Siapa yang Untung dari Meledaknya Pipa Gas Nord Stream 2, AS atau Rusia?

Sabtu, 01 Oktober 2022 - 09:40 WIB
loading...
Siapa yang Untung dari Meledaknya Pipa Gas Nord Stream 2, AS atau Rusia?
Amerika Serikat (AS) tampaknya sangat yakin bahwa Rusia yang memang harus disalahkan atas kebocoran pipa gas Nord Stream 2, lalu siapakah yang paling diuntungkan?. Foto/Dok
A A A
WINA - Amerika Serikat (AS) tampaknya sangat yakin bahwa Rusia yang memang harus disalahkan atas kebocoran pipa gas Nord Stream 2 pada awal pekan ini. Menteri Energi AS, Jennifer Granholm mengatakan, penyelidikan sedang dilakukan untuk mengetahui penyebab apa yang disebutnya sebagai "tindakan sabotase".

"Sangat tidak mungkin bahwa insiden ini kebetulan," katanya, tanpa menyodorkan bukti untuk mendukung klaim tersebut.



Rusia sendiri telah membantah tudingan tersebut, dengan mengatakan, merusak pipa itu "bodoh dan tidak masuk akal". Presiden Rusia, Putin menerangkan, kerusakan pipa sebagai akibat dari sabotase belum pernah terjadi sebelumnya atau diklaim sebagai tindakan terorisme internasional.

Saat melakukan panggilan telepon dengan Presiden Turki, Erdogan, menurut Kremlin, diterangkan Rusia berencana untuk membawanya ke "diskusi mendesak" di Dewan Keamanan PBB.



Sebelumnya Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, justru AS yang mendapatkan manfaat dari pipa gas Nord Stream 2 yang tidak berfungsi karena akan dapat meningkatkan penjualan gas alamnya. Gedung Putih membantah hal tersebut.

"Ini kemungkinan besar merupakan sabotase. Jika ada satu insiden pipa pecah atau ada kebocoran maka biasanya kerusakan terjadi karena tidak disengaja, itupun sangat jarang," menurut Mike Fulwood dari Oxford Institute for Energy Studies.

"Penyebab kerusakan yang paling mungkin terjadi karena kecelakaan adalah akibat jangkar yang dijatuhkan dan diseret melintasi pipa," paparnya.

Dia menambahkan bahwa dengan adanya beberapa titil kebocoran dalam waktu singkat "tidak mungkin bisa disengaja, meskipun secara teoritis bisa jadi".

Tekanan air yang tinggi di dasar laut membuat ledakan menjadi sulit, menurut pakar teknik energi Profesor Russell Johns dari Penn State University.

Dia mengatakan "tidak mungkin bahwa Rusia meledakkan pipa mereka sendiri. Mereka bisa saja memotong gas ke pintu masuk pipa" jika mereka ingin menghentikan pasokan.

Uang yang terus diterima Rusia dari penjualan bahan bakar fosilnya membantu mendanai invasinya ke Ukraina.

Mitra Energi

Gas yang keluar dari pipa dekat pulau Bornholm di Denmark telah berada di dalam pipa sejak awal September ketika Moskow menutupnya. Mereka mengatakan perbaikan diperlukan pada infrastruktur vital untuk memasok kebutuhan energi Eropa.

Granholm mengutarakan, hubungan energi antara Rusia dan Eropa sedang retak. "Saya pikir Rusia telah membuktikan dirinya sebagai mitra energi yang tidak dapat diandalkan," katanya.

"Tidak ada negara yang ingin mengambil risiko menempatkan permintaan besar energinya pada pasokan Rusia. Saya pikir ini mempercepat dorongan UE untuk menjadi mandiri secara energi melalui energi bersih," papar Menteri Energi AS.

Seperti diketahui Perang di Ukraina berdampak besar kepada lonjakan harga energi global. Mereka telah menjadi kontributor terbesar dari fenomena melonjaknya inflasi di Inggris, Zona Euro dan AS, sesuatu yang mengancam bakal memangkas pertumbuhan ekonomi global.

Meningkatnya biaya hidup telah membuat para pemimpin politik di seluruh dunia mengevaluasi kembali dari mana mereka mendapatkan energi , menurut Granholm saat berbicara dalam Konferensi Tingkat Menteri Badan Energi Atom Internasional di Wina.

"Setiap negara melihat risiko terkait volatilitas bahan bakar fosil. Semua orang mencari bagaimana mereka bisa membangun kemandirian energi,"

Energi angin, matahari, dan nuklir adalah salah satu alternatif yang coba ditingkatkan oleh banyak negara karena mereka juga bertujuan untuk memenuhi target perubahan iklim Paris.

Namun analisis Universitas Columbia menunjukkan, bahwa Rusia memiliki 46% bagian dari kapasitas pengayaan global untuk bahan bakar nuklir, dan Badan Energi Internasional memperingatkan pada bulan Juli bahwa China memiliki pangsa 80% "dalam semua tahap manufaktur utama panel surya".

Ketika ditanya bagaimana AS dan yang lainnya tidak terlalu bergantung pada alternatif semacam itu, Granholm menjawab bahwa "langkah menuju energi bersih ini bisa menjadi bagian dari rencana perdamaian yang hebat" dan bahwa langkah seperti itu "membantu banyak orang, membantu ekonomi, dan membantu keamanan energi".

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1292 seconds (0.1#10.140)