Uni Eropa Tidak Takut Putin, Siapkan Aksi Balasan Usai Rusia Tutup Keran Aliran Gas

Selasa, 06 September 2022 - 04:21 WIB
loading...
Uni Eropa Tidak Takut Putin, Siapkan Aksi Balasan Usai Rusia Tutup Keran Aliran Gas
Kepala ekonomi Uni Eropa (UE) mengatakan, tidak takut pada Putin dan siap bereaksi terkait pemutusan pasokan gas oleh Rusia. Foto/Dok
A A A
BRUSSELS - Kepala ekonomi Uni Eropa (UE) mengatakan, tidak takut pada Putin dan siap bereaksi terkait pemutusan pasokan gas oleh Rusia. Uni Eropa "siap bereaksi" terhadap keputusan Rusia yang menghentikan pasokan gas ke benua biru, seperti disampaikan seorang pejabat tinggi Uni Eropa.

Sebelumnya raksasa energi milik Rusia, Gazprom pada hari Jumat mengumumkan, penghentian aliran gas tanpa batas waktu ke Eropa melalui pipa gas Nord Stream 1, dengan alasan perlunya perbaikan tambahan.



Keputusan ini diambil setelah pasokan sempat dihentikan pekan lalu karena adanya jadwal pemeliharaan rutin yang diperkirakan akan berlangsung hingga 3 September 2022. Namun Gazprom justru menutup pasokan gas secara total hingga waktu yang tidak ditentukan.

"Kami berharap bahwa Rusia menghormati kontrak yang mereka miliki, tetapi jika perang energi akan berlanjut atau akan meningkat sebagai tanggapan atas keputusan kami, saya pikir Uni Europa siap untuk bereaksi," kata Komisaris Ekonomi UE, Paolo Gentiloni.

"Tentu saja, kita harus menghemat energi, harus berbagi energi. Kita memiliki tingkat penyimpanan yang tinggi dan kita tidak takut dengan keputusan Putin," kata Gentiloni kepada CNBC di Italia.



"Kami meminta Putin untuk menghormati kontrak mereka tetapi jika mereka tidak menghormatinya, maka kami siap untuk bereaksi," katanya, tanpa merinci dengan tepat tindakan apa yang akan dilakukan.

Sementara itu Gazprom mengatakan, melalui aplikasi Telegram bahwa inspektur menemukan kebocoran minyak di pipa. "Transportasi gas ke pipa Nord Stream telah sepenuhnya dihentikan sampai masalah pada pengoperasian peralatan dihilangkan," kata perusahaan energi itu.

Penghentian pasokan gas terjadi setelah tensi panas hubungan Rusia dan UE berkepanjangan seiring perang di Ukraina. Dimana Rusia dituding menggunakan pasokan gas sebagai senjata untuk menekan Eropa dalam upaya untuk mendapatkan keringanan sanksi. Sedangkan Rusia membantah menggunakan energi sebagai senjata.

Gazprom telah berulang kali mengatakan, bahwa sanksi Barat telah mempersulit upaya menjalankan pipa secara efisien sehingga berujung pada pengurangan aliran gas melalui pipa menjadi sekitar 20% dari kapasitas penuhnya.

Keputusan Gazprom datang beberapa jam setelah G7 menyetujui rencana memberlakukan batas harga pada minyak Rusia dalam upaya untuk mengekang pendapatan minyak Moskow.

Penghentian semua pasokan gas Rusia, menempatkan UE dalam posisi terjepit menjelang musim dingin.

Sejak invasi Rusia yang disebut Barat tidak beralasan ke Ukraina, UE telah berupaya mengurangi dan menghapus impor gas Rusia. Namun sementara itu mereka berebut mencari pasokan alternatif, tampaknya agak sulit mengisi pasokan.

Uni Eropa telah meminta semua anggota untuk secara sukarela mengurangi konsumsi gas masing-masing sebesar 15% pada musim gugur dan musim dingin dalam upaya untuk meningkatkan pasokan.

Senator AS Lindsey Graham, yang juga berbicara kepada CNBC di Forum Ambrosetti, mengatakan, kekurangan energi yang diprediksi akan datang pada musim dingin mendatang "sangat tidak nyaman bagi Eropa". Namun ini bukan "pertama kalinya orang Eropa harus menderita karena kebebasan mereka."

"Inilah yang akan saya katakan kepada teman-teman Eropa saya: Kami akan bekerja dengan Anda untuk menemukan alternatif untuk gas Rusia dan semakin cepat kami dapat tiba di tujuan itu, semakin aman dunia dan Eropa akan lebih stabil," katanya.

"Pukulan terbesar bagi mesin perang Putin adalah kemandirian energi oleh Eropa. Pada hari Anda mencapainya, bahwa Anda akan lepas dari cangkang yang dulu."

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5231 seconds (0.1#10.140)