Marak PHK Perusahaan Digital, Ini Strategi E-Commerce untuk Bertahan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi telah mengubah lanskap industri ritel, termasuk sektor e-commerce yang sejak pandemi menikmati peningkatan tren penggunaan secara pesat.
Mengutip dari riset Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) pada Juni 2021, sementara pandemi menerjang secara ekstrim toko-toko ritel offline, situasi pandemi juga telah mendorong kenaikan dramatis dari adopsi layanan digital di negara-negara ASEAN.
“Seiring berjalannya pandemi, ada percepatan dalam transisi digital juga dalam ekspansi e-commerce,” tulis Melissa Ho, periset HKTDC.
Memang peran e-commerce dalam ledakan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia selama pandemi tak bisa disangkal. Namun banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan digital, keberlanjutan bisnis e-commerce mulai dipertanyakan.
Salah satu pemain besar e-commerce di Indonesia, Blibli mengakui adanya tantangan dalam aspek tersebut baik selama maupun pasca pandemi.
Dalam acara HKSAR (Hong Kong Special Administrative Region) 25th Anniversary Business Conference: “Resilience and Vibrancy: Hong Kong, Indonesia, and the ASEAN”, yang diadakan pada 24 Juni 2022 silam, Senior Vice President dan Head of Business Development Blibli, Yohanes Lukiman menyatakan bahwa pihaknya menekankan pentingnya keberlanjutan bisnis sejak pendirian perusahaan tersebut di tahun 2011.
Strategi ini membantu Blibli bertahan selama pandemi dan mencegah terjadinya PHK bagi karyawan. “Tidak pernah ada pemutusan hubungan kerja yang terkait efisiensi, jika dibandingkan dengan gelombang PHK di perusahaan-perusahaan teknologi yang dimulai sejak pandemi dan terus berlangsung hingga kini. Kami cukup yakin bahwa P&L (laba dan rugi) kami adalah yang tersehat di dunia e-commerce Indonesia,” katanya.
Selain itu, untuk tetap relevan dengan perkembangan pasar, Blibli mengembangkan strategi ritel omnichannel, yang disebut merupakan masa depan ritel. Menyusul akuisisi PT Supra Boga Lestari Tbk. tahun 2021, Blibli disebut punya triple threat, yakni e-commerce Blibli, platform travel and experience tiket.com, dan supermarket premium Ranch Market, yang semuanya terhubung, sehingga bisa menyasar banyak kebutuhan belanja konsumen.
“Omnichannel membuat konsumen bisa membeli dan menerima barang kapan dan dimana saja—misalnya memilih barang online dan mengambilnya di lokasi mana pun kami berada dan partner pick up point kami,” kata Yohanes pula.
Senada, CEO dari perusahaan digital internasional SQLI, Jonty Sutton menyebut, strategi omnichannel menjadi solusi untuk beradaptasi dalam berbagai situasi yang bisa mempengaruhi bisnis ritel.
Tak hanya itu, resiliensi dari sudut pandang ritel digital pasca COVID berfokus pada pertimbangan operasional. Investasi perusahaan lebih menuju ke waktu pengantaran yang lebih cepat, logistik, cara pembayaran, dan layanan berlangganan, dan inilah yang akan menarik konsumen, menurutnya.
“Supply chain, logistik, dan sisi operasional, ini adalah bagian-bagian inti dari bisnis saat ini dan harus diperlakukan seperti itu,” pungkasnya.
Mengutip dari riset Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) pada Juni 2021, sementara pandemi menerjang secara ekstrim toko-toko ritel offline, situasi pandemi juga telah mendorong kenaikan dramatis dari adopsi layanan digital di negara-negara ASEAN.
“Seiring berjalannya pandemi, ada percepatan dalam transisi digital juga dalam ekspansi e-commerce,” tulis Melissa Ho, periset HKTDC.
Memang peran e-commerce dalam ledakan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia selama pandemi tak bisa disangkal. Namun banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan digital, keberlanjutan bisnis e-commerce mulai dipertanyakan.
Salah satu pemain besar e-commerce di Indonesia, Blibli mengakui adanya tantangan dalam aspek tersebut baik selama maupun pasca pandemi.
Dalam acara HKSAR (Hong Kong Special Administrative Region) 25th Anniversary Business Conference: “Resilience and Vibrancy: Hong Kong, Indonesia, and the ASEAN”, yang diadakan pada 24 Juni 2022 silam, Senior Vice President dan Head of Business Development Blibli, Yohanes Lukiman menyatakan bahwa pihaknya menekankan pentingnya keberlanjutan bisnis sejak pendirian perusahaan tersebut di tahun 2011.
Strategi ini membantu Blibli bertahan selama pandemi dan mencegah terjadinya PHK bagi karyawan. “Tidak pernah ada pemutusan hubungan kerja yang terkait efisiensi, jika dibandingkan dengan gelombang PHK di perusahaan-perusahaan teknologi yang dimulai sejak pandemi dan terus berlangsung hingga kini. Kami cukup yakin bahwa P&L (laba dan rugi) kami adalah yang tersehat di dunia e-commerce Indonesia,” katanya.
Selain itu, untuk tetap relevan dengan perkembangan pasar, Blibli mengembangkan strategi ritel omnichannel, yang disebut merupakan masa depan ritel. Menyusul akuisisi PT Supra Boga Lestari Tbk. tahun 2021, Blibli disebut punya triple threat, yakni e-commerce Blibli, platform travel and experience tiket.com, dan supermarket premium Ranch Market, yang semuanya terhubung, sehingga bisa menyasar banyak kebutuhan belanja konsumen.
“Omnichannel membuat konsumen bisa membeli dan menerima barang kapan dan dimana saja—misalnya memilih barang online dan mengambilnya di lokasi mana pun kami berada dan partner pick up point kami,” kata Yohanes pula.
Senada, CEO dari perusahaan digital internasional SQLI, Jonty Sutton menyebut, strategi omnichannel menjadi solusi untuk beradaptasi dalam berbagai situasi yang bisa mempengaruhi bisnis ritel.
Tak hanya itu, resiliensi dari sudut pandang ritel digital pasca COVID berfokus pada pertimbangan operasional. Investasi perusahaan lebih menuju ke waktu pengantaran yang lebih cepat, logistik, cara pembayaran, dan layanan berlangganan, dan inilah yang akan menarik konsumen, menurutnya.
“Supply chain, logistik, dan sisi operasional, ini adalah bagian-bagian inti dari bisnis saat ini dan harus diperlakukan seperti itu,” pungkasnya.
(akr)