Kehilangan Pasokan Gas Rusia Memaksa Jerman Merogoh Kocek Rp 7.258 Triliun
loading...
A
A
A
Jumlah tersebut juga termasuk komitmen yang sebelumnya tidak dilaporkan sebesar 52,2 miliar euro oleh pemberi pinjaman negara KfW (KFW. UL) untuk membantu utilitas dan pedagang mengisi penyimpanan gas, membeli batu bara, mengganti sumber pengadaan gas dan menutupi beberapa margin call, menurut data KfW yang ditinjau oleh Reuters.
Terlepas dari upaya ini, ada sedikit kepastian tentang bagaimana negara itu dapat menggantikan pasokan gas Rusia. Tercatat Jerman mengimpor sekitar 58 miliar meter kubik (bcm) gas dari Rusia tahun lalu, menurut data dari Eurostat dan asosiasi industri Jerman BDEW, mewakili sekitar 17% dari total konsumsi energinya.
Jerman menginginkan energi terbarukan menyumbang setidaknya 80% dari produksi listrik pada tahun 2030, naik dari 42% pada tahun 2021. Namun pada tingkat ekspansi baru-baru ini, tetap menjadi tujuan yang masih jauh untuk dicapai.
Jerman hanya memasang 5,6 gigawatt (GW) kapasitas surya dan 1,7 GW kapasitas angin dari darat pada 2021. Untuk mencapai tujuan 80%, instalasi angin baru perlu ditingkatkan sekitar enam kali lipat hingga 10 GW per tahun, menurut laporan Oktober oleh pemerintah federal dan negara bagian Jerman. Instalasi tenaga surya harus empat kali lipat setiap tahun menjadi 22 GW.
Peneliti kebijakan senior dari European Council on Foreign Relations (ECFR), Susi Dennison mengatakan, bahwa sementara Jerman telah melakukan "pekerjaan plester yang baik" dengan mengganti volume gas dengan daya dari pasar spot. Di saat yang sama Jerman telah kehilangan posisinya sebagai pemimpin atau pelopor dalam energi bersih.
"Bagi saya apa yang benar-benar tidak ada dalam strategi Jerman adalah perhatian yang mirip dengan peningkatan energi terbarukan dengan cepat. Bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi dalam infrastruktur hidrogen dan tenaga angin, untuk menggantikan gas," ungkapnya.
Rencana LNG Jerman
Pada bulan Maret, Menteri Ekonomi Robert Habeck menetapkan target menggantikan energi Rusia pada pertengahan 2024, meskipun banyak ekonom dan pelaku industri listrik percaya ini terlalu ambisius.
Misalnya Marcel Fratzscher, presiden Institut Penelitian Ekonomi Jerman, dan Markus Krebber, CEO produsen listrik terbesar Jerman RWE (RWEG.DE), menganggap hal itu akan terjadi tidak lebih cepat dari 2025. Dengan catatan hanya berhasil, apabila sumber alternatif ditemukan atau diperluas dengan cepat.
Menurutnya untuk LNG, juga ada gunung untuk didaki. Pasalnya, Jerman tidak memiliki infrastruktur LNG sendiri karena ketergantungannya untuk waktu lama pada gas Rusia. Jadi baru sekarang mereka mulai membangun kemampuan impor LNG-nya.
Terlepas dari upaya ini, ada sedikit kepastian tentang bagaimana negara itu dapat menggantikan pasokan gas Rusia. Tercatat Jerman mengimpor sekitar 58 miliar meter kubik (bcm) gas dari Rusia tahun lalu, menurut data dari Eurostat dan asosiasi industri Jerman BDEW, mewakili sekitar 17% dari total konsumsi energinya.
Jerman menginginkan energi terbarukan menyumbang setidaknya 80% dari produksi listrik pada tahun 2030, naik dari 42% pada tahun 2021. Namun pada tingkat ekspansi baru-baru ini, tetap menjadi tujuan yang masih jauh untuk dicapai.
Jerman hanya memasang 5,6 gigawatt (GW) kapasitas surya dan 1,7 GW kapasitas angin dari darat pada 2021. Untuk mencapai tujuan 80%, instalasi angin baru perlu ditingkatkan sekitar enam kali lipat hingga 10 GW per tahun, menurut laporan Oktober oleh pemerintah federal dan negara bagian Jerman. Instalasi tenaga surya harus empat kali lipat setiap tahun menjadi 22 GW.
Peneliti kebijakan senior dari European Council on Foreign Relations (ECFR), Susi Dennison mengatakan, bahwa sementara Jerman telah melakukan "pekerjaan plester yang baik" dengan mengganti volume gas dengan daya dari pasar spot. Di saat yang sama Jerman telah kehilangan posisinya sebagai pemimpin atau pelopor dalam energi bersih.
"Bagi saya apa yang benar-benar tidak ada dalam strategi Jerman adalah perhatian yang mirip dengan peningkatan energi terbarukan dengan cepat. Bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi dalam infrastruktur hidrogen dan tenaga angin, untuk menggantikan gas," ungkapnya.
Rencana LNG Jerman
Pada bulan Maret, Menteri Ekonomi Robert Habeck menetapkan target menggantikan energi Rusia pada pertengahan 2024, meskipun banyak ekonom dan pelaku industri listrik percaya ini terlalu ambisius.
Misalnya Marcel Fratzscher, presiden Institut Penelitian Ekonomi Jerman, dan Markus Krebber, CEO produsen listrik terbesar Jerman RWE (RWEG.DE), menganggap hal itu akan terjadi tidak lebih cepat dari 2025. Dengan catatan hanya berhasil, apabila sumber alternatif ditemukan atau diperluas dengan cepat.
Menurutnya untuk LNG, juga ada gunung untuk didaki. Pasalnya, Jerman tidak memiliki infrastruktur LNG sendiri karena ketergantungannya untuk waktu lama pada gas Rusia. Jadi baru sekarang mereka mulai membangun kemampuan impor LNG-nya.