induk Sampoerna, Philip Morris International (PMI), bahkan telah menetapkan target ambisius untuk mencapai karbon netral di semua fasilitas produksinya di seluruh dunia pada 2025.
Sedangkan pilar keempat adalah transformasi bisnis, di mana Sampoerna berfokus untuk selalu berinovasi untuk keberlanjutan perusahaan. Elvira mengatakan, Sampoerna, sebagai warga usaha yang baik, senantiasa berkomitmen pada investasi berkelanjutan untuk penciptaan nilai ekonomi di Indonesia.
Sementara itu, pada pilar mengelola dampak sosial, Sampoerna, melalui perwujudan tanggung jawab sosial, memperhatikan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan, serta menerapkan kode praktik pekerja pertanian.
“Sampoerna meyakini bahwa kita harus bertanggung jawab untuk menjaga dan melindungi lingkungan tempat kita beroperasi. Oleh karena itu, kami perlu menjalankan kegiatan bisnis kami secara berkelanjutan yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan,” papar Elvira.
Salah satu fokus Sampoerna dalam Program Keberlanjutan adalah dukungan terhadap pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan tulang punggung perekonomian nasional dengan kontribusi sekitar 60 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto dan telah menjadi sumber pendapatan bagi 97 persen penduduk Indonesia (Kementerian Koperasi dan UKM, 2021).
Selanjutnya, pilar ketiga, mengurangi jejak lingkungan, yang berkaitan dengan perubahan iklim, pengelolaan air, dan pengelolaan limbah. Dampak buruk dari perubahan iklim mengancam keberlanjutan dari seluruh rantai pasokan, mulai dari produksi hingga distribus. Oleh karena itu, Sampoerna melakukan upaya untuk mengatasi perubahan iklim yang sejalan dengan target nasional dan global.
Sebagai upaya untuk mewujudkan komitmen ini, perusahaan induk Sampoerna, Philip Morris International (PMI), bahkan telah menetapkan target ambisius untuk mencapai karbon netral di semua fasilitas produksinya di seluruh dunia pada 2025.
Sedangkan pilar keempat adalah transformasi bisnis, di mana Sampoerna berfokus untuk selalu berinovasi untuk keberlanjutan perusahaan. Elvira mengatakan, Sampoerna, sebagai warga usaha yang baik, senantiasa berkomitmen pada investasi berkelanjutan untuk penciptaan nilai ekonomi di Indonesia.
(akr)