Matikan Aliran Gas, Tapi Rusia Tetap Jadi Pemasok Utama Minyak Mentah ke Jerman
loading...
A
A
A
BERLIN - Impor minyak mentah Jerman melonjak 13,5% secara year-on-year (YoY) dalam tujuh bulan pertama tahun 2022 seiring pemulihan ekonomi dari Pandemi Covid-19. Sementara itu lonjakan harga membuat tagihan yang harus dibayarkan berlipat ganda, salah satunya akibat perang Rusia Ukraina .
Impor minyak mentah Jerman meningkat menjadi 51 juta ton antara periode Januari dan Juli 2022 dibandingkan dengan 44,9 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Jerman menghabiskan USD35,07 miliar atau setara Rp528,6 triliun (Kurs Rp15.074/USD) untuk impor minyak mentah dalam 7 bulan pertama tahun ini, naik 100,6% dari periode yang sama tahun 2021.
Harga rata-rata yang dibayarkan per ton di perbatasan naik 76,4% menjadi USD680,85, menurut Kantor Federal untuk Urusan Ekonomi dan Kontrol Ekspor (BAFA).
Pemasok Teratas
Rusia tetap menjadi pemasok minyak mentah utama Jerman, terhitung setara 30,5% dari impor selama periode tersebut, dimana Moskow memasok 15,5 juta ton. Selanjutnya Amerika Serikat (AS) menjadi pemasok terbesar kedua yang menyumbang 12,5% impor Jerman yang memasok 6,4 juta ton.
Sedangkan Kazakhstan mengirimkan 5,2 juta ton atau sekitar 10,3% dari impor minyak mentah Jerman, dan Inggris memasok 8,7% dengan 4,4 juta ton.
Sumber impor minyak mentah lainnya berasal dari sumur minyak Laut Utara Inggris dan Norwegia menyumbang 23,6%, dan 16% diimpor dari negara-negara anggota OPEC.
Minyak mentah Brent turun 4,68% menjadi USD86,27 per barel pada pukul 23:51 GST Jumat, sementara US West Texas Intermediate (WTI) turun 5,51% menjadi USD78,90/barel.
Kedua patokan tetap di atas USD100 setelah melewati batas untuk pertama kalinya sejak 2014, pada 24 Februari, sehari setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Sementara itu Pemerintah Jerman baru saja mengambil alih fasilitas perusahaan Rusia Rosneft di negaranya, termasuk kilang Schwedt, yang memasok 90% minyak bumi Berlin.
Rosneft yang dikuasai negara merupakan produsen minyak terbesar di Rusia dan perusahaan terbesar kedua dalam nilai pasar. Tiga hari setelah Rusia menginvasi Ukraina, perusahaan minyak Inggris BP mengatakan menjual 19,75% sahamnya di Rosneft.
Di sisi lain kanselir Jerman Olaf Scholz memulai perjalanan ke Negara Teluk selama dua hari mulai Sabtu, kemarin untuk mengejar kontrak LNG dengan UEA dan Qatar dalam upaya menekan impor gas Rusia.
Impor minyak mentah Jerman meningkat menjadi 51 juta ton antara periode Januari dan Juli 2022 dibandingkan dengan 44,9 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Jerman menghabiskan USD35,07 miliar atau setara Rp528,6 triliun (Kurs Rp15.074/USD) untuk impor minyak mentah dalam 7 bulan pertama tahun ini, naik 100,6% dari periode yang sama tahun 2021.
Harga rata-rata yang dibayarkan per ton di perbatasan naik 76,4% menjadi USD680,85, menurut Kantor Federal untuk Urusan Ekonomi dan Kontrol Ekspor (BAFA).
Pemasok Teratas
Rusia tetap menjadi pemasok minyak mentah utama Jerman, terhitung setara 30,5% dari impor selama periode tersebut, dimana Moskow memasok 15,5 juta ton. Selanjutnya Amerika Serikat (AS) menjadi pemasok terbesar kedua yang menyumbang 12,5% impor Jerman yang memasok 6,4 juta ton.
Sedangkan Kazakhstan mengirimkan 5,2 juta ton atau sekitar 10,3% dari impor minyak mentah Jerman, dan Inggris memasok 8,7% dengan 4,4 juta ton.
Sumber impor minyak mentah lainnya berasal dari sumur minyak Laut Utara Inggris dan Norwegia menyumbang 23,6%, dan 16% diimpor dari negara-negara anggota OPEC.
Minyak mentah Brent turun 4,68% menjadi USD86,27 per barel pada pukul 23:51 GST Jumat, sementara US West Texas Intermediate (WTI) turun 5,51% menjadi USD78,90/barel.
Kedua patokan tetap di atas USD100 setelah melewati batas untuk pertama kalinya sejak 2014, pada 24 Februari, sehari setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Sementara itu Pemerintah Jerman baru saja mengambil alih fasilitas perusahaan Rusia Rosneft di negaranya, termasuk kilang Schwedt, yang memasok 90% minyak bumi Berlin.
Rosneft yang dikuasai negara merupakan produsen minyak terbesar di Rusia dan perusahaan terbesar kedua dalam nilai pasar. Tiga hari setelah Rusia menginvasi Ukraina, perusahaan minyak Inggris BP mengatakan menjual 19,75% sahamnya di Rosneft.
Di sisi lain kanselir Jerman Olaf Scholz memulai perjalanan ke Negara Teluk selama dua hari mulai Sabtu, kemarin untuk mengejar kontrak LNG dengan UEA dan Qatar dalam upaya menekan impor gas Rusia.
(akr)