Pak Luhut, Pak Zulhas Beneran Mau Hapus Migor Curah? Ini Loh Dampaknya, Gak Enteng!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rencana pemerintah untuk menghapus minyak goreng curah sebaiknya tidak dilakukan. Pasalnya, minyak goreng curah sangat dibutuhkan buat kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah ( UMKM ) dan juga masyarakat bawah.
"UMKM banyak bergantung pada minyak goreng curah," kata Riyanto, peneliti LPEM UI, kepada Sindonews, Kamis (23/6/2022).
Sejatinya, tak cuma kalangan UMKM yang tertekan dengan penghapusan minyak goreng curah, tapi juga kalangan masyarakat kelas bawah. Pasalnya, mereka juga lebih memilih minyak goreng curah ketimbang kemasan lantaran harga yang lebih murah.
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), konsumsi lokal minyak sawit Indonesia pada tahun 2021 ada di angka 18,42 juta ton atau 36%. Konsumsi minyak goreng premium atau dalam kemasan domestik hanya 35% dari total sementara, sisanya atau sekitar 65% adalah konsumen minyak goreng curah.
Menurut Riyanto, jika minyak goreng curah dihapus, maka akan membuat ongkos produksi UMKM membesar. Dari situ pilihan yang tersedia hanya dua, menaikan harga jual untuk menjaga keuntungan atau tetap memepertahankannya dengan risiko keuntungan yang menipis.
"Untuk mempertahankan untung, UMKM akan menaikkan harga produk," jelas Riyanto.
Nah jika UMKM lebih memilih mempertahankan keuntungan, lanjut Riyanto, akan berdampak pada inflasi. Ujungnya, juga mengusik pertumbuhan ekonomi.
"Kalau inflasi naik akan terjadi penurunan agregat demand dari penurunan konsumsi, akhirnya pertumbuhan ekonomi akan lebih kecil," tegas Riyanto.
"UMKM banyak bergantung pada minyak goreng curah," kata Riyanto, peneliti LPEM UI, kepada Sindonews, Kamis (23/6/2022).
Sejatinya, tak cuma kalangan UMKM yang tertekan dengan penghapusan minyak goreng curah, tapi juga kalangan masyarakat kelas bawah. Pasalnya, mereka juga lebih memilih minyak goreng curah ketimbang kemasan lantaran harga yang lebih murah.
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), konsumsi lokal minyak sawit Indonesia pada tahun 2021 ada di angka 18,42 juta ton atau 36%. Konsumsi minyak goreng premium atau dalam kemasan domestik hanya 35% dari total sementara, sisanya atau sekitar 65% adalah konsumen minyak goreng curah.
Menurut Riyanto, jika minyak goreng curah dihapus, maka akan membuat ongkos produksi UMKM membesar. Dari situ pilihan yang tersedia hanya dua, menaikan harga jual untuk menjaga keuntungan atau tetap memepertahankannya dengan risiko keuntungan yang menipis.
"Untuk mempertahankan untung, UMKM akan menaikkan harga produk," jelas Riyanto.
Nah jika UMKM lebih memilih mempertahankan keuntungan, lanjut Riyanto, akan berdampak pada inflasi. Ujungnya, juga mengusik pertumbuhan ekonomi.
"Kalau inflasi naik akan terjadi penurunan agregat demand dari penurunan konsumsi, akhirnya pertumbuhan ekonomi akan lebih kecil," tegas Riyanto.