Daging hingga Gula Diimpor, Erick Thohir Wanti-wanti Lonjakan Harga Pangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mewanti-wanti adanya kenaikan harga komoditas di pasaran. Pasalnya, harga pangan dunia naik 14% atau tertinggi dalam sejarah.
Sejumlah komoditas di pasar Indonesia adalah pangan dasar yang diimpor pemerintah. Misalnya, gula, garam, daging, termasuk bahan baku pupuk.
Erick menilai harga pangan ini akan bergantung pada harga komoditas dunia. Artinya, kenaikan harga pangan dunia mendorong kenaikan harga komoditas domestik.
"Harga pangan di dunia naik sampai kurang lebih 14 persen. Ini tertinggi dalam sejarah. Artinya apa? Kita harus antisipasi harga pangan ini, karena kita ada yang impor gula, garam, daging, nah ini kan kita harus antisipasi," ungkap Erick, Jumat (15/1/2022).
Menurutnya, gejolak harga pangan dunia harus diantisipasi dengan efisiensi operasional dan keuangan oleh BUMN Pangan. Sehingga perseroan bisa melaksanakan intervensi pasar.
Erick memastikan terus mendorong perusahaan pelat merah mengambil langkah strategis untuk menstabilkan harga komoditas tersebut. “Operasi pasar sembako terus kita dorong supaya harga kebutuhan pokok tidak bergejolak naik," ucapnya.
Di dalam negeri, kenaikan harga mayoritas komoditas terjadi sejak Desember 2022 lalu. Pada saat itu, Badan Pangan Nasional mencatat kenaikan harga terjadi pada beras, telur ayam, bawang merah, bawang putih, kedelai, hingga jagung.
Pada 14 Desember 2022, harga beras premium tercatat naik 0,23% menjadi Rp12.930 per kilogram (kg) bila dibandingkan harga seminggu sebelumnya atau pada pekan pertama Desember 2022 lalu.
Lalu, harga kedelai naik 0,34 persen menjadi Rp14.780 per kg, harga bawang merah naik 0,91 persen menjadi Rp35.310 per kg. Kemudian, harga bawang putih naik 0,70 persen menjadi Rp 25.720 per kg.
Selanjutnya, harga jagung peternak naik 1,25% menjadi Rp 5.670 per kg. Diikuti harga daging ayam ras naik 0,17 persen menjadi Rp35.170 per kg, telur ayam ras naik 0,60% menjadi Rp 30.050 per kg.
Sejumlah komoditas di pasar Indonesia adalah pangan dasar yang diimpor pemerintah. Misalnya, gula, garam, daging, termasuk bahan baku pupuk.
Erick menilai harga pangan ini akan bergantung pada harga komoditas dunia. Artinya, kenaikan harga pangan dunia mendorong kenaikan harga komoditas domestik.
"Harga pangan di dunia naik sampai kurang lebih 14 persen. Ini tertinggi dalam sejarah. Artinya apa? Kita harus antisipasi harga pangan ini, karena kita ada yang impor gula, garam, daging, nah ini kan kita harus antisipasi," ungkap Erick, Jumat (15/1/2022).
Menurutnya, gejolak harga pangan dunia harus diantisipasi dengan efisiensi operasional dan keuangan oleh BUMN Pangan. Sehingga perseroan bisa melaksanakan intervensi pasar.
Erick memastikan terus mendorong perusahaan pelat merah mengambil langkah strategis untuk menstabilkan harga komoditas tersebut. “Operasi pasar sembako terus kita dorong supaya harga kebutuhan pokok tidak bergejolak naik," ucapnya.
Di dalam negeri, kenaikan harga mayoritas komoditas terjadi sejak Desember 2022 lalu. Pada saat itu, Badan Pangan Nasional mencatat kenaikan harga terjadi pada beras, telur ayam, bawang merah, bawang putih, kedelai, hingga jagung.
Pada 14 Desember 2022, harga beras premium tercatat naik 0,23% menjadi Rp12.930 per kilogram (kg) bila dibandingkan harga seminggu sebelumnya atau pada pekan pertama Desember 2022 lalu.
Lalu, harga kedelai naik 0,34 persen menjadi Rp14.780 per kg, harga bawang merah naik 0,91 persen menjadi Rp35.310 per kg. Kemudian, harga bawang putih naik 0,70 persen menjadi Rp 25.720 per kg.
Selanjutnya, harga jagung peternak naik 1,25% menjadi Rp 5.670 per kg. Diikuti harga daging ayam ras naik 0,17 persen menjadi Rp35.170 per kg, telur ayam ras naik 0,60% menjadi Rp 30.050 per kg.
(akr)