Rusia Pangkas Pasokan Gas, Perusahaan Uniper Jerman Buka Opsi Bailout
loading...
A
A
A
FRANKFURT - Uniper Jerman , perusahaan energi yang berbasis di Düsseldorf sedang dalam pembicaraan tentang kemungkinan bailout dengan pemerintah. Hal ini usai keuangan perusahaan terdampak dari berkurangnya pasokan gas Rusia yang bergema di seluruh Eropa , hingga mengirim saham perusahaan energi itu meluncur.
Jatuhnya pasokan gas telah memaksa utilitas di seluruh benua Eropa masuk ke dalam pasar spot yang harganya lebih mahal. Meski begitu tetap dilakukan untuk menutup kesenjangan pasokan, sedangkan pemerintah dihantui kekhawatiran tentang kenaikan inflasi, yang telah membatasi konsumen serta menekan keuangan pemasok.
Seorang juru bicara Kementerian Ekonomi Jerman mengatakan, pemerintah sedang dalam pembicaraan dengan Uniper, salah satu pelanggan terbesar Gazprom Rusia dari Eropa, tentang langkah-langkah stabilisasi.
Kepala Eksekutif Uniper, Klaus-Dieter Maubach mengatakan pembicaraan itu mencakup kemungkinan jaminan, meningkatkan fasilitas kredit atau bahkan negara mengambil saham ekuitas. Dia tidak menerangkan berapa banyak uang yang dibutuhkan.
Saham Uniper di indeks midcaps ditutup 14,4% lebih rendah. Mereka turun 66% sejak awal tahun dan pada level terendah sejak 6 Maret 2017. Fortum Finlandia, yang memiliki 78% saham di Uniper ikut turun 6,1%.
Fortum mengatakan, pihaknya mendukung Uniper yang terpaksa membuang proyeksi keuangannya dan mengeluarkan peringatan laba, dengan jalur kredit dan jaminan. Tetapi Ia mengatakan, situasi kritis ini membutuhkan "upaya nasional dan sektor lain."
Kepala dewan kerja Uniper menekankan, negara harus turun tangan, mungkin mayoritas.
Kanselir Jerman, Olaf Scholz yang berbicara selama KTT NATO di Spanyol, mengatakan, mengacu pada kondisi Uniper bahwa pemerintah tahu apa yang harus dilakukan untuk membantu perusahaan yang menghadapi guncangan eksternal. Meski Ia tidak menguraikan spesifik seputar langkah yang bakal diambil.
Kondisi Uniper akan meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk memungkinkan utilitas meneruskan biaya energi yang melonjak kepada konsumen. Berlin mencemaskan protes publik jika kenaikan harga gas menghantam jutaan konsumen secara langsung.
Jerman harus mengisi penyimpanan gas setidaknya hingga 80% untuk mencegah krisis meningkat selama musim dingin dan sejauh ini telah mencapai 61%.
Di sisi lain, pemerintah di seluruh Eropa mengambil tindakan untuk menopang perusahaan strategis. Spanyol telah menyetujui paket bailout dan Republik Ceko telah melakukan pembicaraan dengan utilitas tentang menawarkan bantuan. Sementara aturan baru di Hongaria memungkinkan pemerintah untuk mengawasi perusahaan energi.
Selanjutnya di Inggris, terdapat lusinan perusahaan energi yang terjebak di antara kenaikan biaya dan batas harga energi Inggris, telah runtuh dalam 12 bulan terakhir.
Uniper di Bawah Tekanan
Invasi Rusia ke Ukraina telah mengungkap ketergantungan Uni Eropa (UE) dan khususnya Jerman pada pasokan gas Rusia. Uniper, perusahaan energi pertama di Jerman yang meminta bantuan negara, mengatakan hanya menerima 40% dari volume gas yang disepakati secara kontraktual dari Gazprom sejak 16 Juni.
Di seluruh Eropa, berkurangnya pasokan gas Rusia telah memicu aksi panik perburuan untuk sumber energi alternatif, seperti gas alam cair (LNG). Namun seringkali harus dibayar dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Untuk diketahui bahkan sebelum perang di Ukraina, Uniper telah meminta batas kredit 2 miliar euro dari bank KfW milik negara, yang belum ditarik, kata Maubach.
Perusahaan harus menghapus pinjaman USD1 miliar ke Nord Stream 2, pipa baru yang ditangguhkan untuk gas Rusia, pada bulan Maret.
Mereka mencoba untuk menegosiasikan ulang kontrak dengan pelanggan, kata para pelaku pasar. Meski begitu Uniper mengatakan tidak ada pelanggan yang didekati tentang kontrak dalam konteks penarikan prospek keuangannya.
Bank Kanada RBC, mencatat bahwa Uniper telah diturunkan ke peringkat kelas investasi terendah oleh S&P. "Kecuali ada intervensi untuk mendukung perusahaan, situasinya terlihat genting," jelasnya.
Analis bank mengatakan, fokus akan beralih ke utilitas lain. RWE Jerman mengatakan, dalam sebuah pernyataan kepada Reuters bahwa likuiditasnya cukup dan tidak dalam pembicaraan dengan pemerintah.
Harga gas global telah naik sejak tahun lalu karena pemulihan ekonomi pasca-COVID yang lebih kuat dari perkiraan. Sedangkan ekspor Rusia turun secara perlahan dan begitu juga dengan persediaan.
Saat ini Eropa dengan harap-harap cemas menunggu pemeliharaan terjadwal selama 11-21 Juli di pipa Nord Stream 1, yang membawa gas ke Jerman dari Rusia. Mereka berharap Rusia membuka kembali pipa seperti yang direncanakan.
Gazprom menyatakan, sebagai pemasok energi yang andal bakal memenuhi semua kewajibannya. Sementara itu harga saham Gazprom turun 28% pada hari akhir pekan kemarin setelah pemegang saham memutuskan untuk tidak membayar dividen.
Jatuhnya pasokan gas telah memaksa utilitas di seluruh benua Eropa masuk ke dalam pasar spot yang harganya lebih mahal. Meski begitu tetap dilakukan untuk menutup kesenjangan pasokan, sedangkan pemerintah dihantui kekhawatiran tentang kenaikan inflasi, yang telah membatasi konsumen serta menekan keuangan pemasok.
Seorang juru bicara Kementerian Ekonomi Jerman mengatakan, pemerintah sedang dalam pembicaraan dengan Uniper, salah satu pelanggan terbesar Gazprom Rusia dari Eropa, tentang langkah-langkah stabilisasi.
Kepala Eksekutif Uniper, Klaus-Dieter Maubach mengatakan pembicaraan itu mencakup kemungkinan jaminan, meningkatkan fasilitas kredit atau bahkan negara mengambil saham ekuitas. Dia tidak menerangkan berapa banyak uang yang dibutuhkan.
Saham Uniper di indeks midcaps ditutup 14,4% lebih rendah. Mereka turun 66% sejak awal tahun dan pada level terendah sejak 6 Maret 2017. Fortum Finlandia, yang memiliki 78% saham di Uniper ikut turun 6,1%.
Fortum mengatakan, pihaknya mendukung Uniper yang terpaksa membuang proyeksi keuangannya dan mengeluarkan peringatan laba, dengan jalur kredit dan jaminan. Tetapi Ia mengatakan, situasi kritis ini membutuhkan "upaya nasional dan sektor lain."
Kepala dewan kerja Uniper menekankan, negara harus turun tangan, mungkin mayoritas.
Kanselir Jerman, Olaf Scholz yang berbicara selama KTT NATO di Spanyol, mengatakan, mengacu pada kondisi Uniper bahwa pemerintah tahu apa yang harus dilakukan untuk membantu perusahaan yang menghadapi guncangan eksternal. Meski Ia tidak menguraikan spesifik seputar langkah yang bakal diambil.
Kondisi Uniper akan meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk memungkinkan utilitas meneruskan biaya energi yang melonjak kepada konsumen. Berlin mencemaskan protes publik jika kenaikan harga gas menghantam jutaan konsumen secara langsung.
Jerman harus mengisi penyimpanan gas setidaknya hingga 80% untuk mencegah krisis meningkat selama musim dingin dan sejauh ini telah mencapai 61%.
Di sisi lain, pemerintah di seluruh Eropa mengambil tindakan untuk menopang perusahaan strategis. Spanyol telah menyetujui paket bailout dan Republik Ceko telah melakukan pembicaraan dengan utilitas tentang menawarkan bantuan. Sementara aturan baru di Hongaria memungkinkan pemerintah untuk mengawasi perusahaan energi.
Selanjutnya di Inggris, terdapat lusinan perusahaan energi yang terjebak di antara kenaikan biaya dan batas harga energi Inggris, telah runtuh dalam 12 bulan terakhir.
Uniper di Bawah Tekanan
Invasi Rusia ke Ukraina telah mengungkap ketergantungan Uni Eropa (UE) dan khususnya Jerman pada pasokan gas Rusia. Uniper, perusahaan energi pertama di Jerman yang meminta bantuan negara, mengatakan hanya menerima 40% dari volume gas yang disepakati secara kontraktual dari Gazprom sejak 16 Juni.
Di seluruh Eropa, berkurangnya pasokan gas Rusia telah memicu aksi panik perburuan untuk sumber energi alternatif, seperti gas alam cair (LNG). Namun seringkali harus dibayar dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Untuk diketahui bahkan sebelum perang di Ukraina, Uniper telah meminta batas kredit 2 miliar euro dari bank KfW milik negara, yang belum ditarik, kata Maubach.
Perusahaan harus menghapus pinjaman USD1 miliar ke Nord Stream 2, pipa baru yang ditangguhkan untuk gas Rusia, pada bulan Maret.
Mereka mencoba untuk menegosiasikan ulang kontrak dengan pelanggan, kata para pelaku pasar. Meski begitu Uniper mengatakan tidak ada pelanggan yang didekati tentang kontrak dalam konteks penarikan prospek keuangannya.
Bank Kanada RBC, mencatat bahwa Uniper telah diturunkan ke peringkat kelas investasi terendah oleh S&P. "Kecuali ada intervensi untuk mendukung perusahaan, situasinya terlihat genting," jelasnya.
Analis bank mengatakan, fokus akan beralih ke utilitas lain. RWE Jerman mengatakan, dalam sebuah pernyataan kepada Reuters bahwa likuiditasnya cukup dan tidak dalam pembicaraan dengan pemerintah.
Harga gas global telah naik sejak tahun lalu karena pemulihan ekonomi pasca-COVID yang lebih kuat dari perkiraan. Sedangkan ekspor Rusia turun secara perlahan dan begitu juga dengan persediaan.
Saat ini Eropa dengan harap-harap cemas menunggu pemeliharaan terjadwal selama 11-21 Juli di pipa Nord Stream 1, yang membawa gas ke Jerman dari Rusia. Mereka berharap Rusia membuka kembali pipa seperti yang direncanakan.
Gazprom menyatakan, sebagai pemasok energi yang andal bakal memenuhi semua kewajibannya. Sementara itu harga saham Gazprom turun 28% pada hari akhir pekan kemarin setelah pemegang saham memutuskan untuk tidak membayar dividen.
(akr)