Harga Minyak Mentah Naik, Terdongkrak Permintaan Bahan Bakar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah mengalami kenaikan pada awal perdagangan pagi ini, Jumat (26/8), yang menandakan ada permintaan bahan bakar yang membaik, kendati pasar masih menanti sinyal dari The Fed dalam Simposium Jackson Hole terkait prospek suku bunga.
Data perdagangan hingga pukul 09:30 WIB menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak November naik 0,91% menjadi USD99,36 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Oktober tumbuh 0,94% sebesar USD93,39 per barel.
Kendati ketidakpastian atas laju kenaikan suku bunga di Amerika Serikat masih terjadi, kekhawatiran terkait melambatnya permintaan minyak tampak mulai mereda. Hal itu terbukti dari pulihnya kedua harga acuan minyak sekitar 3% sepanjang minggu ini.
Berdasarkan riset ANZ Research, pasar menantikan pidato Gubernur Fed Jerome Powell pada Jumat ini (26/8/2022), yang diperkirakan bakal sedikit memberi dampak terhadap pergerakannya.
"Namun, sinyal permintaan minyak yang kuat masih membantu," tulis analisa ANZ Research dalam sebuah catatan. "Namun demikian, tanda-tanda permintaan yang kuat muncul," lanjutnya, mengacu pada data yang mendorong pertumbuhan lalu lintas, yang menandakan adanya kenaikan konsumsi bahan bakar.
"Data Indeks Kemacetan terbaru dari TomTom menunjukkan tingkat lalu lintas di Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika Utara semuanya membukukan pertumbuhan mingguan yang kuat per 24 Agustus." terangnya.
ANZ juga menyebut tingkat kemacetan di China juga mulai pulih, setelah serangkaian pembatasan dari kebijakan nol-Covid.
Seiring dengan kehati-hatian pasar menjelang pidato Powell, prospek masuknya aliran minyak mentah Iran ke pasar global juga diperkirakan dapat membatasi kenaikan harga. Kabar terbaru, Teheran sedang mencermati tanggapan Washington atas tawaran yang dirancang Uni Eropa untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir. UE mengharapkan tanggapan segera dari Iran, meskipun tidak jelas seberapa cepat ekspor minyak Iran akan dilanjutkan meski kesepakatan tercapai.
Jika sanksi nuklir Iran dicabut, maka dibutuhkan sekitar satu setengah tahun untuk mencapai kapasitas penuhnya sebesar 4 juta barel per hari, atau naik 1,4 juta barel per hari dari produksinya saat ini.
Di tengah kabar tersebut, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bakal mempertimbangkan untuk membatasi produksi demi mengimbangi pasokan dari Iran. Demikian diungkap sumber OPEC pada minggu ini, setelah Arab Saudi sebelumnya meminta kelompok itu memangkas produksi.
Data perdagangan hingga pukul 09:30 WIB menunjukkan minyak Brent di Intercontinental Exchange (ICE) untuk kontrak November naik 0,91% menjadi USD99,36 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman Oktober tumbuh 0,94% sebesar USD93,39 per barel.
Kendati ketidakpastian atas laju kenaikan suku bunga di Amerika Serikat masih terjadi, kekhawatiran terkait melambatnya permintaan minyak tampak mulai mereda. Hal itu terbukti dari pulihnya kedua harga acuan minyak sekitar 3% sepanjang minggu ini.
Berdasarkan riset ANZ Research, pasar menantikan pidato Gubernur Fed Jerome Powell pada Jumat ini (26/8/2022), yang diperkirakan bakal sedikit memberi dampak terhadap pergerakannya.
"Namun, sinyal permintaan minyak yang kuat masih membantu," tulis analisa ANZ Research dalam sebuah catatan. "Namun demikian, tanda-tanda permintaan yang kuat muncul," lanjutnya, mengacu pada data yang mendorong pertumbuhan lalu lintas, yang menandakan adanya kenaikan konsumsi bahan bakar.
"Data Indeks Kemacetan terbaru dari TomTom menunjukkan tingkat lalu lintas di Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika Utara semuanya membukukan pertumbuhan mingguan yang kuat per 24 Agustus." terangnya.
ANZ juga menyebut tingkat kemacetan di China juga mulai pulih, setelah serangkaian pembatasan dari kebijakan nol-Covid.
Seiring dengan kehati-hatian pasar menjelang pidato Powell, prospek masuknya aliran minyak mentah Iran ke pasar global juga diperkirakan dapat membatasi kenaikan harga. Kabar terbaru, Teheran sedang mencermati tanggapan Washington atas tawaran yang dirancang Uni Eropa untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir. UE mengharapkan tanggapan segera dari Iran, meskipun tidak jelas seberapa cepat ekspor minyak Iran akan dilanjutkan meski kesepakatan tercapai.
Jika sanksi nuklir Iran dicabut, maka dibutuhkan sekitar satu setengah tahun untuk mencapai kapasitas penuhnya sebesar 4 juta barel per hari, atau naik 1,4 juta barel per hari dari produksinya saat ini.
Di tengah kabar tersebut, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bakal mempertimbangkan untuk membatasi produksi demi mengimbangi pasokan dari Iran. Demikian diungkap sumber OPEC pada minggu ini, setelah Arab Saudi sebelumnya meminta kelompok itu memangkas produksi.
(uka)