Benarkah Resesi Bakal Datang di Tahun Baru 2023? Begini Prediksinya
loading...
A
A
A
Ironisnya The Fed memperlambat ekonomi, setelah berhasil menyelamatkan kemerosotan ekonomi. Bank sentral membantu merangsang pinjaman dengan suku bunga nol, dan meningkatkan likuiditas pasar dengan menambahkan triliunan dolar dalam aset ke neracanya.
Sekarang mereka melonggarkan neraca itu, dan telah dengan cepat menaikkan suku bunga dari nol pada bulan Maret 2022 menjadi ke kisaran 4,25% hingga 4,5% bulan ini.
Tetapi dalam dua resesi terakhir, pembuat kebijakan tidak perlu khawatir tentang inflasi tinggi yang menggigit daya beli konsumen atau perusahaan. Lalu merayap ke seluruh ekonomi melalui rantai pasokan dan kenaikan upah.
The Fed saat ini mempunyai pertempuran serius dengan inflasi. Diperkirakan kenaikan suku bunga masih akan terjadi hingga menyentuh kisaran 5,1% pada awal tahun 2023. Lalu para ekonomi memperkirakan, tren suku bunga tinggi bakal bertahan demi mengendalikan inflasi.
Suku bunga yang lebih tinggi sudah berdampak pada pasar perumahan, dengan penjualan rumah turun 35,4% dibandingkan tahun lalu pada November. Hal itu menjadi penurunan ke-10 bulan secara beruntun, lalu tingkat hipotek 30 tahun mendekati 7%. Dan inflasi konsumen masih berjalan pada tingkat tahunan 7,1% pada bulan November.
"Anda harus meniup debu dari buku ekonomi Anda. Ini akan menjadi resesi klasik," kata Tom Simons, ekonom pasar uang di Jefferies.
"Mekanisme transmisi yang akan kita lihat bekerja terlebih dahulu di awal tahun depan, lalu kita akan mulai melihat beberapa kompresi margin yang signifikan dalam laba perusahaan. Setelah itu mulai berlaku, mereka akan mengambil langkah-langkah untuk memotong pengeluaran mereka," ucapnya.
"Hal pertama yang akan kita lihat adalah pengurangan jumlah karyawan. Kita akan melihatnya pada pertengahan tahun depan, dan saat itulah kita akan melihat pertumbuhan ekonomi melambat secara signifikan dan inflasi juga turun," bebernya.
Seberapa Buruk Resesi yang Akan Datang
Resesi dianggap sebagai penurunan ekonomi berkepanjangan yang secara luas mempengaruhi berbagai sektor dan biasanya berlangsung dua kuartal atau lebih. Misalnya, kemerosotan pandemi pada tahun 2020 begitu tiba-tiba dan tajam dengan dampak yang luas sehingga dikategorikan sebagai resesi meskipun tidak lama.
Sekarang mereka melonggarkan neraca itu, dan telah dengan cepat menaikkan suku bunga dari nol pada bulan Maret 2022 menjadi ke kisaran 4,25% hingga 4,5% bulan ini.
Tetapi dalam dua resesi terakhir, pembuat kebijakan tidak perlu khawatir tentang inflasi tinggi yang menggigit daya beli konsumen atau perusahaan. Lalu merayap ke seluruh ekonomi melalui rantai pasokan dan kenaikan upah.
The Fed saat ini mempunyai pertempuran serius dengan inflasi. Diperkirakan kenaikan suku bunga masih akan terjadi hingga menyentuh kisaran 5,1% pada awal tahun 2023. Lalu para ekonomi memperkirakan, tren suku bunga tinggi bakal bertahan demi mengendalikan inflasi.
Suku bunga yang lebih tinggi sudah berdampak pada pasar perumahan, dengan penjualan rumah turun 35,4% dibandingkan tahun lalu pada November. Hal itu menjadi penurunan ke-10 bulan secara beruntun, lalu tingkat hipotek 30 tahun mendekati 7%. Dan inflasi konsumen masih berjalan pada tingkat tahunan 7,1% pada bulan November.
"Anda harus meniup debu dari buku ekonomi Anda. Ini akan menjadi resesi klasik," kata Tom Simons, ekonom pasar uang di Jefferies.
"Mekanisme transmisi yang akan kita lihat bekerja terlebih dahulu di awal tahun depan, lalu kita akan mulai melihat beberapa kompresi margin yang signifikan dalam laba perusahaan. Setelah itu mulai berlaku, mereka akan mengambil langkah-langkah untuk memotong pengeluaran mereka," ucapnya.
"Hal pertama yang akan kita lihat adalah pengurangan jumlah karyawan. Kita akan melihatnya pada pertengahan tahun depan, dan saat itulah kita akan melihat pertumbuhan ekonomi melambat secara signifikan dan inflasi juga turun," bebernya.
Seberapa Buruk Resesi yang Akan Datang
Resesi dianggap sebagai penurunan ekonomi berkepanjangan yang secara luas mempengaruhi berbagai sektor dan biasanya berlangsung dua kuartal atau lebih. Misalnya, kemerosotan pandemi pada tahun 2020 begitu tiba-tiba dan tajam dengan dampak yang luas sehingga dikategorikan sebagai resesi meskipun tidak lama.