Setahun Merger Pelindo Hadirkan Wajah Baru yang Efisien dan Produktif
loading...
A
A
A
Andalan Logistik Nasional dan Global
Bagi pengguna jasa, merger Pelindo menjadi harapan baru terciptanya ekosistem logistik nasional yang handal dan efisien. Direktur Eksekutif DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Budi Wiyono mengatakan, dengan adanya standardisasi di 112 pelabuhan di bawah Pelindo, maka cita-cita untuk menghadirkan ekosistem logistik nasional yang handal akan mudah tercapai.
“Digitaliasi sekarang baru di 14 pelabuhan, harus diperluas ke pelabuhan lain. DO online, harus dijalankan maksimal,”unglapnya kepada Koran SINDO-Sindonews, kemarin. Selain itu, kecepatan dan produktivitas layanan di pelabuhan-pelabuhan yang bukan pelabuhan utama harus diperbaiki, termasuk peningkatan kualitas peralatan. “ Perlu dukungan dari stakeholder lain, seperti operator Forwarding, operator truk, shipping lines. Jadi seluruh stakeholder harus berkolaborasi dengan Pelindo,”katanya.
Sedangkan, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, saat ini Pelindo harus berfokus pada tantangan bagaimana menurunkan biaya logistik yang di seluruh dunia merangkak naik.
“Kenaikan biaya logistik itu rena masalah rantai pasok. Penyebabnya, ada perang di Ukraina, banyak pekerja di pelabuhan di Amerika Serikat (AS) tidak mau bekerja secara fisik di sektor kargo dan logistik, sehingga banyak penumpukan barang di pelabuhan di seluruh dunia,”cetusnya.
Namun demikian, Bhima menilai, rencana-rencana besar di Pelindo berjalan dengan baik. Misalnya, integrasi sistem, percepatan pengembangan kapasitas pelabuhan, sinkronisasi kapasitas SDM.
“Ada upaya perbaikan terus menerus. Tetapi yang perlu di catat, butuh kerjasama lebih erat, bukan hanya di internal Pelindo saja, tetapi dari pihak di luar Pelindo, seperti operator angkutan, pergudangan dan stakeholder lain,”cetusnya.
Pelindo, kata dia, juga harus memperkuat digitalisasi dalam rangka otomasi, Karena dengan memaksimalkan otomasi dan digitalisasi, akan menghemat banyak biaya.
"Juga terus melakukan koordinasi dengan pemerintah terkait insentif apa yang bisa didapat, Apalagi, Pelindo memiliki cita-cita menjadi hub penting di Asia. Ini perlu kapasitas yang besar di pelabuhan, kecepatan handling kargo, paperlerss, output-nya seefisien mungkin sehingga membuat daya saing meningkat,"tutupnya.
Pelindo sendiri, terus memperkuat kinerjanya melalui kolaborasi dengan berbagai pihak. Awal bulan ini, Pelindo dan Port of LA berdiskusi tentang rencana pengembangan kerjasama yang sebelumnya telah diinisiasi melalui Memorandum of Understanding (MoU) pada 2019 lalu.
“Prospek kerja sama akan lebih terbuka kedepan bersama Port of LA, termasuk dalam memperluas lingkup kerjasama dalam bidang green port,” ujar Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono dalam keterangan resminya. Selain rencana pengembangan dan inovasi dalam bidang green energy dan teknologi, kerjasama juga meliputi kelancaran flow of cargo antar pelabuhan di Jakarta dan di Los Angeles, kerjasama bidang pelatihan dan port expertise dan human capital development.
Bagi pengguna jasa, merger Pelindo menjadi harapan baru terciptanya ekosistem logistik nasional yang handal dan efisien. Direktur Eksekutif DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Budi Wiyono mengatakan, dengan adanya standardisasi di 112 pelabuhan di bawah Pelindo, maka cita-cita untuk menghadirkan ekosistem logistik nasional yang handal akan mudah tercapai.
“Digitaliasi sekarang baru di 14 pelabuhan, harus diperluas ke pelabuhan lain. DO online, harus dijalankan maksimal,”unglapnya kepada Koran SINDO-Sindonews, kemarin. Selain itu, kecepatan dan produktivitas layanan di pelabuhan-pelabuhan yang bukan pelabuhan utama harus diperbaiki, termasuk peningkatan kualitas peralatan. “ Perlu dukungan dari stakeholder lain, seperti operator Forwarding, operator truk, shipping lines. Jadi seluruh stakeholder harus berkolaborasi dengan Pelindo,”katanya.
Sedangkan, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, saat ini Pelindo harus berfokus pada tantangan bagaimana menurunkan biaya logistik yang di seluruh dunia merangkak naik.
“Kenaikan biaya logistik itu rena masalah rantai pasok. Penyebabnya, ada perang di Ukraina, banyak pekerja di pelabuhan di Amerika Serikat (AS) tidak mau bekerja secara fisik di sektor kargo dan logistik, sehingga banyak penumpukan barang di pelabuhan di seluruh dunia,”cetusnya.
Namun demikian, Bhima menilai, rencana-rencana besar di Pelindo berjalan dengan baik. Misalnya, integrasi sistem, percepatan pengembangan kapasitas pelabuhan, sinkronisasi kapasitas SDM.
“Ada upaya perbaikan terus menerus. Tetapi yang perlu di catat, butuh kerjasama lebih erat, bukan hanya di internal Pelindo saja, tetapi dari pihak di luar Pelindo, seperti operator angkutan, pergudangan dan stakeholder lain,”cetusnya.
Pelindo, kata dia, juga harus memperkuat digitalisasi dalam rangka otomasi, Karena dengan memaksimalkan otomasi dan digitalisasi, akan menghemat banyak biaya.
"Juga terus melakukan koordinasi dengan pemerintah terkait insentif apa yang bisa didapat, Apalagi, Pelindo memiliki cita-cita menjadi hub penting di Asia. Ini perlu kapasitas yang besar di pelabuhan, kecepatan handling kargo, paperlerss, output-nya seefisien mungkin sehingga membuat daya saing meningkat,"tutupnya.
Pelindo sendiri, terus memperkuat kinerjanya melalui kolaborasi dengan berbagai pihak. Awal bulan ini, Pelindo dan Port of LA berdiskusi tentang rencana pengembangan kerjasama yang sebelumnya telah diinisiasi melalui Memorandum of Understanding (MoU) pada 2019 lalu.
“Prospek kerja sama akan lebih terbuka kedepan bersama Port of LA, termasuk dalam memperluas lingkup kerjasama dalam bidang green port,” ujar Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono dalam keterangan resminya. Selain rencana pengembangan dan inovasi dalam bidang green energy dan teknologi, kerjasama juga meliputi kelancaran flow of cargo antar pelabuhan di Jakarta dan di Los Angeles, kerjasama bidang pelatihan dan port expertise dan human capital development.