Kemenperin Gandeng ITE Singapura Latih Kompetensi Guru Produktif SMK
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian menjalin kerja sama dengan Institut Pendidikan Teknis (ITE) Singapura untuk meningkatkan kompetensi guru produktif Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Langkah ini merupakan bagian terintegrasi dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang siap kerja dan kompetitif.
"Kompetensi SDM menjadi faktor utama dalam mendorong kinerja industri, yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional," kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto di Jakarta, Selasa (30/7/2019).
Melalui sasaran tersebut, Menurut Eko, pemerintah telah menetapkan pengembangan SDM berkualitas menjadi program prioritas nasional setelah pembangunan infrastruktur.
"Pengembangan SDM dilakukan melalui penguatan sistem pendidikan, khususnya pendidikan kejuruan yang berorientasi pada kebutuhan pasar tenaga kerja (demand driven)," tuturnya.
Sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk merevitalisasi pendidikan kejuruan nasional, Kemenperin perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memperkuat dan mengembangkan pendidikan vokasi. Hal ini diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang kompeten dan berdaya saing sesuai kebutuhan industri saat ini terutama dalam kesiapan memasuki era industri 4.0.
"Pada Maret 2017, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memenuhi undangan dari Menteri Pendidikan Singapura dan Institut Pendidikan Teknis (ITE) Singapura untuk mengunjungi kampus ITE dan mempelajari sistem pendidikan kejuruan (TVET) di Singapura. Kami melihat peran penting yang dilakukan oleh pendidikan kejuruan ITE dalam meningkatkan daya saing Singapura," paparnya.
Dalam agenda pertemuan tersebut, disepakati untuk mengembangkan kerja sama antara Kemenperin dan ITE Singapura. Salah satunya adalah mengembangkan pendidikan kejuruan yang berorientasi industri di Indonesia.
Selanjutnya, pada pertemuan Retret Pemimpin pada peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Singapura pada 7 September 2017 di Singapura, Menteri Perindustrian dan Menteri Pendidikan Tinggi Singapura yang mewakili kedua negara, menandatangani Nota Kesepahaman kerja sama pengembangan pendidikan kejuruan untuk industri. Momen ini disaksikan langsung oleh Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Singapura.
Penandatanganan Nota Kesepahaman itu juga ditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjian teknis antara Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian dengan ITE Singapura dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Kementerian Perindustrian dengan ITEES (Layanan Pendidikan ITE).
Dari kesepakatan tersebut, menyetujui untuk mengatur program pelatihan sebanyak 100 kepala sekolah dan guru produktif SMK yang dilaksanakan di Singapura. Programnya, antara lain Workshop Pelatihan Kepemimpinan (LTW) untuk 25 pemimpin dan manajemen TVET serta Program Peningkatan Keterampilan Teknis (TSUP) di bidang Teknik Mesin untuk 24 guru TVET.
"Kompetensi SDM menjadi faktor utama dalam mendorong kinerja industri, yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional," kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto di Jakarta, Selasa (30/7/2019).
Melalui sasaran tersebut, Menurut Eko, pemerintah telah menetapkan pengembangan SDM berkualitas menjadi program prioritas nasional setelah pembangunan infrastruktur.
"Pengembangan SDM dilakukan melalui penguatan sistem pendidikan, khususnya pendidikan kejuruan yang berorientasi pada kebutuhan pasar tenaga kerja (demand driven)," tuturnya.
Sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk merevitalisasi pendidikan kejuruan nasional, Kemenperin perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memperkuat dan mengembangkan pendidikan vokasi. Hal ini diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang kompeten dan berdaya saing sesuai kebutuhan industri saat ini terutama dalam kesiapan memasuki era industri 4.0.
"Pada Maret 2017, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memenuhi undangan dari Menteri Pendidikan Singapura dan Institut Pendidikan Teknis (ITE) Singapura untuk mengunjungi kampus ITE dan mempelajari sistem pendidikan kejuruan (TVET) di Singapura. Kami melihat peran penting yang dilakukan oleh pendidikan kejuruan ITE dalam meningkatkan daya saing Singapura," paparnya.
Dalam agenda pertemuan tersebut, disepakati untuk mengembangkan kerja sama antara Kemenperin dan ITE Singapura. Salah satunya adalah mengembangkan pendidikan kejuruan yang berorientasi industri di Indonesia.
Selanjutnya, pada pertemuan Retret Pemimpin pada peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Singapura pada 7 September 2017 di Singapura, Menteri Perindustrian dan Menteri Pendidikan Tinggi Singapura yang mewakili kedua negara, menandatangani Nota Kesepahaman kerja sama pengembangan pendidikan kejuruan untuk industri. Momen ini disaksikan langsung oleh Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Singapura.
Penandatanganan Nota Kesepahaman itu juga ditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjian teknis antara Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian dengan ITE Singapura dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Kementerian Perindustrian dengan ITEES (Layanan Pendidikan ITE).
Dari kesepakatan tersebut, menyetujui untuk mengatur program pelatihan sebanyak 100 kepala sekolah dan guru produktif SMK yang dilaksanakan di Singapura. Programnya, antara lain Workshop Pelatihan Kepemimpinan (LTW) untuk 25 pemimpin dan manajemen TVET serta Program Peningkatan Keterampilan Teknis (TSUP) di bidang Teknik Mesin untuk 24 guru TVET.
(ven)