Pandemi dan Perang Rusia-Ukraina Bisa Picu Krisis Ekonomi Global

Rabu, 20 Juli 2022 - 11:13 WIB
loading...
Pandemi dan Perang Rusia-Ukraina Bisa Picu Krisis Ekonomi Global
News RCTI+ bisa menjadi rujukan kabar terkini dan lengkap mengenai perkembangan ekonomi baik secara global maupun Indonesia. FOTO/MNC Media
A A A
JAKARTA - Boleh saja orang berpandangan ancaman pandemi Covid-19 sudah berangsur hilang. Namun, dampak dari merebaknya virus Corona ini ternyata telah menghancurkan ekonomi di banyak negara.

Bahkan, banyak lembaga ekonomi dunia maupun ekonom yang memprediksi dunia bakal mengalami krisis ekonomi. Apalagi sampai saat ini perang antara Rusia dan Ukraina masih terus berkecamuk. News RCTI+ bisa menjadi rujukan kabar terkini dan lengkap mengenai perkembangan ekonomi baik secara global maupun Indonesia.

Krisis ekonomi global semakin nyata terlihat. Apa yang terjadi dengan Sri Lanka yang tak mampu membayar kewajiban obligasi (surat utang) di tahun ini, menjadi salah satu buktinya. Negara yang terletak di kawasan Asia Selatan itu masuk dalam krisis ekonomi yang parah dan dinyatakan bangkrut. Kondisi penduduk Srilanka pun memprihatinkan. Pasokan listrik dibatasi, BBM sulit didapat dan sangat mahal, stok bahan pangan boleh dikatakan tidak ada, karena Srilanka tak mampu lagi impor bahan pangan.



Krisis ekonomi yang parah diikuti oleh krisis politik. Rakyat Srilanka pun marah, kerusuhan pun meletus. Mereka pun memaksa Presiden dan Perdana Menteri Srilanka untuk mengundurkan diri. Srilanka tidak sendiri, menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat ini, ada sembilan negara yang terancam bangkrut dalam waktu dekat. Afghanistan, Argentina, Mesir, Laos, Lebanon, Myanmar, Pakistan, Turki dan Zimbabwe menjadi negara yang terancam bernasib sama dengan Srilanka.

Miliader dunia, Bill Gates mengungkapkan bahwa badai krisis ekonomi global semakin mendekat. Hal itu terjadi akibat tingginya inflasi di Amerika Serikat (AS) terdampak pandemi yang diperparah konflik Rusia dan Ukraina. inflasi di Negeri Paman Sam pada Juni kembali melejit mencapai 9,1% secara tahunan (year on year/yoy), tertinggi dalam 41 tahun terakhir. Banyak ekonom agar mewaspadai tingginya inflasi di Amerika Serikat bisa berimbas pada banyak negara di dunia.

Presiden Joko Widodo juga mengingatkan bahwa krisis ekonomi global memang sudah di depan mata. Menurut Kepala Negara, saat ini ada 60 negara di dunia yang kondisi ekonominya terancam ambruk. Dari 60 negara tersebut, 42 negara sudah mengarah ke arah sana.

"Siapa yang mau membantu mereka, mungkin kalau 1, 2, 3 negara krisis bisa dibantu dari lembaga-lembaga Internasional, tapi kalau sudah 42 negara? Kita harus berjaga-jaga, waspada, hati-hati. Kita tidak berada pada posisi normal," jelas Presiden.

Sebenarnya lembaga keuangan dunia seperti IMF, Bank Dunia dan lain-lain sudah memprediksi Pandemi Covid 19 akan mempengaruhi kondisi ekonomi dunia. Tanda-tanda ke arah sana, bisa dilihat saat negara-negara dengan kekuatan ekonomi besar di dunia mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Bank Dunia (2020), sudah mengingatkan akan ada negara yang tak mampu membayar utangnya dalam 2-3 tahun ke depan.

Krisis ekonomi global makin diperparah oleh meletusnya perang Rusia-Ukraina. Selama ini dua negara Eropa ini menjadi produsen dan eksportir komoditas utama dunia. Mulai dari minyak dan gas, batubara, gandum hingga bahan baku pupuk. Perang yang berkecamuk antara Rusia-Ukraina ini mengganggu produksi dan distribusi komoditas utama yang dibutuhkan dunia.

Dampak perang di kedua negara tersebut sudah mulai dirasakan oleh para petani di Indonesia. Seperti yang disampaikan oleh Miswanti dan juga Roni Setiawan petani tanaman pangan (padi) Dari Desa Ngadirejo, Kecamatan Ermoko Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. Di Bulan Juli ini, mereka sudah tidak bisa menebus pupuk bersubsidi yang disediakan pemerintah. Ini terjadi karena memang kurangnya pasokan bahan baku membuat pupuk tersendat.

Selisih harga pupuk bersubsidi dengan nonsubsidi di bsia mencapai tiga kali lipat. “Kami memohon dengan sangat kepada Kementrian Pertanian agar pasokan pupuk bersubsidi bisa ditambah kembali,” kata Miswati sambil memohon. Roni Setiawan menambahkan tanpa tambahan pupuk yang memadai sudah bisa diprediksi hasil panen akan merosot jauh baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.

Secara umum kondisi ekonomi Indonesia mamang masih tergolong kuat, bahkan boleh dikatakan salah satu yang terkuat di dunia. Buktinya, saat negara-negara lain mengalami lonjakan inflasi, di Indonesia inflasi masih terjaga. BPS mencatat pada Mei 2022 inflasi di Indonesia sebesar 0,40%. Bandingkan dengan inflasi di bulan yang sama di Amerika Serikat yang mencapai 8,6%, Thailand (7,1%), India (7%), Korea Selatan (5,4%) dan China (2,1%).

Meski kondisi ekonomi tergolong kuat, jika negara-negara lain terpuruk, dampaknya pasti akan dirasakan Indonesia. Untuk itulah dalam setiap kesempatan pemerintah terus mewanti-wanti agar semua pihak mewaspadai dan mencermati kondisi ekonomi global.

Sebagai news aggregator terbesar saat ini, News RCTI+ selalu menampilkan kondisi ekonomi teranyar di dalam negeri maupun global. Termasuk juga informasi pasang surut indeks pasar modal di Tanah Air maupun dunia secara berkala ditampilkan. Begitu pula dengan harga komoditas dunia seperti emas, gandum, batubara, minyak bumi dan lain-lain. Inflasi, pertumbuhan ekonomi dan indikator ekonomi lainnya dari berbagai negara menjadi salah satu berita utama yang disajikan setiap hari.

Informasi tersebut ditayangkan agar menjadi gambaran dan panduan bagi para pemangku kepentingan agar dapat membuat kebijakan yang tepat untuk menjaga kondisi ekonomi dalam negeri. Sekaligus juga sebagai masukan bagi masyarakat untuk tidak panik dalam menghadapi kondisi ekonomi dalam beberapa waktu ke depan.

"News RCTI+ terus berkomitmen untuk memberitakan berbagai fenomena menarik, berdampak luas dan menjadi perhatian publik,’’ kata Co-Managing Director RCTI+, Valencia Tanoesoedibjo. Dia berharap News RCTI+ bisa menambah pengetahuan, hiburan sekaligus sumber inspirasi bagi masyarakat atas informasi penting yang disampaikan setiap hari.

Lihat Grafis: Bill Gates: Badai Krisis Ekonomi Global Sudah Dekat

Sebanyak 93 publisher menyuplai ribuan berita setiap hari ke News RCTI+ dalam berbagai isu di segala bidang. Ribuan berita tersebut ditampung dalam 14 kategori atau kanal. Yaitu, Berita Utama, Terkini, Populer, Otomotif, Travel, Ekonomi, Gaya Hidup, Muslim, Seleb, Teknologi, Olahraga, Global, Nasional, dan Infografis. News RCTI+ juga sudah menyediakan Topik Menarik untuk memudahkan pembaca mencari kumpulan berita menarik yang disukainya.

Publisher-publisher yang telah berkolaborasi dengan RCTI+ diantaranya: Okezone.com, Sindonews.com, Inews.id, Republika.com, Jawapos.com, Bisnis.com, Brilio.net, Tabloidbintang.com, Katadata.co.id, Rmol.id, rm.id, Infobanknews.com, dan Inilah.com. Selain itu ada Indozone.id, Ayojakarta.com, Pojoksatu.id, Alinea.id, Gwigwi.com, dw.com, todaykpop.com, Indosport, Skor.id, dan masih banyak lagi.

Tak hanya publisher yang home base-nya di Jakarta, News RCTI+ juga menggandeng banyak publisher berpengaruh yang markasnya di daerah. Sebut saja Radarjogja.com, Bantenhits.com, Ayosemarang.com, Ayobogor.com, Suarantb.com, Lombokpost.com, Suarasurabaya.net, Sumselupdate.com, Bukamatanews.id, Mandalapos.co.id dan masih banyak yang lain.

News menjadi satu bagian penting dari lima pilar yang ada di RCTI+. Selain news, empat pilar lainnya adalah video, audio, home of talent (HOT), dan games. Sehingga jika sudah cukup dengan informasi berita di News RCTI+, para pembaca juga bisa langsung melanjutkan petualangannya dengan menonton original series dan original movies, mendengarkan radio, bermain games hingga menonton bakat-bakat para seniman di home of talent (HOT). Banyak hiburan dan juga pengetahuan penting dan mengasyikkan tersaji sangat lengkap di RCTI+.

(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1913 seconds (0.1#10.140)