Rusia dan China Membangun Pipa Gas Raksasa dengan Julukan Power of Siberia

Rabu, 27 Juli 2022 - 14:17 WIB
loading...
A A A
Tetapi impor gas China dari Turkmenistan selama periode itu jauh lebih tinggi yakni sebesar USD4,52 miliar, angka itu naik 52% dari tahun lalu. Gas alam tetap menjadi sebagian kecil dari impor energi China, yang sebagian besar masih didominasi minyak mentah.

Berdasarkan volume, ekspor gas Gazprom ke China melalui pipa naik 63,4% menjadi 7,5 miliar meter kubik selama paruh pertama tahun ini, menurut kantor berita Rusia Interfax. Kesepakatan awal mengirimkan 38 miliar meter kubik untuk tahun ini dan beberapa dekade mendatang.

Laporan Interfax mengatakan, ekspor keseluruhan Gazprom ke negara-negara yang sebelumnya bukan bagian dari Uni Soviet turun 31% menjadi 68,9 miliar meter kubik dalam enam bulan pertama tahun 2022.

Pada awal Februari lalu, China dan Rusia memperluas perjanjian pembelian gas tahunan mereka sebesar 10 miliar meter kubik. Meski kedua negera tidak merinci kapan hal itu mulai berjalan, meski diterangkan kesepakatan itu merupakan perjanjian jangka panjang.

Reuters memperkirakan bakal ada penjualan tambahan senilai USD37.5 miliar selama 25 tahun. Kedua negara telah membahas pembangunan pipa gas tambahan, termasuk yang diperkirakan akan dikirim dari Siberia melalui negara Mongolia.

Financial Times melaporkan, bulan ini bahwa Mongolia mengharapkan pipa gas baru, atau yang dikenal sebagai "Power of Siberia 2,". Rencananya bakal mulai dibangun dalam kurun waktu dua tahun ke depan.

Tenaga Nuklir dan Batu Bara

Baik China dan Rusia, keduanya juga berkolaborasi dalam pengembangan tenaga nuklir. Pada Mei 2021, Presiden China, Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara secara virtual pada acara peletakan batu pertama untuk proyek konstruksi bersama di dua pembangkit listrik tenaga nuklir di China.

Sebagian besar energi China masih berasal dari batu bara, yang kebanyakan diproduksi di dalam negeri. Tetapi dalam beberapa bulan terakhir China telah membeli lebih banyak batu bara Rusia, yang dijual dengan harga diskon karena banyak negara lain merencanakan sanksi atas komoditas tersebut.

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1432 seconds (0.1#10.140)