Dipicu Festival Diwali, Indonesia dan Malaysia Berebut Permintaan CPO India
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO ) di bursa berjangka Malaysia terkoreksi pada sesi siang perdagangan Selasa (20/9/2022), setelah sempat menguat pagi hari tadi.
Data perdagangan di Bursa Malaysia Derivatives Berhad (BMD) hingga pukul 12:43 WIB menunjukkan kontrak minyak sawit acuan untuk pengiriman Desember turun 0,89%, menjadi MYR3.667 per ton, setelah melonjak 1,5% di awal perdagangan. Diketahui, kontrak periode ini telah merosot hampir 6% dalam empat sesi terakhir.
Mengutip Reuters, saat ini para pedagang di Malaysia tengah mempertimbangkan perkiraan kenaikan produksi, sebagai kesiapan mereka menghadapi permintaan CPO yang cukup kuat dari India, menjelang acara festival Diwali pada bulan Oktober mendatang.
Lebih jauh, pasar juga sedang membaca potensi kenaikan ekspor periode September di tengah pelemahan ringgit terhadap dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan analisa Refinitiv Commodities Research, produksi CPO Malaysia diperkirakan akan meningkat pada periode September, meskipun masih menghadapi tantangan kekurangan tenaga kerja.
Saingan terberat negeri jiran yakni Indonesia dikabarkan tengah mengurangi persediaan mereka sekaligus memberi diskon yang besar terhadap penjualan ke India. Harga yang lebih murah dari Indonesia dikhawatirkan bakal menggerus permintaan CPO Malaysia.
Sejalan dengan gejolak tersebut, sejumlah harga minyak nabati lain juga mengalami penurunan, seperti harga minyak kedelai di Bursa Dalian China keok 1,5%, sementara kontrak CPO-nya anjlok 2,8%. Sedangkan harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade merosot 0,2%.
Harga minyak nabati saling memberi pengaruh satu sama lain mengingat persaingan mereka untuk mendapatkan porsi permintaan di pasar minyak global.
Lihat Juga: Bangun Kerja Sama Ekonomi Sesama Negara Berkembang, Kadin Persiapkan Kunjungan Prabowo ke India
Data perdagangan di Bursa Malaysia Derivatives Berhad (BMD) hingga pukul 12:43 WIB menunjukkan kontrak minyak sawit acuan untuk pengiriman Desember turun 0,89%, menjadi MYR3.667 per ton, setelah melonjak 1,5% di awal perdagangan. Diketahui, kontrak periode ini telah merosot hampir 6% dalam empat sesi terakhir.
Mengutip Reuters, saat ini para pedagang di Malaysia tengah mempertimbangkan perkiraan kenaikan produksi, sebagai kesiapan mereka menghadapi permintaan CPO yang cukup kuat dari India, menjelang acara festival Diwali pada bulan Oktober mendatang.
Lebih jauh, pasar juga sedang membaca potensi kenaikan ekspor periode September di tengah pelemahan ringgit terhadap dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan analisa Refinitiv Commodities Research, produksi CPO Malaysia diperkirakan akan meningkat pada periode September, meskipun masih menghadapi tantangan kekurangan tenaga kerja.
Saingan terberat negeri jiran yakni Indonesia dikabarkan tengah mengurangi persediaan mereka sekaligus memberi diskon yang besar terhadap penjualan ke India. Harga yang lebih murah dari Indonesia dikhawatirkan bakal menggerus permintaan CPO Malaysia.
Sejalan dengan gejolak tersebut, sejumlah harga minyak nabati lain juga mengalami penurunan, seperti harga minyak kedelai di Bursa Dalian China keok 1,5%, sementara kontrak CPO-nya anjlok 2,8%. Sedangkan harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade merosot 0,2%.
Harga minyak nabati saling memberi pengaruh satu sama lain mengingat persaingan mereka untuk mendapatkan porsi permintaan di pasar minyak global.
Lihat Juga: Bangun Kerja Sama Ekonomi Sesama Negara Berkembang, Kadin Persiapkan Kunjungan Prabowo ke India
(uka)