Dibayangi Kecemasan Resesi, Harga Minyak Naik Tipis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah atau crude oil hari ini mengalami kenaikan pada perdagangan akhir pekan, Jumat (5/8/2022).
Data perdagangan hingga pukul 09:36 WIB di Intercontinental Exchange (ICE) menunjukkan minyak mentah brent kontrak Oktober tumbuh 0,35% di USD94,45 per barel.
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) mencatat untuk pengiriman Oktober menanjak 0,35% menjadi USD87,87 per barel.
Secara garis besar kedua benchmark harga minyak tersebut masih tertekan dalam lima hari terakhir, di mana Brent dan WTI masing-masing mengalami koreksi lebih dari 9%. Penurunan tersebut membuat harga keduanya menembus level terendah sejak sebelum agresi Rusia ke Ukraina.
Sejumlah analis menilai pasar masih terikat sentimen kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia atau resesi yang membebani permintaan minyak dunia.
"Jika komoditas minyak masih tidak dihargai dalam resesi ekonomi, maka akan bersiap untuk era 'stagflasi' mengingat tingkat pengangguran mulai meningkat dan inflasi tetap tinggi," kata Analis CMC Markets Tina Teng, dilansir Reuters, Jumat (5/8/2022).
Kekhawatiran resesi masih menjadi bayang-bayang pasar minyak menyusul usaha Bank of England menaikkan suku bunga terbesar sejak 1995.
Selain karena resesi, pasar juga akan mencermati laporan ketenagakerjaan di Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis dalam waktu dekat ini.
Data perdagangan hingga pukul 09:36 WIB di Intercontinental Exchange (ICE) menunjukkan minyak mentah brent kontrak Oktober tumbuh 0,35% di USD94,45 per barel.
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) mencatat untuk pengiriman Oktober menanjak 0,35% menjadi USD87,87 per barel.
Secara garis besar kedua benchmark harga minyak tersebut masih tertekan dalam lima hari terakhir, di mana Brent dan WTI masing-masing mengalami koreksi lebih dari 9%. Penurunan tersebut membuat harga keduanya menembus level terendah sejak sebelum agresi Rusia ke Ukraina.
Sejumlah analis menilai pasar masih terikat sentimen kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia atau resesi yang membebani permintaan minyak dunia.
"Jika komoditas minyak masih tidak dihargai dalam resesi ekonomi, maka akan bersiap untuk era 'stagflasi' mengingat tingkat pengangguran mulai meningkat dan inflasi tetap tinggi," kata Analis CMC Markets Tina Teng, dilansir Reuters, Jumat (5/8/2022).
Kekhawatiran resesi masih menjadi bayang-bayang pasar minyak menyusul usaha Bank of England menaikkan suku bunga terbesar sejak 1995.
Selain karena resesi, pasar juga akan mencermati laporan ketenagakerjaan di Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis dalam waktu dekat ini.