Membangun Ekonomi Kerakyatan melalui Program SRC
A
A
A
JAKARTA - Pada ajang Trade Expo Indonesia ke-34 di ICE BSD City, Tangerang (16-20 Oktober 2019), PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) kembali hadir dengan mengusung komitmennya mendukung upaya pemerintah dalam memperkuat pertumbuhan ekonomi kerakyatan melalui pembangunan kapabilitas UKM di Indonesia melalui Sampoerna Untuk Indonesia. Melalui payung program korporasi ini, Sampoerna telah membina UKM khususnya toko kelontong milik masyarakat lewat program Sampoerna Retail Community (SRC). Program ini bertujuan meningkatkan daya saing toko kelontong melalui pendampingan usaha yang berkelanjutan.
Dimulai pada tahun 2008, SRC memiliki anggota sebanyak 57 toko di Medan. Selama 11 tahun berkembang, anggota SRC terus bertambah dan saat ini telah mencapai lebih dari 110.000 toko kelontong di seluruh Indonesia.
Sebagai komunitas peritel masa kini di Indonesia, SRC terus melakukan inovasi. Berbagai pembaharuan dilakukan guna beradaptasi dengan perubahan sekaligus menangkap peluang untuk memperkuat daya saing peritel.
Secara konsisten, Sampoerna memberikan pelatihan bagi SRC dalam bidang kewirausahaan dan pemasaran, pengembangan sumber daya manusia, kolaborasi dengan mitra, maupun program tanggung jawab sosial. Dengan demikian, para anggota SRC mampu bersaing dan berkembang di tengah persaingan yang semakin kompetitif.
SRC Kantin Amik Medan, Viyanti
Menjawab tantangan di era digital, pada Mei 2019, Sampoerna meluncurkan aplikasi AYO SRC sebagai terobosan inovatif dalam menciptakan ekosistem digital bagi toko kelontong. Aplikasi ini hadir dengan berbagai fitur yang memudahkan transaksi, baik dari sisi penjual maupun pembeli.
Di pertengahan tahun 2019, Pojok Bayar hadir di toko SRC sebagai inovasi untuk menjawab SRC juga menghadirkan Pojok Bayar di toko yang merupakan aplikasi untuk menjawab berbagai kebutuhan akan produk digital, seperti pembelian pulsa atau tiket pesawat. Tujuannya bukan sekadar menarik lebih banyak pelanggan, tetapi juga mengembangkan potensi setiap toko di mana pun berada.
Selain itu, di toko-toko SRC juga terdapat Pojok Lokal yang merupakan area khusus bagi UKM untuk tempat para UKM menitip jual barangnya, yaitu Pojok Lokal. Ini adalah upaya Sampoerna dan SRC melestarikan dan mengangkat kembali produk tradisional khas Indonesia sekaligus sebagai bentuk kontribusi SRC bagi kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Dengan berbelanja di SRC dan membeli berbagai produk UKM khas Indonesia di Pojok Lokal, konsumen toko kelontong juga membantu kehidupan keluarga lain agar jadi lebih baik.
Jaringan toko kelontong dari Sabang sampai Merauke
Dua dari 110.000 toko yang dibina Sampoerna adalah SRC Kantin Amik milik Viyanti Mala Ketaren di Medan dan SRC Kiboo milik Markus Seseray di Jayapura.
Viyanti yang akrab dipanggil Mami Amik merupakan pionir SRC. Sepeninggal suaminya pada tahun 1997, Mami Amik menjadi tulang punggung keluarga dengan membuka kedai nasi, kedai kopi hingga berjualan kain untuk melangsungi kehidupan menghidupi keluarganya. Ia pun memutuskan untuk bergabung dengan SRC pada tahun 2008.
Ia mengaku setelah bergabung dengan SRC ia merasakan perubahan positif dengan meningkatnya pembeli di warungnya
“Sesudah gabung, Mami diajarin soal manajemen toko. Banyak konsumen langsung datang, ramai toko ini jadinya,” kata Mami Amik. Usai menerima pembekalan dan pelatihan manajemen dari Sampoerna, Kantin Amik tampak lebih rapi. Barang-barang disusun secara beraturan, tak ada lagi yang bergelantungan. Hasilnya, omzet SRC Kantin Amik meningkat berkali-kali lipat.
Lain cerita dengan Markus yang memiliki toko di pusat kota Jayapura. Ia pernah mengadu nasib bekerja di Jepang, tetapi ia memilih untuk kembali ke tanah air membawa mimpi membangun perekonomian tanah kelahirannya, Papua. “Saya harus pulang buka lapangan kerja,” ujar dia.
SRC Kiboo Jayapura - Markus
Hasil dari melanglang buana ke Jepang itu dimanfaatkannya sebagai modal membangun usaha. Ia pun membangun toko yang kini berkembang kian maju. “Saya beli tanah tahun 2000. Kemudian, sekarang toko punya sendiri,” ujarnya.
Markus kemudian mengisahkan alasannya memilih kembali ke Papua. Dengan modal yang ia miliki, Markus ingin mewujudkan cita-citanya untuk berwiraswasta di Papua. Saat itu, tahun 2000, diberlakukan otonomi khusus Papua. Bagi dia, ini kesempatan besar bagi putra Papua untuk maju dan membangun daerahnya.Pada 2012, Markus menerima tawaran untuk bergabung dengan Sampoerna Retail Community (SRC) SRC. Markus mengungkapkan, setelah bergabung dengan SRC, ia mendapatkan pendampingan untuk melakukan pembenahan usahanya.
Awalnya, Markus mengaku tak terlalu tertarik tidak tertarik bergabung SRC. Namun, setelah melihat pendampingan dan keseriusan Sampoerna menjadikan pedagang kelontong lebih berkembang, ia pun mengikuti arahan yang diberikan, antara lain edukasi penataan toko, strategi pemasaran, pengembangan sumber daya manusia, manajemen keuangan, dan lainnya. Kini, Markus sudah melakukan ekspansi usaha ke sejumlah bidang lainnya.
Bapak empat anak ini mengungkapkan, setelah bergabung dengan SRC ia pun kerap diundang untuk menjadi motivator bagi anggota lainnya. Perjalanan Markus Seseray membangun usaha dinilai bisa menjadi inspirasi untuk masyarakat.
Markus pernah diajak ke Nabire untuk menceritakan perubahan tokonya hingga akhirnya bertumbuh pesat hingga saat ini. “Saya ke sana (Nabire) jadi motivator. Kalau bisa teman-teman di daerah seperti begini. Kami sendiri merasakan, dengan bergabung dengan SRC, ada perubahan pendapatan, bertambah. Perubahan itu ke arah yang lebih baik,” kata dia.
Keberadaan SRC di Indonesia membawa perubahan bagi toko kelontong masa kini untuk mengembangkan usaha mereka melalui manajemen bisnis yang lebih baik. Program pemberdayaan UKM ini merupakan bentuk investasi jangka panjang Sampoerna dalam rangka membangun dasar ekonomi kerakyatan yang inklusif.
Inisiatif Pencegahan Akses Pembelian Rokok oleh Anak
Pembinaan terhadap SRC tidak berhenti di manajemen bisnis saja, melainkan juga edukasi mengenai pentingnya mencegah pembelian rokok oleh anak . Sejak 2013, PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) Sampoerna bekerja sama dengan 110.000 toko SRC menerapkan Program Pencegahan Akses Pembelian Rokok oleh Anak-anak (PAPRA).
Program ini merupakan upaya Sampoerna yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mitra Sampoerna, peritel, dan masyarakat pada umumnya akan pentingnya melakukan pencegahan akses pembelian rokok oleh anak. Program PAPRA dilaksanakan melalui aktivitas penyuluhan kepada para mitra dagang/peritel. Sosialisasi tersebut juga termasuk penempatan materi komunikasi terkait pelarangan penjualan rokok kepada anak-anak di bawah usia 18 tahun seperti sticker, wobbler, dan tent card di gerai-gerai penjualan.
Tri Joko Susilo, pemilik toko SRC Dimas di Medan, menyatakan dukungannya terhadap komitmen Sampoerna dalam pencegahan akses pembelian rokok oleh anak-anak di bawah usia 18 tahun. “Melalui program PAPRA, saya jadi paham bahwa dukungan Sampoerna terhadap toko kami tidak hanya terbatas pada bisnis penjualan namun bagaimana kami dapat menjalankan usaha kami secara bertanggung jawab dan taat pada peraturan yang berlaku di Indonesia,” kata Tri Joko.
Jangkauan program PAPRA akan terus diperluas sehingga dapat mendorong berbagai pihak lainnya, baik dari pemerintah, pendidik, orang tua, masyarakat umum, toko kelontong maupun pedagang lainnya untuk bersama-sama mencegah akses pembelian rokok oleh anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Inovasi bagi toko kelontong untuk SRC akan terus dikembangkan seiring berjalannya waktu. Direktur Urusan Eksternal Sampoerna, Elvira Lianita, menyatakan, "Ke depannya Sampoerna berupaya untuk dapat terus mendukung SRC dalam berinovasi demi peningkatan daya saing usaha, sehingga mampu menggerakan roda ekonomi mulai dari wilayah mereka berusaha hingga mampu memperkuat ekonomi bangsa,” ujarnya bangga.
Dimulai pada tahun 2008, SRC memiliki anggota sebanyak 57 toko di Medan. Selama 11 tahun berkembang, anggota SRC terus bertambah dan saat ini telah mencapai lebih dari 110.000 toko kelontong di seluruh Indonesia.
Sebagai komunitas peritel masa kini di Indonesia, SRC terus melakukan inovasi. Berbagai pembaharuan dilakukan guna beradaptasi dengan perubahan sekaligus menangkap peluang untuk memperkuat daya saing peritel.
Secara konsisten, Sampoerna memberikan pelatihan bagi SRC dalam bidang kewirausahaan dan pemasaran, pengembangan sumber daya manusia, kolaborasi dengan mitra, maupun program tanggung jawab sosial. Dengan demikian, para anggota SRC mampu bersaing dan berkembang di tengah persaingan yang semakin kompetitif.
SRC Kantin Amik Medan, Viyanti
Menjawab tantangan di era digital, pada Mei 2019, Sampoerna meluncurkan aplikasi AYO SRC sebagai terobosan inovatif dalam menciptakan ekosistem digital bagi toko kelontong. Aplikasi ini hadir dengan berbagai fitur yang memudahkan transaksi, baik dari sisi penjual maupun pembeli.
Di pertengahan tahun 2019, Pojok Bayar hadir di toko SRC sebagai inovasi untuk menjawab SRC juga menghadirkan Pojok Bayar di toko yang merupakan aplikasi untuk menjawab berbagai kebutuhan akan produk digital, seperti pembelian pulsa atau tiket pesawat. Tujuannya bukan sekadar menarik lebih banyak pelanggan, tetapi juga mengembangkan potensi setiap toko di mana pun berada.
Selain itu, di toko-toko SRC juga terdapat Pojok Lokal yang merupakan area khusus bagi UKM untuk tempat para UKM menitip jual barangnya, yaitu Pojok Lokal. Ini adalah upaya Sampoerna dan SRC melestarikan dan mengangkat kembali produk tradisional khas Indonesia sekaligus sebagai bentuk kontribusi SRC bagi kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Dengan berbelanja di SRC dan membeli berbagai produk UKM khas Indonesia di Pojok Lokal, konsumen toko kelontong juga membantu kehidupan keluarga lain agar jadi lebih baik.
Jaringan toko kelontong dari Sabang sampai Merauke
Dua dari 110.000 toko yang dibina Sampoerna adalah SRC Kantin Amik milik Viyanti Mala Ketaren di Medan dan SRC Kiboo milik Markus Seseray di Jayapura.
Viyanti yang akrab dipanggil Mami Amik merupakan pionir SRC. Sepeninggal suaminya pada tahun 1997, Mami Amik menjadi tulang punggung keluarga dengan membuka kedai nasi, kedai kopi hingga berjualan kain untuk melangsungi kehidupan menghidupi keluarganya. Ia pun memutuskan untuk bergabung dengan SRC pada tahun 2008.
Ia mengaku setelah bergabung dengan SRC ia merasakan perubahan positif dengan meningkatnya pembeli di warungnya
“Sesudah gabung, Mami diajarin soal manajemen toko. Banyak konsumen langsung datang, ramai toko ini jadinya,” kata Mami Amik. Usai menerima pembekalan dan pelatihan manajemen dari Sampoerna, Kantin Amik tampak lebih rapi. Barang-barang disusun secara beraturan, tak ada lagi yang bergelantungan. Hasilnya, omzet SRC Kantin Amik meningkat berkali-kali lipat.
Lain cerita dengan Markus yang memiliki toko di pusat kota Jayapura. Ia pernah mengadu nasib bekerja di Jepang, tetapi ia memilih untuk kembali ke tanah air membawa mimpi membangun perekonomian tanah kelahirannya, Papua. “Saya harus pulang buka lapangan kerja,” ujar dia.
SRC Kiboo Jayapura - Markus
Hasil dari melanglang buana ke Jepang itu dimanfaatkannya sebagai modal membangun usaha. Ia pun membangun toko yang kini berkembang kian maju. “Saya beli tanah tahun 2000. Kemudian, sekarang toko punya sendiri,” ujarnya.
Markus kemudian mengisahkan alasannya memilih kembali ke Papua. Dengan modal yang ia miliki, Markus ingin mewujudkan cita-citanya untuk berwiraswasta di Papua. Saat itu, tahun 2000, diberlakukan otonomi khusus Papua. Bagi dia, ini kesempatan besar bagi putra Papua untuk maju dan membangun daerahnya.Pada 2012, Markus menerima tawaran untuk bergabung dengan Sampoerna Retail Community (SRC) SRC. Markus mengungkapkan, setelah bergabung dengan SRC, ia mendapatkan pendampingan untuk melakukan pembenahan usahanya.
Awalnya, Markus mengaku tak terlalu tertarik tidak tertarik bergabung SRC. Namun, setelah melihat pendampingan dan keseriusan Sampoerna menjadikan pedagang kelontong lebih berkembang, ia pun mengikuti arahan yang diberikan, antara lain edukasi penataan toko, strategi pemasaran, pengembangan sumber daya manusia, manajemen keuangan, dan lainnya. Kini, Markus sudah melakukan ekspansi usaha ke sejumlah bidang lainnya.
Bapak empat anak ini mengungkapkan, setelah bergabung dengan SRC ia pun kerap diundang untuk menjadi motivator bagi anggota lainnya. Perjalanan Markus Seseray membangun usaha dinilai bisa menjadi inspirasi untuk masyarakat.
Markus pernah diajak ke Nabire untuk menceritakan perubahan tokonya hingga akhirnya bertumbuh pesat hingga saat ini. “Saya ke sana (Nabire) jadi motivator. Kalau bisa teman-teman di daerah seperti begini. Kami sendiri merasakan, dengan bergabung dengan SRC, ada perubahan pendapatan, bertambah. Perubahan itu ke arah yang lebih baik,” kata dia.
Keberadaan SRC di Indonesia membawa perubahan bagi toko kelontong masa kini untuk mengembangkan usaha mereka melalui manajemen bisnis yang lebih baik. Program pemberdayaan UKM ini merupakan bentuk investasi jangka panjang Sampoerna dalam rangka membangun dasar ekonomi kerakyatan yang inklusif.
Inisiatif Pencegahan Akses Pembelian Rokok oleh Anak
Pembinaan terhadap SRC tidak berhenti di manajemen bisnis saja, melainkan juga edukasi mengenai pentingnya mencegah pembelian rokok oleh anak . Sejak 2013, PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) Sampoerna bekerja sama dengan 110.000 toko SRC menerapkan Program Pencegahan Akses Pembelian Rokok oleh Anak-anak (PAPRA).
Program ini merupakan upaya Sampoerna yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mitra Sampoerna, peritel, dan masyarakat pada umumnya akan pentingnya melakukan pencegahan akses pembelian rokok oleh anak. Program PAPRA dilaksanakan melalui aktivitas penyuluhan kepada para mitra dagang/peritel. Sosialisasi tersebut juga termasuk penempatan materi komunikasi terkait pelarangan penjualan rokok kepada anak-anak di bawah usia 18 tahun seperti sticker, wobbler, dan tent card di gerai-gerai penjualan.
Tri Joko Susilo, pemilik toko SRC Dimas di Medan, menyatakan dukungannya terhadap komitmen Sampoerna dalam pencegahan akses pembelian rokok oleh anak-anak di bawah usia 18 tahun. “Melalui program PAPRA, saya jadi paham bahwa dukungan Sampoerna terhadap toko kami tidak hanya terbatas pada bisnis penjualan namun bagaimana kami dapat menjalankan usaha kami secara bertanggung jawab dan taat pada peraturan yang berlaku di Indonesia,” kata Tri Joko.
Jangkauan program PAPRA akan terus diperluas sehingga dapat mendorong berbagai pihak lainnya, baik dari pemerintah, pendidik, orang tua, masyarakat umum, toko kelontong maupun pedagang lainnya untuk bersama-sama mencegah akses pembelian rokok oleh anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Inovasi bagi toko kelontong untuk SRC akan terus dikembangkan seiring berjalannya waktu. Direktur Urusan Eksternal Sampoerna, Elvira Lianita, menyatakan, "Ke depannya Sampoerna berupaya untuk dapat terus mendukung SRC dalam berinovasi demi peningkatan daya saing usaha, sehingga mampu menggerakan roda ekonomi mulai dari wilayah mereka berusaha hingga mampu memperkuat ekonomi bangsa,” ujarnya bangga.
(akn)